Di Kejar Arwah

6.2K 440 5
                                    

Teror Arwah Gentayangan #5

Tidak seperti saat perjalanan dari rumah, kali ini kami pulang dengan tergesah.
Perasaan takut membuat kami tak menghiraukan jalan yang rusak.
Lubang di sepanjang jalan tak membuatku mengendurkan tarikan gas di tangan, hingga sesekali motor kami oleng dan hampir terjungkal.

"Peeerrrriiiiihhh,"

Suara itu terngiang di telingaku.
Entah halusinasiku saja atau memang benar arwah almarhum Rian mengikuti motor kami.

Suasana menjelang magrib membuat jalanan di area kebun tebu menjadi lebih sunyi dan mistis...

Srrrrraaaaaakkkkkk!! Sraaaakkk!! Srrrraaaakkkk!!

Suara pucuk pohon tebu yang saling bergesekan, mengagetkan kami.
Seakan ada suatu benda yang berjalan atau bahkan mungkin terbang di antara pohon-pohon tebu yang tumbuh berjajar.
Benda itu bergerak sangat cepat di antara pohon tebu seakan mengikuti motor kami.

"Apa itu Mas?! Kenapa kaya ngikutin kita?" tanya Dina menahan tangis.

Tangan Dina memeluk erat pingganggu, sangat terasa betapa  Dina gemetaran.

"Jangan takut, sayang." ucapku.

Sejujurnya aku sendiri tengah di rundung rasa takut yang luar biasa. Aku coba untuk mengabaikan benda aneh yang se akan mengejar kami itu.

Beruntung, benda misterius itu tidak mengejar kami sampai ke rumah.
Entah apa sebenarnya benda itu, dan bagaimana wujudnya.
Ia berhenti di pohon tebu barisan terakhir kebun itu, ditandai dengan pohon tebu yang tidak lagi bergoyang.

Aku dan Dina menghembuskan nafas lega saat memasuki kampung, setidaknya di sini sudah banyak rumah warga dan itu sedikit membuat kami merasa tenang.

Aku mulai mengurangi kecepatan laju motorku.
Berulang kali mengatur napas untuk menetralkan rasa takut.
Tangan Dina masih gemetar saat aku menggenggamnya.

"Sudah, enggak apa-apa Dek."

Dina mengangguk dan menyandarkan kepalanya di pundakku.

Kini kami telah sampai di sekitar rumah Mbak Nisa, pertanda kami akan segera sampai. Laju motor kami seketika terhenti ketika ku genggam rem dengan kuat, karena ada se ekor kucing hitam yang tiba-tiba melintas di depan kami.

"Mas! Itu kenapa lampu di bekas tempat mensucikan jenazah kedap-kedip!" ucap Dina sembari menjentikan jari ke arah yang ia maksud.

Aku tidak berani menatap, karena sekilas aku melihat bayangan anak laki-laki di dekat galah.

Tanpa menghiraukan ucapan Dina aku kembali melajukan motorku.

Adzn maghrib berkumandang saat kami memasuki pelataran rumah.
Hening, terasa sangat sunyi.

Tiba-tiba angin bertiup kencang, menggoyangkan pohon yang ada di halaman rumah.

"Ada apa lagi ini?" tanyaku dalam hati.

Gegas aku mengajak Dina masuk ke rumah.
Langkah kami terhenti saat sebuah bayangan hitam tergambar di balik horden jendela ruang tamu.

"Siapa?!!!"

Aku bertanya dengan berteriak.

"Itu hantu apa maling, Mas?"

Pertanyaan yang sulit ku jawab namun ke duanya ku yakini kurang bagus untuk kami hadapi.

Aaarrrghh!
Aku merasa sedikit frustasi dengan apa yang kami alami.

Entah mengapa arwah Rian menggentayangi kami.

Biar itu ku pikirkan nanti.

Sekarang mau tidak mau harus aku hadapi apapun yang kini ada di dalam rumah.

Sebuah balok kayu aku raih sebelum memasukan kunci untuk membuka pintu.

"Hati-hati, Mas."

"Kamu di sini saja, Dek. Berteriaklah sekeras-kerasnya bila terjadi sesuatu di dalam."
Dina menjawab dengan anggukan kepala.

Kleeekkkk!!!
Pintu terbuka.

Bersambung...

Teror Arwah Gentayangan (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang