Bagian (15) Duel dan sentuhan

914 85 15
                                    

Happy Reading

jangan lupa

vote dan komentar

.

Love in Time Travel

ichadray

('M')

.

.


Udara malam berhembus pelan, Harry berjalan menuju ruang astronomi untuk sebuah pengalihan pikirannya tentang mengapa ia dan Draco bisa terjebak di sini sekarang. Pertarungannya dengan James yang menginginkan untuk berduel dalam klub mengharuskannya menyetujui tanpa sadar. Harry beranggapan jika tantangan james untuk bertarung "mantra sihir agar membuktikan siapa yang lebih hebat di mata orang lain. Namun, dari pada menunjukkan kehebatan sebagai seorang siswa yang terkenal, Harry yakin jika tantangan itu lebih di tunjukan agar James bisa menghajar siapapun yang mencoba untuk mengambil perhatian Lily yang james sukai. Harry cukup sial karena menjadi salah satu sasaran James di sana.



Menghela napas, Harry menaiki tangga menuju ruang astronomi, berniat menemui Draco yang sudah ia beritahukan sebelumnya untuk bertemu seusai kelas terakhir mereka. Ia telah berkirim surat dan tanggapan Draco yang menjawab bersama tanda tanya yang besar membuat Harry sedikit ragu ingin mengatakan apa yang sebenarnya ingin ia lakukan.



Harry tahu mengenai dirinya sendiri yang sering terlibat dalam masalah, tapi bahkan Godric harusnya tahu jika ia tidak benar-benar berniat melakukannya berulang-ulang. Draco sudah lebih banyak memperingatkan dan Harry sungguh bersalah untuk itu. Setidaknya ia bisa meminta pendapat Draco, meski bukan berarti Harry ingin melihat bagaimana pemuda Slytherin itu semakin kesal.



Menegakkan bahu, Harry berjalan dalam diam, berharap debaran jantungnya yang mengantisipasi segera mereda setelah ia bertemu Draco dan mengatakan yang sebenarnya. Menoleh, Harry bergeming melihat bagaimana tampilan di depannya cukup mempesona. Surai yang biasanya terlihat berwarna pirang itu kini tampak lebih keperakan dengan tumpahan sinar bulan yang memancar di balik awan, sedikit tertiup angin malam untuk menunjukkan betapa halus helaian yang melambai bersama jubah hijau yang berkibar pelan. Wajah tampan nan aristokrat itu terpejam damai, sedikit menengadah membuat sudut yang dibentuk oleh ketegasan rupa yang menawan, seolah menikmati keindahan sang rembulan dalam keheningan malam yang tenang.



Harry tersipu, menyadari jika Draco benar-benar terlihat seperti seorang pangeran dalam buku yang pernah Hermione bacakan untuknya. Itu sungguh tidak adil bagi Harry, juga kenapa kekasihnya itu bahkan bisa memiliki tubuh tinggi dan proporsional alih-alih pendek dan padat sepertinya? Meski, ia agak bangga mengetahui fakta seorang Draco Malfoy telah menjadi kekasihnya.


Mengalihkan pikirannya, Harry mendekat diam-diam, beralih menangkap Draco dari belakang yang langsung mengejutkan sang empunya. Ia bisa merasakan ketegangan yang waspada sebelum tubuh dalam pelukannya perlahan santai. Aroma menenangkan khas sang kekasih tercium hidungnya, menggelitik untuk mencari lebih banyak lagi dalam peralihan posisi yang sekarang saling memeluk berhadapan.

Love in Time TravelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang