Dentingan bel dipintu membangunkan tidur sang gadis muda. Surai halus nan terangnya tergerai seketika ia terbangun dari tidurnya. Mata mengantuknya sekilas melihat jam dinding diseberang tempat tidurnya.
"Apakah orang-orang disini tidak mempunyai tata krama? Bagaimana bisa mereka ingin bertamu di pagi buta?" keluhnya sambil mengucek matanya. Dia mendekati pintu kemudian membukanya.
Saat itu manik hijau zamrudnya sepenuhnya terbuka. Pikirannya yang setengah melindur pun segera sadar.
Dihadapannya ada tiga orang memakai jubah dan kerudung berwarna hitam dengan kalung emas sebagai tanda bahwa mereka merupakan orang penting. Mungkin orang-orang pada umumnya akan mengira tiga orang ini merupakan pengikut sekte sesat, tetapi bagi sang gadis yang melihat ini dia berada di dalam bahaya.
Mereka merupakan Arcmage, sosok yang memiliki idealisnya terhadap manusia. Kelompok yang pernah bekerja sama dengannya.
"Ada perlu apa kalian kemari? Aku tidak memiliki urusan dengan kalian." serangnya tanpa basa-basi.
"Tidak menawarkan kami masuk? Kami merupakan tamu."
"Tamu normal tidak mungkin datang sepagi ini." hinanya seraya mendengus. Dia terlihat tidak takut pada tiga orang ini walaupun jantungnya berdebar setengah mati karena harus memikirkan strategi baru melawan mereka.
"Baiklah, kurasa sudah cukup basa-basinya." ucap Arcmage yang berada di tengah, orang itu merupakan pemimpin kelompok. "Kami membutuhkan kekuatanmu, Ruby Little."
"Aku bukanlah penyihir, darah yang mengalir dalam diriku merupakan darah manusia. Seharusnya kalian tahu karena mendiang ibuku sudah menjelaskannya pada kalian bahwa aku tidak memiliki kekuatan berarti."
Ruby Little, nama sang gadis yang memiliki warna rambut pirang seperti emas batangan itu menatap tajam para Arcmage yang berkunjung ke rumahnya.
"Kami hanya membutuhkanmu untuk memperbaiki rune sihir kami yang mulai melemah. Kau tahu saat ini penyihir merupakan sosok yang langka."
"Itu bukan urusanku, lagipula..." Salah satu tangan Ruby mulai bersiaga mengeluarkan sabitnya. "..apa kau akan menggunakan trik murahan ini seperti yang apa kalian lakukan pada ibuku dulu? Aku tidak akan terkecoh."
Aura diantara mereka pun mulai terasa mengintimidasi. Para Arcmage mulai mengeluarkan tangan mereka dari balik jubah dan Ruby mulai mengeluarkan sabitnya yang tersimpan dalam segel sihir pergelangan tangannya.
"Kalau begitu tidak ada pilihan lain."
Setelah itu muncul ledakan besar di apartemen kecil nan sepi tersebut. Kekuatan para Arcmage tidak bisa diremehkan karena mereka merupakan pendiri yang memiliki tingkat konsenstrasi sihir kelas tinggi. Ruby hanya bisa menghalau sihir mereka menggunakan sabit besarnya, ia terbatuk hingga mengucurkan darah dari mulutnya. Dia mengusap darahnya setelah mengalami serangan besar karena sihir Arcmage.
Tangannya memutar sabitnya kemudian membuat putaran angin yang begitu kencang demi menghalau mereka. Dia harus menghindari Arcmage yang kini mengincar nyawanya.
Tidak ada yang bisa melindunginya. Saat ini, ia hanyalah gadis sebatang kara yang harus bertahan hidup di kota metropolitan. Keributan yang Arcmage lakukan cukup berdampak besar pada beberapa gedung dan rumah sehingga penduduk mulai menjerit ketakutan, mengira adanya serangan teroris.
"Padahal kami sudah berbaik hati menawarkanmu kerja sama." ujar Arcmage yang mendarat di atas pohon.
Ruby mengayunkan sabitnya yang telah bercucuran darah. Dia berhasil melumpuhkan satu Arcmage yang sempat menusuknya dari belakang. Dia tersenyum sinis pada ketua Arcmage tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Witch of Vampire
FanfictionJudul sebelumnya: The Vampire & The Witch Sebagai salah satu vampire murni yang memiliki kemampuan istimewa, Granger sulit memuaskan dahaganya kala melenyapkan para outcast. Meskipun ledekan dari temannya dan tuntutan dari orangtuanya untuk mencari...