Part (13) Memutar

1.6K 179 21
                                    

Happy reading
Jangan lupa
Vote
Komentar
.
.
Love in Time Treval
by
ICHADRAY
\(*'*)/
.
.



Draco mengeratkan jubah Slytherin yang ia kenakan, berjalan menuju ruangan Arithmancy yang masih diajarkan oleh Profesor Septima Vector di masa ini.


Pelajaran ini bukanlah salah satu dari pelajaran yang Draco sukai, tapi Ia cukup tertarik mengenai pembelajaran mengenai berbagai angka dan koordinasi yang terkadang bisa menjadi perhitungan dalam seberapa akurat presentase sebuah pertarungan. Mungkin saja mereka membutuhkan bagian ini lebih banyak jika kemungkinan akan adanya perang lain yang datang tiba-tiba, juga sepertinya Harry tidak akan mengambil inisiatif sendiri untuk memasuki kelas ini mengingat bagaimana pahlawan sihir itu bahkan tidak sanggup memikirkan apapun, lebih memilih bertindak spontan mencari perhatian.



Melangkah melalui koridor yang memuat beberapa murid menatapnya penuh keingintahuan, Draco mengabaikan bagaimana semua tatapan itu seperti ingin mengenalnya. Draco tidak mempunyai waktu untuk lebih banyak lagi terlibat dalam keadaannya yang sekarang. Tapi, saat Lucius menghadangnya untuk sebuah lirikan mata yang datar, Draco tidak bisa tidak penasaran apa maksud dari sikap sang Ayah yang sepertinya mempunyai sesuatu yang ingin dikatakan.

Mereka berpapasan, Draco memasang ekspresi tanpa senyuman yang biasa, berlalu pergi bersama jubahnya yang berkibar pelan.


Draco memasuki ruangan, dalam hati bersyukur melihat hanya ada beberapa orang yang mengambil kelas Arithmancy di waktu yang sama. Tidak banyak wajah orang-orang yang ia lihat, tapi Draco mengenali satu orang yang masih sedikit berkerabat dengannya di masa depan.

Itu adalah Ayahnya Luna. Tidak sulit membedakan antara keluarga Lovegood, hampir semua keturunan Lovegood mempunyai ciri khas masing-masing yang membuat mereka agak mencolok dari yang lain. Seperti yang terlihat dari seorang Xenophilius Lovegood, tingkah mereka sama membingungkan, terlebih pada tatapan mata ragu dan enggan saat Draco bertemu dengannya.


Sang Slytherin duduk santai sambil bertanya-tanya mengapa Xenophilius diam-diam meliriknya sembari bergerak tidak nyaman.

Draco ingin bertanya, tapi saat sang editor majalah Quibbler mendekati duluan, Draco tidak bisa tidak diam memperhatikan bagaimana Ayahnya Luna itu seperti ketakutan.

Xenophilius duduk di samping Draco yang tengah mengeluarkan buku dari laci yang tersedia, bergeser menjauh memberikan jarak yang cukup luas untuk bergerak.

"Hei, um.. namaku Xenophilius Lovegood .."

Perkenalan diri yang kikuk, Draco juga memperhatikan arah pandangan pria di sampingnya yang tidak sepenuhnya fokus padanya kini menampilkan senyuman aneh yang membuat sang Slytherin menaikan alisnya heran. Jubah berwarna biru itu menunjukkan bahwa Xenophilius berasal dari asrama berlambang burung elang.

"Ravenclaw? Draco." Pemuda pirang membalas datar, tidak terlalu peduli apakah perkenalannya terkesan angkuh dan merendahkan. Draco terbiasa dengan sikap Slytherin yang melekat padanya, dan melihat salah satu orang konyol membuatnya ingin lebih mengejek merendahkan. Siapa yang tahu ternyata Ayahnya Luna akan menjadi sangat tidak bangsawan dengan memberi senyum perkenalan yang menjadikan Draco ingin memukulnya.


Xenophilius mengambil beberapa kertas di dalam sebuah buku yang bersampul bulu gagak, mengeluarkan ekspresi tertarik tatkala memberikan dua coretan gambar aneh berserta catatan detailnya.

"Hei, Draco.. aku sedang meneliti tentang burung kematian yang sepertinya hanya bisa dilihat oleh orang-orang tertentu. Apakah kau percaya jika jenis ini benar-benar ada?"

Love in Time TravelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang