Jam istirahat telah berdering beberapa kali menandakan pelajaran jam kedua berakhir. Bersamaan dengan hukuman Bagas yang juga selesai, Hoodie yang dia kenakan dari tadi di lepas dengan membuka resleting secara keseluruhan. Hawa panas di seluruh tubuh menguar begitu saja, angin pun langsung menerpa tanpa sungkan.
"Berguna juga jaket ini, lumayan untuk pembakaran lemak dan buat tubuh gue lebih atletis," gumam Bagas langsung membawa jaketnya di lengan tangannya.
Pemuda itu berjalan menyusuri kelas, dia berniat untuk langsung ke kantin dan memastikan bahwa teman-temannya sudah berada di sana. Sesekali dia memegang saku seragamnya, meraba bahwa permen karet itu masih anteng di dalam.
Sikapnya beberapa jam yang lalu membuatnya merasa sedikit bersalah. Mengusir Kaara karena mungkin untuk teman ngobrol, karena selama ini di saat Bagas sering mengalami masalah sendiri tidak ada satu pun teman berada di dekatnya.
Kedatangan Bagas mendadak membuat kantin menjadi sunyi, tatapan mengintimidasi tersirat jelas di raut wajah pemuda itu. Bahkan jantung mereka enggan berdetak lagi, kalau saja mendapat giliran perudungan.
"Tumben kantin sepi," ucap Bagas duduk di salah satu bangku.
"Ya jelas sepi, lihat wajah lo yang di tekuk gitu berasa lihat monster," balas Noval menyesap sedikit es jeruknya.
Bagas merasa ada yang kurang, Bara tidak ada di tempatnya. Akan tetapi kecurigaan berubah lega saat Bara datang bersama Aksan.
"Hai." Aksan menyapa Bagas dan teman-temannya.
Hanya saja respon yang dia terima berbeda-beda, Bagas dan Noval langsung balik menyapa sedangkan Putra dia acuh tanpa berniat menggeser duduknya.
"Tra, lo kenapa sih?"
"Males gue, jelas-jelas dia nolak gabung sama kita. Eh, tanpa sungkan datang kasih salam. Sok kenal sok dekat," ucap Putra sarkas.
Aksan bersikap tenang, dia pun menimpali,"Gue kalau gak diajak sama Bara, gak mungkin ke sini. Tapi gue bakal langsung ke tempat Kaara berada."
"Gue heran, ada apa dengan si santan Kaara sampai lo gak bisa jauh dan terkesan melindunginya."
"Gue punya alasan sendiri kenapa gue gak bisa jauh sama Kaara. Kaara itu seperti bom waktu, kalau tidak ada penjinak bom. Lo tahu apa yang terjadi, dia akan meledak."
Tawa Putra meledak, tidak hanya Putra tetapi beberapa orang yang mendengar penjelasan Aksan. Mana mungkin Kaara seperti itu, bahkan selama dua tahun dia mendapat perudungan tidak ada serangan balik. Sedangkan Bara bisa menangkap respon dari Aksan yang tersenyum dengan seringanya.
"San, kita duduk di sana saja," ajak Bara merangkul pundak Aksan menjauh.
"Ra, kok lo belain Aksan sih," protes Noval tidak terima dengan sikap Bara.
"Sudah gak sealiran dan berlebihan," balas Bara singkat berusaha mengabaikan ucapan Noval.
Noval yang terpancing, langsung berdiri dan menghampiri Bara. Seketika langsung meraih pundak Bara dan memukulnya.
"Lo sadar apa yang barusan lo katakan, gak sealiran dan berlebihan. Menurut gue lo yang berubah, kemarin lo bilang gak setuju sekarang lo dekati Aksan," bentak Noval yang berkali-kali memukul Bara tanpa ampun.
Bagas hanya melihat kedua temannya berkelahi, tidak ada niatan untuk melerai. Sama seperti Putra yang juga tidak peduli, pemuda itu lebih memilih menikmati makan siangnya. Dan sesekali memperhatikan Bagas sedang memegang bungkusan panjang warna hijau.
"Gas, daripada lo lihatin, bagi sama kita. Lo tiga, gue, Bara dan Noval satu-satu biar adil," usul Putra membuat Bagas kembali memasukkan lagi bungkusan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bagaskara ( Tamat )
Teen FictionDemi sebuah tujuan, Bagaskara harus menjadi sosok yang berbeda agar dirinya diterima menjadi kekasih si gadis lugu. Beribu penolakan telah diterima Bagas sampai urat malunya putus. Akan tetapi siapa sangka perjalanan Bagas terus terpantau oleh sese...