Chapter 10

1.1K 37 1
                                    

Author's Pov
Matahari kembali datang memancarkan sinarnya. Ia kembali datang memberikan kehangatan melalui pancarannya. Setiap orang akan merasakan kehangatannya dipagi hari yang masih nampak sunyi ini. Begitu pula dengan Ali. Rasanya nampak malas sekali untuk membuka mata dipagi hari, apalagi untuk melakukan aktivitas yang berat. Tetapi dengan adanya pancaran sinar matahari yang telah berhasil menembus jendela kamarnya itu memaksanya untuk membuka matanya, ia segera menepis rasa malasnya dan bergegas menuju kamar mandi.

'Jangan lupa nanti ada meeting penting dengan client jam 8 di kantor.'
Isi pesan singkat papanya. Ya. Papanya selalu rutin mengingatkannya tentang jadwal meeting yang menurutnya hanya pertemuan-pertemuan yang sangat membosankan untuk didatangi.

Ia lebih memilih bermain basket dengan Randy cs daripada terus berhadapan dengan komputer, berkas-berkas, tulisan, dan semacamnya. Tapi inilah kehidupan barunya. Walaupun ia masih belum bisa mengingat-ingat tentang jati dirinya, tapi ia tetap melanjutkan hidupnya dengan melakukan hal-hal baru dan membiarkan ingatannya kembali dengan sendirinya.

Kini Ali telah rapi dengan jasnya yang sangat pas ditubuh Ali. Ia tampak lebih tampan dan berwibawa dengan stelan jas berwarna hitam dan celana panjangnya yang seragam dengan jasnya.
****

Ia telah sampai di kantor papanya karena ia telah didaulat untuk menjadi wakil direktur utama di kantor papanya ini.

Suara handphone Ali berdering menahan langkah kakinya untuk keluar dari mobil.
'Maaf sayang, meetingnya ditunda nanti siang di restoran daerah Jakarta Pusat karena client kita berhalangan hadir. Nanti papa kirimkan alamatnya. Tapi Papa tidak bisa menemanimu, papa harap kamu bisa meng-handle meeting nanti dengan mudah.'

Ali mengeluarkan hembusan nafasnya dengan kasar.
"Seberapa pentingnya sih client itu. Sampai meeting harus ditunda hanya karena ia tak bisa hadir. Kan bisa nyari client-client lainnya yang lebih bisa menghargai schedule yang udah dibuat." gerutu Ali di dalam mobil.

Ia tak jadi ke kantor, ia berniat untuk menenangkan pikiran-pikirannya ke sebuah tempat.

Sekarang ia telah sampai ke tempat yang menjadi tempat favoritnya dulu.

Ia melambaikan tangannya kepada seorang pelayan yang menandakan bahwa ia akan memesan sesuatu.

"Ada yang bisa saya bantu?" tanya waiters itu.

"Ya. Saya ingin pesan sesuatu yang bisa buat pikiran saya menjadi rileks." ucap Ali santai.

"Anda akan pesan apa? Disini kami sedang mempunyai menu-menu baru." tanya waiters itu sambil menyodorkan sebuah kertas yang berisikan nama menu-menu dan harganya.

"Oke saya pesan menu baru disini, yang spesial."

"Baik."

Tak perlu menunggu lama pesanannya telah datang. Ali menyantap pesanannya itu dengan rileks karena rasa dinginnga membuat otak Ali serasa meleleh dan melupakan segala pikirannya. Ya! Ali sedang berada di kedai es krim yang dulu pernah ia kunjungi bersama Prilly sebelum ingatannya hilang.

"Awww." rintih Ali dengan tangannya yang mulai memijit pelipis Ali yang terasa sakit saat ada bayangan dirinya dengan seorang wanita di kedai ini yang sedang tertawa bersama.

'Siapa wanita itu? Kenapa dia terlihat akrab sekali denganku? Apa bayangan itu adalah salah satu bagian dari masa laluku? Ada ikatan apa dia dengan ku?' banyak pertanyaan bermunculan di otaknya yang membuat kepalanya semakin sakit.

"Mungkin gue cuma butuh istirahat sebentar." batin Ali dan ia segera membayar pesanannya di kasir dan duduk di mobil.

Ali masih terus mencoba mengingat-ingat siapa wanita yang ada dibayangannya tadi.
'Kalau dia ada ikatan sama gue kenapa sekarang gue nggak pernah liat dia lagi.' pikirnya mencoba terus mengingat-ingat.

It's Real, Not a DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang