Chapter 7

1.4K 48 0
                                    

Hari demi hari Prilly menjalani hari-harinya tanpa kehadiran Ali. Ia tampak kesepian, ia merasa separuh jiwanya hilang bersama Ali. Prilly menjadi tak konsen mengikuti pelajaran di sekolah. Randy yang melihat raut muka Prilly yang memancarkan kesedihan menjadi semakin tak tega melihatnya. Ia tak menyangka bahwa Prilly akan jatuh cinta kepada Ali, seorang pria yang dingin bila berhadapan dengan makhluk yang bernama 'Wanita'.

Ia salut kepada Prilly, karena hanya dia satu-satunya wanita yang berhasil membuat hari-hari Ali menjadi berwarna.

"Prill senyum dong, jangan sedih terus. Gue yakin Ali juga nggak suka kalau liat lo murung terus gitu. Entar Ali jadi makin sedih di dalam tidurnya." kata Randy memecahkan lamunan Prilly.

"Kak, gue makin ngerasa bersalah, gue nggak tega ngeliat Ali kayak gini. Apa yang harus gue lakuin biar Ali bisa bangun dari komanya kak?? Rasanya pengen mati aja kalau nggak ada Ali yang selalu ada di samping gue." isakan Prilly semakin kencang membuat seluruh siswa yang berseliweran melihatnya dengan tatapan heran.

"Sstt... Lo harus tegar Prill, gue yakin kalau Ali bakal bangun dari komanya. Yang harus lo lakuin adalah ngedoain Ali biar dia cepet sadar. Mulailah dengan senyuman Prill. Jangan biarkan orang lain menilai lo wanita lemah! Lo harus bangkit, gue yakin lo pasti bisa bikin Ali sadar dari masa-masa komanya. Karena gue yakin cinta bisa merubah semuanya menjadi lebih indah." ucap Randy panjang lebar agar Prilly kembali semangat.

"Makasiih kak, Lo emang kakak gue yang paling the best!!" ucap Prilly yang langsung memeluk kakaknya.

"Udah sekarang berhenti nangisnya. Senyum dong!" ucap Randy sambil menarik bibir Prilly agar tersenyum. Prilly sudah merasa tenang dan mulai kembali konsen saat pelajaran.
***

Siang ini setelah pulang sekolah Prilly berencana menengok Ali di rumah sakit. Sebelum menuju ruang UGD, Prilly bergegas ke Masjid yang ada di Rumah sakit tersebut dan segera sholat dan berdoa agar Ali cepat sadar. Setelah berdoa dengan sangat khusuk, Prilly pun segera menuju ruang UGD. Ia berjalan cepat agar cepat sampai, entah kenapa Prilly ingin cepat-cepat melihat Ali.

Saat sampai di depan ruang Ali, ia melihat ada seorang wanita yang sedang menangis. Wanita tersebut menyadari kehadiran Prilly di belakangnya dan menghampiri Prilly.
"Plakk" suara tamparan dari pipi Prilly membuatnya terkejut dan memegang pipinya.
"Lo yang udah buat Ali jadi sekarat kayak gini! Lo udah ngebuat Ali jadi kesakitan! Lo cewek murahan yang sering buat Ali sedih! Kurang ajar lo pril! Gue nggak akan rela ngeliat Ali sekarat kayak gini! Kalau sampai terjadi apa-apa dengan Ali, Lo bakal abis di tangan gue!" bentak Angel sambil mendorong Prilly hingga kepalanya terbentur ke dinding. Darah segar telah mengalir dari Kepala Prilly.
"Astaga Prilly!!" teriak Randy yang telah sampai di rumah sakit.
"Sadar prill sadarr" ucap Randy seraya menepuk pipi adiknya itu.
"Angel! Kalau sampai adek gue kenapa-kenapa, lo bakal gue abisin!" bentak Randy sambil menunjukan jari telunjuknya di depan wajah Angel.
Angel langsung meninggalkan rumah sakit dan Randy segera membopong Prilly untuk segera di tangani oleh dokter.

"Gimana keadaan adek saya dok?" tanya Randy.
"Adik anda tidak apa-apa, kepalanya hanya dijahit saja." ucap Dokter yang menangani Prilly.
***

"Lo mau kemana pril? Istirahat dulu jangan kemana-mana." ucap Randy menahan Prilly yang hendak pergi.
"Gue harus liat Ali kak." ucap Prilly yang langsung berlari menuju ruangan Ali.
Randy hanya mengikuti Prilly dan membiarkan Prilly berdua dengan Ali.

"Lii" ucap Prilly lirih.
"Kapan kamu bangun Li? Aku kangen sama kamu. Kamu tega banget sih ninggalin aku sendirian? Nanti kalau aku di jahatin orang gimana Li? Kan biasanya kamu yang tiap hari ngejaga aku." ucap Prilly sesenggukan karna isakannya yang semakin kencang.
"Jawab lii, jangan diem teruss. Kamu nggak capek tidur terus? Aku kangen sama kamu Lii. Aku nggak mau pisah sama kamu Lii, aku minta maaf karna udah buat kamu kayak gini." ucap Prilly sambil terus memegang tangan Ali hingga ia tertidur di samping Ali.

Walaupun koma, Ali tetap masih bisa merespon perkataan Prilly, Ali ikut menangis dalam tidurnya. Ia merasakan kesedihan yang di rasakan oleh Prilly.

Ali mulai menggerakkan tangannya, prilly terbangun karena merasa ada yang bergerak di tangannya. Ia terkejut saat melihat tangan Ali bergerak.
"Dokterrrr" teriak Prilly yang membuat Randy langsung Memanggil dokter untuk memeriksa keadaan Ali.
"Dokk tadi tangan Ali gerakk" ucap Prilly histeris.
"Biar saya periksa keadaannya dulu." ucap Dokter Ari yang langsung memeriksa Ali.
"Oh ini memang selalu dilakukan oleh semua orang yang sedang mengalami koma. Ini tandanya pasien merespon perkataan anda tadi." jelas Dokter Ari.
"Belum ada tanda-tanda kesadaran Ali dok?" tanya Randy.
"Sampai sekarang belum ada." jelasnya.
"Jadi gerakan tangan Ali tadi itu bukan pertanda kalau Ali sudah sadar dok??" tanya Prilly tak percaya.
"Bukan, itu hanya merespon omongan anda saat mengajak bicara pasien." ucap Dokter Ari mencoba memperjelas lagi.

Prilly kembali menangis. Randy mencoba menenangkan Prilly lagi.
"Pril, lo sekarang pulang aja ya. Nanti gantian Ken, Dicky, sama Galang yang bakal jagain Ali disini. Sekarang lo pulang trus istirahat, besok kan bisa ke sini lagi." ucap Randy.
"Nggak mau kak, gue pengen ngejagain Ali sampai Ali sadar kak. Gue nggak mau ninggalin dia sendirian di sini." ucap Prilly lirih.
"Ali nggak sendirian Prill. Lo sekarang pulang, okee?" ucap Randy tegas.
Prilly tak bisa menolak perintah kakaknya itu. Ia mengecup kening Ali dan pergi meninggalkan rumah sakit.
***

"Prilly, habis darimana kamu nak? Kok jam segini baru pulang?" tanya Mama Ully.
"Rumah sakit." jawab Prilly singkat.
"Emang siapa yang sakit?"
"Temen." jawab Prilly ketus.
"Yaudah sini makan dulu sama mama papa." ucap Mama Ully mencoba biasa saja dengan sikap Prilly yang dingin karena keputusannya yang akan menjodohkan Prilly dengan pria pilihannya.
"Udah kenyang." jawab Prilly sambil menutup pintu dengan keras.
***
Di kamar, Prilly hanya bisa menangis sambil melihat foto-foto Ali di handphone nya. Ada foto ketawanya Ali, sedihnya Ali, candidnya Ali, bahkan foto saat Ali tidur pun tersimpan di memori handphone nya.
Prilly menangis sambil memeluk foto Ali sampai ia kelelahan dan tertidur.
_________

Vote or comment for next chapter:)

It's Real, Not a DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang