11

95.1K 1.4K 82
                                    

Natal telah tiba, berbeda dari rumah lain nya yang mungkin merayakan natal dengan banyak hiasan. Rumah Morie berbeda, tidak ada hiasan natal dirumah Morie. Hanya ada pohon natal yang kecil seukuran botol air mineral. Itu hanya pajangan biasa, bukan pohon natal.

"Pagi bibi... selamat natal juga." Ucap Morie ketika keluar kamar nya, ia melihat bibi nya diruang tengah sedang menyiapkan sarapan untuk mereka.

Bibi tersenyum dan membalas ucapan Morie itu, "Selamat natal juga sayang... Kau sudah mandi?"

"Belum bibi, hehehe..." Bibi yang mendengar itu langsung menggeleng heran, ia kira dengan ada kekasih nya disini akan membuat keponakan nya ini seperti perempuan pada umum nya. "Ngomong-ngomong, dimana yang lain? Paman, Alex dan Claude?" Tanya Morie setelah nya.

Bibi menunjuk arah pintu dapur yang terbuka dengan dagu nya. "Tengah melihat salju..."

"Kalau begitu aku akan kesana juga!" Ucap Morie hendak kesana tapi langsung di cegah bibi nya dengan menarik baju ponakan nya itu.

"Pakai jaket dan kaos kaki mu dalu!" Perintah bibi dan langsung dituruti Morie. Ia pergi ke kamar nya, memasang jaket, kaos kaki dan jangan lupa syal peninggalan ibunya.

Setelah memasang itu semua langsung saja ia pergi ke belakang rumah nya. Disana sudah ada paman yang tengah menyingkirkan salju yang menutupi jalan dan Alex yang tengah membantu ayah nya. Berbeda lagi dengan yang terakhir, Claude tengah membuat boneka salju sembari terus berpikir apa lagi yang harus ia tambahkan untuk mempercantik boneka salju itu.

"Mommy!"  Teriak Claude melambai sembari meloncat-loncat melihat ke arah Morie.

Morie yang melihat paman dan Alex yang menatap heran ke arah nya, hanya berdoa supaya tidak ada pikiran aneh yang di lontarkan di benak mereka.

"Maaf paman, mommy panggilan bercandaan dari kami berdua... Ia kadang bertingkah seperti anak-anak, makanya ia memanggilku mommy." Jelas Morie rada belibet.

"Mommy? panggilan konyol." kekeh Alex.

"Tak apa, bagus kok mommy... Dari pada Alex, sama sekali tidak punya pacar." Ucap paman langsung di tertawakan Morie.

"Ayah... Aku bilang aku punya pacar, tapi pacar ku kini ada di luar negeri. Pacarku kuliah di luar negeri ayah... Tolonglah..."

Morie tertawa makin kencang, "Ia berbohong paman, itu hanya alasan supaya Alex kelihatan punya pacar." Setelah mengatakan itu Morie pergi ke arah Claude, sebelum pertanyaan dan ejekan lain merembet ke arah yang tidak Morie inginkan.

"Wow, kau tidak membangunkan ku walau sudah bangun duluan?"

"Pagi tadi aku pergi ke kamar, mom- maaf... ke kamar mu. Maafkan juga tadi, aku refleks."

"Tak apa, sekarang katakan. Malam tadi kau dan Alex membicarakan apa? kalian membicarakan ku kan? mengaku saja."

"Ya, kami membicarakan mu... Bagaimana kau dulu terus menangis meminta es krim, bagaimana dulu kau terus-"

"Bohong, aku tidak pernah suka dengan es krim."

"Bagaimana bisa? Tidak ada orang yang tidak suka es krim..."

Morie hendak menjawab, tapi panggilan bibi menghentikan niat nya itu.

"Ayo masuk! Sarapan sudah siap!"

Mereka berempat pun masuk, diruang tamu sarapan sudah siap. Ada lima telur yang sudah direbus, kemudian ada nasi dan juga sup rumput laut.

"Sudah lama aku tidak makan sup rumput laut olahan bibi." Ucap Morie setelah menyicip sup rumput laut itu. "Sangat enak..."

"Ya, siapkan nasi untuk pacar mu... jangan langsung makan begitu..."

