Halaman 11 🍁 : Tanpa Jejak

848 106 5
                                    

"Minho astaga!" Teriak semua orang saat pria itu tiba-tiba pingsan. Semua mahasiswa berusaha membawa Minho ke UKS.

Saat Minho membuka matanya, orang yang pertama kali dia lihat adalah wajah Changbin dan Felix. Mereka menatap Minho dengan wajah cemas dan khawatir.

"Minho kenapa kau tidak mengatakan jika kau hamil?" Gumam Changbin sambil memegang tangan sahabatnya itu. Minho menghela napas, dia sebenarnya juga takut dan merasa malu.

"Ini perbuatan siapa? Sudah 6 bulan usianya" kata Changbin. Memang akhir-akhir ini pria itu jarang bersama Minho dia lebih banyak menghabiskan waktu dengan pacarnya Felix.

"Ini anak kak Chan ya?" Suara itu membuat Minho menjadi ingin menangis. Ini benar-benar sudah sangat lama, Chan seperti hilang ditelan bumi sekarang. Tak ada kabar sama sekali.

"Bagaimana ini aku takut? Dia pergi" kata Minho sambil meremas jarinya. Kedua pria itu seketika sedih mendengar hal itu.

"Aku sangat takut, ibu dan kakak pasti kecewa" kata Minho lagi.

"Coba aku hubungi dia ya, dia sudah tahu kan?" Tanya Felix pada Minho. Minho pun mengangguk sambil mengusap air matanya.


"Bagaimana?" Tanya Changbin pada pacarnya. Setelah selesai menelepon wajah Felix menjadi sangat cemas.

"Kak Chan katanya pergi ke luar negeri dua bulan yang lalu" katanya dengan mata berkaca-kaca. Mendengar itu membuat Changbin naik darah.

"Dasar pria brengsek tidak mau tanggung jawab" katanya lalu pergi dengan emosi yang meledak-ledak.

Seperti biasa Minho pergi ke dokter kandungan untuk memeriksa kehamilannya. Awalnya dia ke sana mencoba untuk menggugurkan bayi itu, tapi di sisi lain dia sangat kasihan dengannya.

"Chan kenapa ya, apa dia kabur?" Gumam Minho sambil berjalan. Saat ini dia memakai pakian yang super tebal agar tidak ketara dengan teman-teman kampusnya.

Saat Minho akan masuk ke gedung apartemannya. Tiba-tiba beberapa orang berpakaian hitam menghadang pria itu.

"Kalian siapa?" Tanya Minho dengan wajah pucatnya. Mereka menunduk memberikan hormat saat seseorang keluar dari mobil berwarna hitam yang terparkir di sana.

"Tuan Lee Minho?" Tanya pria paruh baya itu sambil melepaskan kacamata hitamnya. Minho menunduk memberikan hormat.

"Saya ayah Bang Chan, ayo ikut sebentar" kata pria itu lalu membawa Minho masuk ke mobilnya.

"Anak yang kau kandung adalah anak Chan kan?" Tanya pria itu dengan cepat. Minho hanya menunduk sambil mengangguk pelan. Tiba-tiba pria itu memberikan Minho sebuah kantong kertas yang di dalamnya berisi uang yang sangat banyak.

"Gugurkan anak itu karena Chan tidak akan bertanggung jawab" kata pria itu. Minho langsung membelakan matanya saat mendengar hal tersenyum.

"Dia mengatakan akan menikah dengan ku, jadi kau tidak perlu menghasut" kata Minho mengembalikannya. Sebuah senyuman sinis terlihat di bibir pria paruh baya itu.

"Dia tidak akan menikah dengan mu, sekarang saja dia ada di luar negeri dan hidup di sana. Memang dia bersikeras meminta restu tapi saat aku mengatakan akan menarik warisannya dia langsung berubah pikiran" jelas pria itu. Minho berkaca-kaca mendengar itu.

"Kau bohong, kau pasti berusaha menghasut aku kan? Chan tidak mungkin seperti itu" kata Minho sambil berusaha untuk pergi.

"Manusia bisa berubah, tunggal menunggu waktu saja. Jika kau tidak percaya dua bulan lagi dia akan kembali ke sini melihat perusahaannya" kata pria itu. Karena sudah muak, Minho langsung pergi dari sana dengan perasaan marah dan sedih yang tercampur aduk.

