Part (11) Perasaan?

1.8K 208 23
                                    

Happy reading
Jangan lupa
Vote
Komentar
.
.
Love in Time Treval
ICHADRAY
(*3'))/
.
.

Harry selalu menyukai asramanya. Suasananya hangat walau, didampingi dengan teman-teman yang berisik, ruangan kamar yang memuat lima orang membuktikannya, dan ia tidak bisa lebih dari menyimpulkan itu suatu kelebihan, menjadikan mereka dekat satu sama lain. Ia berpikir jika Gryffindor memang menjadi asrama yang pengaturannya berbeda saat menyadari bahwa kemungkinan sang pendiri menginginkan para murid setidaknya berdekatan dan saling mengenal dengan membagi kamar bersama sebagai sistem asrama yang bertingkat. Harry tidak keberatan jika ia kembali di tempatkan di dalam asrama yang sama mengingat ia memang seorang Gryffindor terlepas dari fakta mengenai ungkapan topi seleksi yang mengatakan ia akan lebih baik berada di dalam Slytherin.




Pikirannya tidak lagi langsung menghakimi seperti kesannya pertama kali melihat perilaku seorang Slytherin, dan lagipula hasutan Ron mengenai keburukan Asrama ular itu ternyata mempengaruhi otak kecilnya. Harry bisa mengatakan ia agak mengagumi Slytherin sebenarnya setelah semua hal yang ia lihat, mereka telah membentuk beberapa orang jenius dan pintar di samping sikap licik yang tertanam dalam jiwa bangsawan. Beberapa orang yang ia kenal sebagai petinggi sihir, peringkat untuk kemampuan murid tertinggi, bagaimana mereka bisa sangat kompetitif menjatuhkan lawannya dengan bekerja sama secara spontan, dan kebanyakan penyihir merapal mantra kegelapan yang mengikuti arahan gelap juga dari Slytherin.





Harry cukup menyayangkan bagian terakhir, tapi mengingat ini Asrama Slytherin, tidak ada yang tidak mungkin. Ia mulai berpikir untuk mencari lebih banyak informasi tentang Slytherin di masa ini, tak terkecuali tiga Asrama lain yang berkemungkinan terlibat dalam perjalanan waktu mereka.



Harry sekarang menyusuri koridor sendirian setelah Dumbledore memperkenalkannya pada beberapa ruangan yang bisa di masuki, membimbing Harry menuju asramanya.



Anak-anak lain telah pergi untuk memulai pelajaran baru dan Harry merasa lega karena tidak harus mengikuti mereka semua setelah ia benar-benar menjadi pusat perhatian sebagai siswa tambahan. Dumbledore juga mengatakan untuk belum mengambil kelas apapun begitu mereka diperkenalkan, meminimalisir terjadinya perubahan waktu dalam linimasa yang sebenarnya sudah terjalan. Sang kepala sekolah menyarankan agar Harry mengikutinya berkeliling demi memberikan kesan kepada para guru dan murid jika kehadiran mereka diterima, memberitahukan bahwa Draco telah melakukan perjalanan berkelilingnya tempo hari.




Dumbledore tersenyum sambil menanyakan beberapa detail yang belum Harry ceritakan, tentang bagaimana Hogwarts di masa depan dan bagaimana dengan keadaannya.

Sepasang mata emerald menghangat, sedikit mengulas tentang bagian-bagian dari Hogwarts di masa depan. Ada sedikit perubahan memang, tapi detail kecil itu tidak menghalangi Harry berkaca-kaca mengingat kembali pertarungan besar yang telah banyak meruntuhkan sebagian besar dinding. Hogwarts sedang diperbaiki saat ia dan Draco terlempar dan terjebak di sini.




Harry mengakui ia sedikit trauma mengenai hal gelap yang ia alami selama pertarungan yang mempertaruhkan nyawa tapi, ia juga mengakui bahwa ia lega karena di masa depan semuanya bisa mereka lalui. Harry masih heran mengenai beberapa perilaku guru dan ia tidak akan mengatakan kembali ke masa lalu membuat hatinya merasa senang.




Sang pria tua tampaknya memaklumi, hanya menarik senyum saat Harry tersipu menyadari tatapan menghakimi Draco begitu ia secara terang-terangan menunjukkan semangat untuk mulai kembali belajar di Hogwarts.




"Apakah aku, satu kamar bersama The Marauders?!" Harry berbinar, menaiki anak tangga yang selalu berubah arah. Ia menginginkan agar bisa bersama sang Ayah dan para sahabat konyolnya, berharap akan ada hal menarik yang bisa ia temukan di samping ia mencari jalan keluar.



Love in Time TravelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang