"Jangan mengasihaniku."
Kira-kira itulah yang Granger katakan setelah pagutan mereka terlepas. Pria itu meninggalkannya dan sibuk dengan aktivitasnya di istana.
Wajah Ruby merona mengingat ciuman mereka namun tak lama kemudian pandangannya menyendu mengingat perkataan Granger. Dia tidak pernah mengasihaninya. Dia benar-benar tulus membalas ciumannya. Bagaimana bisa pria itu tidak menyadarinya?
Gadis itu tersadar kemudian menggeleng keras. Tidak. Ini bukan saatnya memikirkan Granger!
Poin pentingnya, ia diizinkan pergi oleh Granger. Oleh karena itu, Ruby harus memokuskan keadaannya terlebih dahulu. Dia mengecek kembali pakaiannya yang telah dikemas dalam kopornya, kemudian melangkah ke kamar mandi.
Blaze sedang menegur kelakuan Vìz yang sedang salah tingkah karena selalu menghindari Ruby. Kedua spirit tersebut berinteraksi cukup lucu membuat Ruby merasa terhibur. Apalagi melihat raut muka spirit Air yang sangat pasrah karena spirit Api menginterogasinya panjang dan lebar.
"Wahai spirit Air, penuhi panggilanku!" panggil Ruby yang menghentikan obrolan kedua spirit tersebut.
Vìz memenuhi panggilannya dengan raut muka gugup. Baru kali ini Ruby menemukan spirit sangat gugup berhadapan dengan dirinya. Tentu sangat menyegarkan menemukan spirit seperti ini diantara para spirit yang sangat patuh dan serius.
"A-Anda memanggil saya? Saya ti-tidak menyembunyikan apapun darimu, Witch." gagap Vìz dengan pandangan polos memandang Ruby.
Dengan wujudnya berupa air, matanya bagaikan kelereng permata yang membulir sangat indah. Ruby menyukai keindahan para spirit termasuk para peri yang memiliki bubuk pixie.
"Aku belum bertanya." cetus Ruby dengan geli. Dia bersidekap sambil memandang Vìz yang gelisah dan Blaze disampingnya hanya menepuk jidatnya, merasa Vìz bersikap berlebihan.
"Cukup jawab rasa penasaranku." lanjut Ruby dengan serius. "Kau tahu mengapa aku berada di posisi seperti ini, apakah aku bisa kembali menjadi Witch yang sempurna?"
Ada kebisuan sejenak diantara mereka. Ruby merasa ketar-ketir membayangkan jawaban apa yang akan Vìz berikan. Dia berharap spirit Air menjawab sesuai ekspetasinya.
Sayangnya, spirit Air menggeleng keras yang membuat Ruby merasa syok. Kalau ia tidak bisa berubah menjadi penyihir, Ruby tidak akan bisa mengalahkan Selena dan antek-anteknya!
Gadis itu hampir saja limbung dari tempatnya kalau saja Vìz tidak bersuara.
"Mengenai identitas anda, sebaiknya witch tanyakan pada Sol, spirit Tanah." lanjut Vìz yang membuat Ruby merasa luar biasa lega.
"Dimana aku harus menemukan Sol?" tanyanya cemas.
Ruby sangat mengenal Sol yang merupakan spirit penyendiri. Spirit itu selalu berpindah-pindah tempat dan selalu menganggap semuanya membosankan. Ruby tidak akan lupa ketika Sol membuat guncangan di negeri Asia yang membuat seluruh dunia gempar mengetahuinya.
"Hanya Ventus, sang spirit Angin yang mengetahui keberadaan spirit Tanah. Saat ini, Ventus berada di dunia manusia. Tepatnya berada di Jepang."
Ruby terperangah mencerna penjelasan spirit Air. Tunggu, spirit Angin berada di Jepang? Astaga! Jangan bilang spirit itu akan membuat tornado tempat tersebut yang sering dikunjungi para turis.
Ruby menepuk jidatnya. 'Ventus, sebaiknya kau tidak bermacam-macam dengan negeri penuh anime itu.' batinnya khawatir.
Ruby berusaha berpikir positif, mungkin Ventus sedang mengenakan kimono dan menggoda gadis-gadis Jepang disana. Ah, Ruby jadi terpengaruh ingin ke dunia manusia lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Witch of Vampire
FanfictionJudul sebelumnya: The Vampire & The Witch Sebagai salah satu vampire murni yang memiliki kemampuan istimewa, Granger sulit memuaskan dahaganya kala melenyapkan para outcast. Meskipun ledekan dari temannya dan tuntutan dari orangtuanya untuk mencari...