🍁🍁🍁


"Apa benar hiks Chan melakukan itu? Tapi dia sudah janji akan tanggung jawab" kata Minho sambil menangis sendirian di kamarnya.

Minho menghubungi banyak orang yang satu kampus dengan Chan dan semuanya mengatakan jika Chan benar-benar pindah ke luar negeri.

Saat mengeluarkan emosinya, tak sengaja dia merasakan sesuatu bergerak di perutnya. Awalnya Minho agak ragu tapi sepertinya memang bayi itu bergerak.

"Maafkan aku ya" kata Minho yang kembali memangis sambil memeluk dirinya sendiri.

"Apa? Minho ada di sana? Dia tidak ada di sini" gumam ibu Minho saat mendapatkan kabar jika Minho bolos kuliah dua minggu berturut-turun.

"Baiklah saya akan coba cek langsung ke sana" kata sang ibu dengan perasaan cemas.

"Ada apa ibu?" Tanya Juyeon yang baru saja pulang dari bekerja. Wanita itu menghela napas dan berusaha menceritakan semuanya.

"Aku takut terjadi sesuatu padanya, dia sendirian di sana lagi" gumam wanita itu. Juyeon mengangguk lalu dia langsung memesan tiket pergi untuk dua orang.

Kedua ibu dan anak ini saling bergenggaman tangan. Mereka benar-benar mencemaskan si putra bungsu di keluarganya.

"Kau sudah menghubungi temannya?" Tanya wanita itu. Juyeon mengangguk pelan.

"Minho, kenapa kau seperti ini?" Gumam sang ibu sambil memohon doa pada Tuhan.

Di sisi lain, saat ini Minho masih duduk di lantai sambil menatap lurus ke jendela. Perkataan ayah Chan benar-benar membuatnya selalu kepikiran dan pria itu mulai frustasi.

Di tangannya, Minho berusaha sangat keras untuk menelepon dan menghubungi Chan tapi tetap saja tidak berhasil.

Suara ketukan dan panggilan itu Minho dengar dari luar apartemen. Hal itu membuat pria itu merasa cemas dan sedih. Apalagi perutnya ini sudah besar dan sulit ditutupi.

"Minho kau di dalam kan? Ini ibu. Kau baik-baik saja?" Tanya wanita itu. Minho benar-benar merasa akan mengecewakan mereka. Tapi bagaimana pun Minho tak bisa bersembunyi dan harus menghadapi masalah ini.

Saat membuka pintu dua orang itu langsung memeluknya dengan sangat erat.

"Kau baik-baik saja kan? Kenapa tidak kuliah?" Tanya wanita itu. Minho hanya bisa diam dengan mata yang berkaca-kaca.

"Minho kau?" Juyeon menatap perut sang adik yang sangat buncit.

"Kakak, ibu maafkan aku. Aku sudah mengecewakan kalian" kata Minho sambil menunduk. Kedua orang itu benar-benar syok melihat itu.

"Siapa yang melakukan ini?" Tanya Juyeon sambil memegang bahu adiknya. Minho tak berani menatap sang kakak. Untuk pertama kalinya dia membentak Minho seperti itu.

Minho kemudian menceritakan semuanya pada mereka. Mendengar cerita Minho membuat Juyeon mengepalkan tangannya, dia tak bisa membiarkan orang semena-mena dengan adiknya.

"Jadi Bang Chan itu ya?" Gumam Juyeon dengan emosi. Minho mengangguk, tapi dia masih yakin jika Chan pergi bukan karena kemauannya sendirii tapi mungkin di ancam oleh ayahnya.

"Kakak sepertinya ayah Chan mengancam Chan, dia padahal janji akan menikahi aku" kata Minho.

"Jangan membela pria brengsek itu, kita langsung saja cari dia saat kembali ke sini" kata Juyeon. Minho lalu memutuskan mengambil cuti sampai bayinya lahir dan kembali ke rumah ibu dan kakaknya untuk tinggal di sana.





TBC

Jangan lupa vote dan komen ya

MOM! WHO IS DADDY ?  | BANGINHO ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang