Part (8) Diam atau bertengkar

1.7K 241 14
                                    

Happy reading
Jangan lupa
Vote
Komentar
(^°^)
-
.
Love in Time Treval
by
Ichadray
.
.



Pemuda Slytherin itu mendengus datar, berpikir bahwa menghela napas dan memperingatkan dengan ucapan berbusa tidaklah cukup untuk memberitahu seorang Potter tentang apa yang seharusnya mereka lakukan. Draco sadar akan pentingnya menjaga keamanan sebagaimana mereka yang semestinya tidak mengubah terlalu banyak masa depan, tapi bahkan belum juga ia dan Harry memulai rencana dan Gryffindor itu telah membuat kekacauan.


Harry tampaknya telah meningkatkan kemampuannya dalam berbagai masalah yang datang ke antara mereka dalam garis waktu yang sebenarnya sudah terjadi. Draco masih mengingat bagaimana ia melihat dua Potter berkacamata berbicara dari kejauhan dan Harry masih keras kepala hanya agar mereka menjadi pusat perhatian. Draco tidak ingin mengambil resiko dengan datang, menengahi pertarungan dalam harapan Harry tidak begitu berpengaruh dan masa depan yang memungkinkan telah berubah.



Malfoy muda tahu jika Gryffindor mempunyai karakteristik yang peduli dan berani, atau mungkin keinginan sang pahlawan duna sihir untuk mengubah sesuatu. Tapi seperti yang Draco bilang, mereka berada di sini bukan untuk mengubah masa depan. Draco benar-benar mengeluh, kabar yang ia dengar tentang Harry yang selalu menarik masalah tampak terbukti lebih baik dari apa yang ia kira. Ia masih bertanya-tanya, apakah bahkan pemuda pendek itu memikirkan sesuatu yang berguna dengan mencampurkan diri di dalam duel yang sepertinya sudah pernah terjadi di masa lalu.



Draco antara ingin mengumpat atau menertawakan melihat wajah Harry yang memucat di sana, tampaknya pewaris Potter baru menyadari apa yang telah dilakukan dengan berdiri menghalangi pertarungan yang terlaksana. Benar, penyesalan selalu ada di akhir perbuatan. Namun, yang menjadi atensi Draco, ia lebih heran bagaimana bisa Dumbledore datang dan membubarkan mereka, atau apakah itu sebuah kebetulan yang nyata. Ia akan memarahi Harry, tentu saja, ingatkan ia untuk menghujaninya dengan berbagai hal tentang betapa masalah sangat menyukai pemuda berkacamata. Dan jangan lupakan Draco sudah lebih dari satu kali memperingatkan hal yang sama berulang. Tapi itu bisa ditunda, Draco lebih tertarik dengan apa yang akan mereka katakan kepada Dumbledore hari ini.



Jadi mereka telah berjalan bersama menuju ruang kepala sekolah, tidak membuka mulut selagi Dumbledore membimbing jalan. Lupakan Harry yang terus menatapnya dengan tatapan minta maaf, Draco lebih yakin jika pahlawan sihir itu sama sekali tidak peduli dengan mereka yang realitanya terjebak bersama dan mencari jalan keluar. Ia hanya memicing, intimidasi dalam peringatan yang ia tidak sukai.


"Baiklah, bagaimana keputusannya?" Dumbledore bertanya tenang setelah mereka sampai di kantor dan duduk mendiskusikan keputusan apa yang mereka pilih dalam waktu saat ini.

Harry bergerak gelisah, melirik Draco yang duduk di sampingnya kini menatapnya sama datar. Ia tahu bahwa Draco kemungkinan besar pasti marah atas kelakuannya yang mengacaukan sebagian dari rencana mereka, dan Harry benar-benar merasa bersalah. Harry berharap agar Draco tidak mengutuknya hanya karena tindakan yang bisa mengubah waktu masa depan. 



"Kami terima, tapi tetap memakai nama depan dan kami butuh masing-masing satu burung hantu untuk berkomunikasi." Harry terdiam, tersenyum meringis pada mata silver yang Draco dapatkan sangat membantu membuatnya menciut di tempat. Meski, Harry menyangkal tatapan tajam itu cukup menawan, ia akan mengambil inisiatif untuk diam dan membiarkan Draco yang menjawab.

Love in Time TravelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang