Bagian (5) Memperhatikan

2.4K 304 4
                                    

Happy reading
Jangan lupa
Vote
Komentar
.
.
Love in Time Treval
by ICHADRAY
(^w^)
.
.
.


Draco tidak tahu bagaimana cara mendeskripsikan sesuatu dengan cara yang benar tanpa setidaknya menggunakan kata-kata kasar seperti yang telah ia lakukan. Draco sadar jika didikan orang tuanya yang menjunjung tinggi kemurnian adalah alasan di balik sikapnya yang kemungkinan dianggap orang lain menyebalkan.

Bukan karena Draco keberatan pada apa yang terjadi juga merupakan kesalahannya, tapi begitu ia melihat emerald yang berkilau dan perkataan maaf tanpa menyerah bersama pandangan bingung membuatnya tersentak.

Pemuda pirang menarik tangannya, jelas gugup dengan apa yang ia lakukan pada Harry Potter dan wajah tersipu akibat udara dingin sialannya. Draco berbalik tanpa menoleh, hanya untuk menyembunyikan rasa malu atas pengendalian yang buruk dan tidak melupakan agar merutuki diri sendiri, bergegas berjalan menuju perpustakaan yang coba mereka singgahi.

Harry mengerjap, membawa sebelah jemarinya pada area yang ia rasakan hangat dari tangan Draco yang sempat menahannya di sana. Ia merona, tak bisa meninggalkan senyuman yang kini bersarang di wajahnya bersama degup jantung yang ia sendiri tidak tahu apa artinya. 

Tersadar jika ia bergeming, Harry menyusul Draco, kini ia memikirkan banyak hal. 

Harry tahu Draco kesal, tapi mereka benar-benar terjebak di sini. Dumbledore telah memilihkan pada dua dua pilihan apakah mereka akan mengambil sebuah nama dalam silsilah keluarga yang cukup berpengaruh. Ia tidak tahu sejarah bagaimana cara mereka membangun nama keluarga mengingat Harry dibesarkan oleh keluarga Bibinya yang hanya mengatakan nama keluarganya adalah Potter, begitu keras menekankan ia bukan bagian dari mereka. Jadi Harry sungguh merasa bersalah dengan perkataannya yang seolah meremehkan, bagaimanpun Draco memang keturunan darah murni meski, Harry benci mengakuinya.

Mungkin Harry akan setuju pada keputusan Draco tentang mereka menggunakan nama mereka sendiri di waktu ini? Setidaknya itu meminimalisir kecurigaan bahwa mereka sebenarnya tidak pernah ada dalam keluarga manapun.

Mereka memasuki perpustakaan, terlihat cukup sepi karena saat ini adalah liburan natal, hanya ada beberapa siswa Hufflepuff dan Ravenclaw yang tengah membaca di sudut meja tanpa ingin peduli pada sekitar, Draco dan Harry bersyukur diam-diam.

Mereka saling menoleh, Harry mengedip bingung untuk tatapan pemuda tinggi yang menatapnya lekat.
"Apa?" Tanya Harry menautkan alisnya bertanya, jangan bilang jika Draco masih kesal dan ingin berdebat dengannya di depan pintu perpustakaan.

"Apa?! Apakah kau bahkan tahu bagaimana buku yang kita cari?!" Draco berucap datar, manik silvernya yang menawan terlihat menuding bosan.


"Tentu saja aku tahu! Itu buku tentang mantra!" Jawab Harry yakin, tersinggung oleh tatapan Draco yang meremehkan seolah ia tidak tahu apapun.

"Itu buku tentang ruang dan waktu, dasar bodoh! Apakah kau sebenarnya menggunakan otakmu?!"  Draco tidak terkesan, menghela napas oleh kebodohan pemuda yang selalu bertindak sebelum berpikir. Ia tahu seorang Harry Potter adalah pahlawan, atau setidaknya itu yang orang-orang bilang, tapi fakta tentang Gryffindor yang mengandalkan gengsi spontan hanya agar mereka di sanjung, atau pada tindakan sebelum berpikir adalah suatu kebenaran. Setidaknya pemuda pendek di depannya telah membuatnya yakin.


"Aku tahu itu!? Maksudku spesifiknya. Mungkin sebuah mantra juga berpengaruh!" Harry merengut masam mencoba menjelaskan dengan memutar kata, sedikit merona malu atas kekalahan telaknya. Lagipula, kenapa Draco tidak bilang saja?! Kenapa pemuda tinggi itu bahkan harus berucap datar dan mengejeknya?! Draco benar-benar seorang Slytherin, bukan!?

Love in Time TravelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang