O8

129K 1.6K 18
                                    

Morie tiba dirumah lama nya, ia langsung saja masuk sembari menyeret koper nya. Didalam sudah ada sang bibi yang duduk manis dengan wajah masam. "Kenapa tidak meminta izin terlebih dahulu?"

"Maaf bibi, aku hanya kesepian di hari libur."

"Hm, sekarang ada aku... aku akan menginap disini sampai kau kembali masuk sekolah..."

Sial

Bisa bahaya kalau sampai Morie tidak merayakan natal bersama Claude. Dan tentu nya akan lebih bahaya kalau Laura tahu soal ini.

"Kenapa tiba-tiba bibi? bagaimana dengan paman dan Alex? Bibi tinggal begitu saja?"

"Tidak, tepat di malam natal mereka akan datang kesini."


  &

Dikamar Morie tengah merenung sembari terus memaki di benak nya. Kepala nya pusing ditambah handphone yang yang terus berdering karena sedari tadi Claude tak henti-hentinya menelpon.

Mulai muak Morie mematikan handphone nya dan pergi ke kamar mandi untuk berendam di bathup. Disana ia memejamkan matanya sembari menikmati hawa dingin yang menyerbu kepala sampai telapak kaki nya.

Ia sama sekali tak habis pikir dengan kejutan tiba-tiba ini. Apalagi pekerjaan yang di lakukan nya belum sampai sebulan. Sudah ada saja rintangan. Dan kembali ke awal, ia tidak pernah memikirkan bibi nya ketika menyetujui apa yang Laura suruh. Bodoh nya Morie hanya memikirkan uang.

Hidup sebatang kara, tentu Morie anak tunggal yang yatim.

Hanya itu yang Morie rasakan saat menerima pekerjaan itu. Ia lupa ia juga punya wali.

Meresa jengkel Morie menjambak-jambak rambutnya sendiri. "Aku lupa aku punya bibi... sialan!" Teriak nya menekan kata terakhir.

"Hey Morie! Kau kenapa! Cepat keluar, pacar mu datang!"

Morie seketika langsung membuka matanya dan melotot. Cepat-cepat ia keluar dari bathup dan langsung memasang handuk nya dan keluar dari kamar mandi. Karena di rumah Morie, kamar mandi hanya ada satu Morie lari terbirit-birit dari kamar mandi yang dekat dapur ke kamar nya. Tentu tanpa melewati ruang tamu, Morie lewat luar rumah. Yang berarti ia meloncat jendela untuk memasuki kamar nya.

"Siapa? Pacarku? Tunggu-tunggu... Bukan nya aku sudah putus dari Vincent? Tidak mungkin Vincent datang, Oh Tuhan!!!!"

Selain lari terbirit-birit, Morie juga memasang bajunya terbirit-birit. Sembari mengucap mantra, Morie bersiap-siap dengan baju yang pantas.

Takut kalau Vincent yang datang, mengingat Vincent lah yang memutuskan nya minggu lalu. Karena melihat nya jalan bersama Claude.

Polesan terakhir yaitu parfum, Morie segera keluar dari kamar nya.

"Lama sekali, pacar mu sampai membantu ku memasak didapur."

Terlihat dari lehernya, Morie menghela nafasnya. Ternyata itu bukan lah Vincent, melainkan Claude.

Tunggu,

Claude?

Mengaku sebagai pacar... MORIE?!

Morie langsung membelakkan matanya dan cepat-cepat pergi mendatangi Claude yang sedang menyusun makanan di meja makan.

"Oh? Mommy!"

Sial

"Tunggu, Mommy?" Tanya bibi Morie yang mendengar nya,

Morie terkekeh garing dan berujar, "Itu sambat-sambatan kami bibi, aku kadang menggapnya seperti anak ku. Karena kadang ia bertingkah seperti anak kecil."

Remaja pengasuhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang