Part (6) Diskusi

2.2K 272 14
                                    

Happy reading
Jangan lupa
Vote
Komentar
.
.
.

Love in Time Treval
by ICHADRAY
{^°^}
.
.
.


Harry mengusap kedua matanya, menampilkan emerald berkilau sayu dari bulu mata yang berkedip terganggu. Ia memang masih mengantuk, godaan untuk tidur lebih lama dalam cuaca dingin dan selimut hangat seperti ini sepertinya memang keputusan bagus.


 Tapi tidak, pemuda manis itu sudah bertekad sejak hari di mana Draco sepertinya telah beberapa kali Harry pergoki menatapnya begitu ia terbangun. Agak memalukan dan Harry tidak bisa memaafkan dirinya sendiri yang tidak sadar, tertidur nyenyak dalam jangka waktu yang memungkinkan Draco memandangnya lama, ia tidak tahu apa yang Slytherin itu pikiran.


 Harry berpikir Draco pasti telah menemukan sebuah lelucon untuk disimpannya hanya agar Harry bisa dipermalukan. Lagipula, bagaimana bisa pemuda pirang itu bahkan punya waktu menatapnya selama itu saat Harry membuka mata dan yang pertama ia lihat adalah wajah tampan yang terpaku menunggunya.


Harry tidak ingin mengambil asumsi lain dari anggapannya jika pangeran Slytherin seolah mengejeknya dalam diam, dan Harry mencoba menutupi seberapa memalukan ia pada kesadarannya tentang cara tidurnya yang diperhatikan, memungkinkan untuk mengambil sedikit rona merah muda yang tidak ia suka di kedua pipinya.


Karena itulah, ia akan membalasnya. Bukan pada kesimpulan yang menyatakan ia bisa menyimpan dendam, hal sepele seperti itu tidak akan membuatnya repot-repot memikirkannya. Harry hanya ingin mereka seimbang, bukan pada akhirnya sebuah lelucon yang tidak ia ketahui terlontar dari Draco hanya agar merasa bahwa ia kalah membalas ejekan. Setidaknya Harry harus ada balasan, sedikit lebih baik jika ia bisa melihat lebih banyak kesalahan pada pemuda pirang yang selalu orang anggap sempurna.


Harry duduk di kasurnya, menurunkan selimut secara perlahan. Hari yang masih agak gelap walau adanya sedikit pencahayaan pagi tidak membuatnya mengurungkan niatnya untuk menemukan sebuah leluconnya. Ia menatap pemuda yang ada di seberang kasurnya, tampak masih tidur damai,  memunggungi Harry yang tiba-tiba menjadi tegang memikirkan apa yang akan ia lakukan.


Mengambil jubah Gryffindor miliknya guna menghalau udara dingin, Harry diam-diam melangkah melalui lantai, berhenti tepat agak jauh di sisi ranjang yang masih menopang tubuh objek yang akan ia amati. Mencoba meniru apa yang pemuda itu lakukan begitu ia membuka mata.



Harry kemudian mengubah lemari kecil yang ada di dekatnya, duduk santai untuk melihat Draco yang tidur miring dengan sebelah tangan yang ada di bantal. Ia mulai mengamati, menilai dari arah mana apa yang akan ia temukan pertama kali.


 Surai pirang platina yang biasanya tertata rapi itu, kini agak berantakan, sedikit menutupi dahi dan kelopak mata yang biasanya menampilkan manik silver tajam juga menawan. Harry jadi teringat saat ia tidak sengaja memandangi irish yang menawan itu dan yang ia temukan adalah ia tenggelam di dalamnya, tidak bisa mengalihkan hingga terpesona. Harry tersenyum, tanpa sadar menemukan dirinya mengangkat kedua sudut bibirnya yang langsung ia turunkan, menggelengkan kepalanya dan kembali fokus pada niatan awalnya. Tidak ingin mengartikan apapun pada debaran jantungnya yang terpompa.


Mengabaikan bagaimana rambut Draco yang teracak menghalangi seolah menggodanya untuk menyingkirkannya dari kelopak mata yang tertutup, Harry beralih. Kini ia menyusuri wajah damai itu, melihat hidung mancung yang halus dan bibir tipis yang menderu, di bingkai oleh rahang tegas yang biasanya membalut seringai khas Malfoy yang angkuh. Harry bergeming pada keseluruhan wajah yang benar-benar aristokrat, gabungan dari garis wajah angkuh, tegas, dan menggoda. Harry seketika merona, kembali pikirannya berkeliaran pada ingatannya jika wajah menawan itu telah beberapa kali begitu dekat dengan wajahnya. Dan sungguh sialan bagaimana seseorang bisa sangat tampan dalam tidurnya.



Love in Time TravelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang