"Hidupmu sangat berarti, jangan menyerah untuk meraih apa yang kamu inginkan."
****
Suara dentuman benda keras terdengar menekan telinga, ruangan yang terkunci dari dalam membuat semua orang yang berada di luar tidak bisa masuk untuk menolongnya. Satu ruangan dengan minim udara membuat napas terasa sesak, ruangan itu sebagai saksi bisu di mana seorang pria paruh baya dengan luka gores di pipi bagian kanan telah menghajar seorang pemuda.
"DASAR TIDAK BERGUNA."
Ucapannya mampu membuat pemuda itu meruntuki kekalahannya kali ini. Badannya yang remuk redam kembali dihujam dengan tendangan tanpa rasa ampun.
Pria itu pun langsung meraih dagunya, tatapannya tersirat sebuah kebencian yang tidak akan padam.
"Habisi dia tanpa ampun, atau nyawamu menjadi taruhannya," titah pria itu langsung melepaskannya dengan kasar.
Pemuda itu pun kembali ambruk saat berusaha untuk berdiri, sakit hati yang ditanamkan oleh pria itu kembali berkobar. Ada sesal di dalam dirinya, kenapa dia dilahirkan kalau dia tidak berguna. Pria itu meninggalkannya begitu saja bersamaan dengan suara pintu yang lebih dulu terbuka.
"Pak, jangan sakiti dia. Aku sudah menganggapnya seperti anakku sendiri," raung seorang wanita yang baru saja menginjak tiga puluh tahun.
"Ah ... aku punya ide bagus untukmu dan anak itu. Kalau anakmu tidak bisa menghabisinya, maka kamu lah yang harus menerima ganjarannya karena kesalahan yang kamu buat." Pria itu mengancam dengan sorot mata mengintimidasi.
Suasana kembali tegang dan semua orang menunduk takut saat pria itu keluar penuh dengan amarah.
****
"Lo jadi pacar gue, ya. Gue jamin ...."
"Jaminan apa yang bakal lo berikan ke gue?"
Perbincangan dua insan pagi tadi membuat bibir tipis Alan terangkat sempurna. Pria itu sengaja menguping saat seorang pemuda yang mengaku teman dari Kaara, berbisik menawarkan diri untuk menjalin hubungan.
"Apa jaminan lo ajak adik gue pacaran?" Alan mengulangi perkataan adiknya barusan.
Hening
Bagas terdiam sejenak, memikirkan alasan yang tepat agar dirinya di terima.
"Gue gak bisa jamin apa pun, tetapi gue akan maju paling depan untuk melindungi Kaara," ucap Bagas menyakinkan.
Gadis itu ragu akan keputusan Bagas, ada rasa bahagia karena masih ada seseorang yang bersedia melindunginya selain Aksan. Akan tetapi saat ini tidak bisa menerimanya karena sebuah tujuan.
"Gas, sorry, gue gak bisa. Gue gak bisa memprioritaskan lo, terlalu banyak resiko," tolak Kaara meraih tasnya, gadis itu segera berpamitan kepada Alan untuk berangkat ke sekolah.
Alan hanya diam dan melambaikan tangan agar dua remaja itu berhati-hati. Pria itu menyadari sesuatu saat Kaara sudah berlalu pergi, ada orang lain yang mengikuti mereka dari belakang.
[Dek, tentukan medannya dari sekarang. Seperti seseorang telah mengincar kalian berdua. Berhati-hatilah.]
Pesan singkat dari Alan untuk Kaara, pria itu berharap adiknya segera membaca pesan yang baru saja dia kirim.
****
Suara bising motor terdengar jelas di parkiran motor. Semua siswa melihat siapa gerangan yang baru saja datang?
Kehadiran mereka pun menjadi topik trending pagi ini. Dua siswa yang berbeda sifat itu mendadak berjalan bersama--Bagas dan Kaara.
Bagas pun tanpa sungkan menautkan tangannya, bersikap manja di depan Kaara sampai gadis itu merasa jengah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bagaskara ( Tamat )
Teen FictionDemi sebuah tujuan, Bagaskara harus menjadi sosok yang berbeda agar dirinya diterima menjadi kekasih si gadis lugu. Beribu penolakan telah diterima Bagas sampai urat malunya putus. Akan tetapi siapa sangka perjalanan Bagas terus terpantau oleh sese...