Morie pun menuruti perintah bibi, ia sendokkan nasi ke mangkuk Claude. Claude tersenyum dan berterimakasih setelah nya.

Mereka pun makan dengan damai, diselangi beberapa flashback ketika Alex dan Morie kecil. Cerita hangat untuk terus diingat.

"Oh ya, bibi punya hadiah natal untuk Morie."

Morie mendongak, memastikan apa yang ia dengar benar-benar terucap dari mulut bibi nya. "Benarkah bibi?"

"Ya, lebih ke hadiah dari ibu mu..."

"Maksud bibi?"

Bibi mengeluarkan satu box besar, Kemudian box itu ia taruh di atas meja setelah menyingkirkan beberapa mangkuk yang kosong ke bawah meja. Dibuka nya buka box itu, didalam nya ada gaun putih- semacam gaun pengantin dan satu kotak kecil.

"Dulu sebelum meninggal, ibumu meninggalkan ini untuk mu. Ia menyuruhku menyimpan nya dan memberikan ini kepadamu setelah besar. Sepertinya sekarang kau sudah besar untuk menerima dan menjaga ini, Morie."

Morie membuka kotak kecil di atas gaun pengantin itu. Didalam kotak kecil itu ada foto ia, ayah dan ibu nya dengan sebuah ukurian bertulisan keluarga.

Morie tersenyum dan langsung memakai nya. "Makasih bibi, telah menjaga peninggalan ini."

"Ya, sama-sama dan ya, maafkan bibi... besok pagi kami harus pulang. Karena ibunya paman mu tiba-tiba sakit."

"Yah... kenapa cepat sekali," ucap Morie merengut, pedahal didalam hati nya ia kegirangan. Keluarga membuat nya muak, dramatis, harmonis dan berperaturan itu sama sekali bukan gaya Morie. Sedari kecil, Morie tidak suka peraturan.

Setelah selesai sarapan Morie pergi untuk mandi dengan air yang hangat. Sedangkan Claude merebahkan tubuh nya di atas ranjang Morie. Ia bersenandung lagu kemerdekaan.

Selesai mandi Morie masuk ke kamar dengan keadaan rambut yang masih basah. Claude bangkit dan menghentikan senandung lagu kemerdekaan nya. Ia menyuruh Morie untuk duduk di sebelah nya.

"Rambut mommy basah, mau aku tiup?" Tanya Claude dengan tangan yang memegang rambut rambut basah Morie. "Kalau tidak segera kering, rambut mommy bisa beku."

"Aku punya hairdryer, sebentar-"

"-biar aku saja, dimana? akan ku ambilkan, mommy." Ucap Claude sambil bangkit dan berdiri di hadapan Morie.

"Oke, di bawah meja belajar."

Claude pergi ke arah meja belajar dan berjongkok untuk mengambil hair dryer itu. Sudah dapat Claude berjalan kearah belakang Morie dan duduk bersilang di belakang Morie. Tak lupa ia mencolokkan hair drayer itu di stop kontak yang ada di dekat mereka.

Perlahan-lahan Claude mengeringkan rambut Morie. Morie menutup matanya merasan sensasi dikeringkan oleh seseorang. Claude sangat lembut saat melakukan itu.

"Kau mahir ya,"

"Iya mommy, aku sering mengeringkan rambut mama dulu."

"Kau rindu mama mu?"

"Tidak..."

"Kenapa?"

"Sekarang aku punya mommy."

"Aku bukan ibumu."

"Ya, aku tahu..."

Morie menghela nafas nya, sejak Claude datang kesini. Ia tidak minum obat, jadi Morie bingung. Kata dokter kalau Claude tidak minum obat tingkah kekanak-kanakan nya makin agresif. Tapi ini tidak, ada kemungkinan Claude sudah sembuh. Di sisi lain, kalau Claude sembuh seharusnya ia tidak disini kan? ia waras, kalau sembuh kemungkinan ia akan pergi kerumah nya dan melanjutkan kehidupan sehari-hari nya dengan normal. Tidak mungkin ia mengintili anak SMA yang kehidupan nya tidak jelas.




Mohon kalau ada typo di komen 🥹
sama jangan lupa vote ya, luv luv
doain aku besok up lagi hehehe <3

Remaja pengasuhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang