Part (14) Veritaserum

1.1K 121 24
                                    

Happy reading
Jangan lupa
Vote
Komentar
.
Love in Time Treval
Ichadray
(°¢')
.

.


Sepasang mata emerald memancar bingung, bertanya-tanya dan sedikit khawatir akan apa yang mungkin terjadi sekarang.


Harry masih pada keinginannya untuk tetap tidak terlibat dalam urusan masa lalu. Tapi, mengingat bagaimana ia sudah menjadi pusat perhatian saat ini, teguran Draco terkadang bisa berguna.

Lorong yang cukup gelap dengan sedikit pencahayaan dari celah-celah dinding berlumut. Harry dibawa oleh James menuju sebuah koridor yang Harry  ketahui ada di dalam Hogwarts. Letaknya ada di dekat hamparan rumput yang menuju tempat tinggal Hagrid. Itu adalah koridor yang tinggi dan sepi untuk membuat seseorang bisa mendapatkan kutukan tanpa ada yang mengetahui. Harry mengingat jika mereka lebih keluar dari lorong, akan menemukan tempat di mana ia, Ron dan Hermione yang memergoki Draco bersama dua teman Slytherinnya. Ia tidak akan lupa pada bagian Hermione memukul wajah tampan Draco di sana.

Mengalihkan ingatan yang menghibur, emerald memancar bingung, Harry tanpa sadar menelan ludahnya gugup. James di depannya, bersandar bahu ke dinding bersama raut wajah yang kesal. Di belakang sang Ayah ada Peter, atau yang biasa dipanggil sebagai Wormtail, terlihat tengah memastikan sekitar. Melihat bagaimana kedua orang itu seperti menahan diri, Harry tahu akan lebih baik baginya untuk tidak gegabah dalam menjawab perkataan yang kemungkinan James lontarkan. Juga, tidak ada tanda-tanda dua sahabat Ayahnya yang lain membuat Harry berkesimpulan bahwa Sirius dan Remus tidak diberitahu tentang ini.

Sebenarnya Harry sudah bisa menebak, cukup mudah membaca pikiran Ayahnya yang berpacu pada perasaan yang janggal. Perilaku Lily yang secara tidak langsung memberikan sedikit atensi sudah menyentuh ranah kecemburuan James yang mengerutkan dahi. Tidak peduli bagaimana cara agar Ayahnya bisa mendapatkan perhatian dengan tingkah yang konyol, menjauhkan para penyuka Ibunya lebih mudah dipahami. Dan tentu saja, tidak ada yang ingin melihat orang yang kau sukai memperhatikan orang lain.

"Ada yang ingin dibicarakan?" Harry memulai terlebih dahulu, senang menemukan Ayahnya yang ingin mengajaknya berbicara walau, ia tahu lebih baik untuk apa ini semua.

"Aku tidak peduli untuk apa kau masuk ke Hogwarts dan Gryffindor. Tapi, jauhkan pandanganmu dari Lily," ucap James melangkah pelan menuju Harry yang tersenyum merasa bangga dalam hati melihat Ayahnya yang terang-terangan menunjukkan ketertarikan pada wanita yang di masa depan akan menjadi bagian dari keluarganya.

Harry bergeming, spontan mengeluarkan tongkat sihirnya dan menangkis serangan mantra James yang tiba-tiba. Ia hanya tidak menyangka jika Ayahnya akan menyerang dengan mantra lelucon seperti mengeluarkan siput dari dalam mulutnya. Harry beruntung mantra itu tidak mengenainya dan berbalik menuju Peter yang terjatuh di belakang. 

Pelajaran dari masa depan dan perang yang membawanya sangat waspada membuat Harry berterima kasih atas kesigapan tubuhnya.


"Aku tidak melakukan apa-apa." Harry membela diri, menyeringai tertarik melihat James sedikit khawatir dengan Peter yang masih memuntahkan siput berlendir, meski begitu, sang Ayah tidak menurunkan kewaspadaan dan tongkat sihir yang terangkat ke arahnya.

"Berduel denganku di klub duel malam ini dan lihat siapa pecundang yang mencoba mengganggu." James menurunkan tongkat sihir yang terangkat di depan wajah Harry, beralih membantu Peter yang bergetar dan membawanya pergi.

Love in Time TravelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang