lima

2.4K 312 5
                                    

WARNING
BXB
JAEDO

don't forget to vote and comment.

happy reading!

___

sudah tahu cintanya bertepuk sebelah tangan tetapi masih juga berharap. siapa lagi kalau bukan kim doyoung yang kini sedang terduduk di kursinya sambil menunggu kedatangan jaehyun.

tidak, doyoung tidak berniat memberikan bekal atau apapun itu hari ini. doyoung hanya sedang mencari penyemangat bekerja. nyatanya hanya dengan melihat kehadiran jaehyun saja, doyoung senang bukan main.

dan ketika pintu terbuka menampilkan sosok lelaki jeong, doyoung tanpa sadar menyunggingkan senyumnya. sebuah kebiasaan yang entah sejak kapan ia lakukan.

doyoung bisa melihat mata jaehyun yang sempat menengok ke biliknya. hanya sedetik sebelum lelaki itu berpaling lagi dan melanjutkan langkahnya pergi ke ruangannya.

"huh, percuma tampan kalau tidak bisa jadi milikku," gumam doyoung.

"memangnya semua orang yang tampan harus menjadi milikmu?" tanya taeyong yang tiba-tiba berada di depan doyoung.

"kau ini kenapa suka sekali ikut-ikutan sih?"

"aku hanya menanggapi."

"kau memang menyebalkan."

taeyong tertawa kecil. "waktu itu kudengar ada yang bilang mau melupakan, ternyata tidak beneran ya," ujar taeyong pada dirinya sendiri. niatnya menyindir doyoung. dan ketika melihat doyoung memutar bola matanya kesal, tawa taeyong makin keras.

saat tawa taeyong mereda, doyoung memutar kursinya menghadap ke arah taeyong. "untuk yang kemarin, aku minta maaf karena terus merepotkanmu. harusnya kau tidak perlu datang."

"menurutmu apa aku bisa mengabaikan saat ada orang bilang kau mabuk sendirian hingga tak sadarkan diri?"

doyoung meringis.

"tetap saja, aku merasa tidak enak padamu juga pada ten."

"kalau begitu kau harus mengganti nomor di panggilan cepatmu."

niatnya taeyong bilang begitu hanya untuk bercanda, tetapi yang dilihatnya doyoung langsung mengeluarkan ponselnya. sibuk dengan ponselnya sejenak lalu berkata, "maaf aku selalu lupa untuk menggantinya. tenang saja, sekarang sudah kuhapus."

"aku hanya bercanda, kau tahu." berganti taeyong yang tidak enak hati.

"aku tidak punya hak untuk tetap menyimpan nomormu di panggilan cepat."

___

"jaehyun kau tidak membawa mobil ya? mau kuantar pulang?" tawar doyoung saat melihat jaehyun berdiri sendiri di depan perusahaan.

sungguh, doyoung sudah kebal dengan tatapan malas jaehyun yang ditujukan padanya. seperti yang sedang lelaki jeong itu lakukan.

"tidak."

"gerimisnya pasti akan bertahan lama kalau seperti ini. kau mau di sini sampai malam?"

gerimis memang tengah mengguyur di sore hari ini. dan jaehyun tidak membawa kendaraannya. itulah mengapa dirinya masih tertahan di perusahaan.

jaehyun juga ingin cepat pulang, tapi kenapa harus doyoung yang memberikan tumpangan?

"aku tidak akan berisik, kalau itu yang kau takutkan," kata doyoung lagi.

akhirnya jaehyun ikut juga. ia berlari kecil bersama doyoung menuju mobil si kim. kehujanan seperti ini, jaehyun jadi ingat payung yang ditinggalkan doyoung untuknya. sungguh, jaehyun merasa sangat bersalah karena waktu itu meninggalkan payung doyoung di depan. dan saat ia kembali lagi payungnya sudah tidak ada.

untung doyoung tidak pernah menanyakan payungnya sampai sekarang. karena jaehyun belum menemukan payung yang sama dengan milik doyoung.

doyoung benar-benar menepati ucapannya. ia hanya diam sepanjang perjalanan mengantar jaehyun. hanya sesekali melirik si jeong yang entah disadari oleh jaehyun atau tidak.

ketika sampai di halaman rumah jaehyun, doyoung ikut turun. saat jaehyun berlari kecil pun ia mengikuti.

"terima kasih," ujar jaehyun saat keduanya tidak terkena hujan lagi.

"sama-sama, jaehyun."

"kau tidak pulang?"

doyoung berdehem kecil lalu pura-pura batuk. "jaehyun, aku sebenarnya haus sekali. soalnya dari tadi belum sempat minum."

"kau butuh minum? di depan sana ada minimarket, kau sudah tahu kan."

ini jaehyun yang tidak peka, atau doyoung yang dapat penolakan lagi?

hembusan napas pasrah terdengar dari doyoung. matanya menatap ke arah jaehyun yang menunggunya untuk cepat pulang.

"padahal aku hanya ingin lebih lama melihatnya, sebelum nantinya aku tidak bisa melihat dia lagi," lirih doyoung.

"kau bilang apa?"

"tidak apa-apa. kalau begitu aku pulang," pamit doyoung.

di bawah gerimis yang semakin deras, doyoung melangkah pelan menuju mobilnya. tidak peduli ia akan basah nantinya.

doyoung lagi sedih, tapi ia tidak ingin menangis. biar air hujan saja menggantikan peran air matanya.

tbc.

maaf ya kalau narasinya membosankan. aku udah lama banget gak nulis full narasi, dan baru nulis lagi ini.

semoga kalian suka ><

hi, heartbreakerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang