Senja telah kembali muncul di tengah-tengah suasana sore hari. Seorang pemuda duduk terdiam di balkon kamarnya, menikmati suasana hati yang mulai membaik. Ingatan tentang siang tadi kembali muncul, gadis itu telah menyelamatkan hidupnya untuk kedua kali.
"Kaara Cintya Risma," ucapnya lirih.
Saat bayangan Kaara kembali hadir, dirinya di kejutkan dengan suara panggilan seorang wanita paruh baya.
"Duh, Mas gantengnya, Mama nglamun gak ajak-ajak," goda Rissa tersenyum.
"Mama," sapa Bagas langsung meraih tangannya.
"Lagi mikirin apa sih? Sampai panggilan Mama, kamu gak dengar." Rissa kembali bertanya, wanita itu penasaran.
Bagas hanya tersenyum dan diam, pemuda itu belum bisa menceritakan apa yang terjadi dengan dirinya saat ini. Sedangkan Rissa menyadari sesuatu sejak pulang sekolah tadi, putranya terlihat berbeda. Walau dengan kondisi wajah babak belur, tetapi ukiran sempurna di bibirnya terus mengembang.
"Andai adik kamu masih hidup, mungkin kalian tidak akan terkalahkan," simpul Rissa sendu sambil mengobati luka putranya.
Bagas meraih tangan mamanya, menepuk pelan menenangkan, "Ma-Mama harus percaya sama Bagas. Bagas tidak akan berhenti mencarinya, karena aku yakin kalau dia masih hidup."
"Terima kasih, Sayang. Doa mama menyertaimu, tapi jangan lupa kenalin gadis yang buat kamu senyum terus daritadi," balas Rissa mencium kening putranya.
Rissa menyukai ekspresi Bagas yang terlihat salah tingkah, apakah ekspresi begitu terlihat?
"Duh, bentar lagi Mama bakal dapat mantu nih," goda Rissa yang langsung keluar dari kamar putranya.
Bagas menggaruk kepalanya, pemuda itu baru saja patah hati dua tahun yang lalu, mana bisa dia kembali menjalin cinta dengan gadis itu--ketua Geng Devil.
"Bisa gak sih? Sepertinya bisa, tembak dulu saja, patah hati urusan belakangan," pikir Bagas.
Matahari senja mulai bersembunyi berganti dengan penampakan sang rembulan. Pemuda itu segera membersihkan dirinya dan bersiap untuk turun ke bawah. Panggilan bak toa telah terdengar lima menit yang lalu. Sebelum keluar pemuda itu sempat melihat kembali hoodie yang tergeletak di pinggir tempat tidurnya--Bagas tersenyum kembali.
****
Suara riuh rumah sakit terdengar jelas, dua dokter kandungan kedatangan dua pasien berbeda dengan kondisi yang sama. Mereka mendapatkan giliran lebih awal, senyum bahagia tersirat jelas. Operasi persalinan berhasil tanpa sebuah hambatan. Di ruang inkubator terdapat tiga bayi dengan hari yang sama dan hanya berselang beberapa menit. Dua bayi laki-laki kembar dan satu bayi perempuan.
Satu-satu persatu dari mereka bergantian melihat dari kejauhan bagaimana bayi-bayi mungil itu diletakkan di inkubator setelah di mandikan dan minum susu dari sang ibu. Hanya saja tidak ada yang tahu apa terjadi setelah itu.
"Ambil bayi dari Bintoro, dan jangan meninggalkan jejak sedikit pun."
Seseorang telah melakukan sesuatu tanpa melihat ada kamera pengawas. Dia memakai pakaian suster dan masker untuk menutupi wajahnya. Mengambil salah satu bayi tanpa melihat papan nama yang tertempel di sana, yang kemudian dia masukkan ke dalam tas jinjing berukuran besar. Dan pergi begitu saja meninggalkan rumah sakit melalui jalan evakuasi.
Selang beberapa menit, raungan seorang wanita terdengar. Menangis tidak peduli dengan bekas jahitan perut yang masih basah. Salah satu putranya hilang tanpa meninggalkan jejak sedikit pun. Seketika itu polisi mulai mencari keberadaan bayi laki-laki di segala penjuru.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bagaskara ( Tamat )
Teen FictionDemi sebuah tujuan, Bagaskara harus menjadi sosok yang berbeda agar dirinya diterima menjadi kekasih si gadis lugu. Beribu penolakan telah diterima Bagas sampai urat malunya putus. Akan tetapi siapa sangka perjalanan Bagas terus terpantau oleh sese...