Ternyata benar bahwa jalan-jalan sendirian lebih enak daripada bersama dengan orang lain.
Padahal tadinya aku berpikir bahwa akan sangat canggung berjalan sendirian di tengah orang-orang yang jalan bersama dengan pasangan atau keluarga mereka. Ternyata tidak seburuk itu.
Hal yang penting untuk jalan-jalan adalah kita harus membawa uang banyak agar percaya diri memasuki setiap toko yang ada disini. Haha
Buktinya, hanya dalam waktu setengah jam aku sudah berhasil membawa dua kantung yang berisi tas dan juga sepatu. Baju yang menjadi tujuan utama ku datang kesini belum berhasil aku dapatkan.
"Wah diskon!"
Aku berbinar senang melihat sebuah toko yang menampilkan logo diskon. Tanpa pikir panjang aku langsung masuk dan melihat baju-baju yang ada di sana. Tentu saja toko ini ramai dikunjungi karena sedang diskon, hal itu menyebabkan aku kesulitan untuk melihat-lihat dengan leluasa. Terlebih toko ini bukan hanya menyediakan baju perempuan tapi juga baju lelaki seperti kemeja dan kaus.
Ketika sedang berusaha mencari dress atau bawahan yang lucu, aku malah melihat kemeja lelaki berwarna marun yang menarik perhatian ku. Di bayangan ku, Fattah akan sangat cocok jika memakai kemeja itu. Mungkin saja aku bisa memberikannya saat kami sudah berbaikan.
Segera aku mendekat dan hendak mengambil kemeja yang warna nya hanya tersisa satu itu. Tapi sebuah tangan lain sudah lebih dulu mengambilnya sehingga aku langsung menoleh terkejut ke arah orang itu.
"Loh? Mau diambil sama kamu?" tanyaku pada seorang pria yang masih terlihat muda. Jika aku perhatikan, seperti nya dia masih SMA.
"Iya, Mbak. Saya suka sama warnanya." Lalu pria itu menatap ke arah diriku dan kemeja itu secara bergantian. "Mbak mau juga? Buat siapa?"
Aku tersenyum kikuk, merasa bahwa dia bertanya terlalu detail untuk ukuran orang yang belum saling mengenal.
"Buat calon suami saya. Tapi kalau kamu memang suka, ya udah enggak apa-apa. Kamu ambil aja," kataku sambil berbalik badan.
Aku berpikir untuk mencari pakaian di toko lain dan mengurungkan diri untuk mencari kemeja Fattah. Nanti saja aku cari bersama dengan Fattah jika kami sudah benar-benar berbaikan.
"Sudah belum? Lama banget kamu cari satu kemeja saja."
Langkahku terhenti bersamaan dengan dua pria yang baru saja masuk ke dalam toko. Aku berhadapan dengannya, Sama-sama terkejut.
"Mbak? Mbak ngapain disini?"
Aku mengerjap. Dari banyaknya kenalan yang aku punya, bisa-bisanya aku bertemu dengan Kale yang tadinya aku sangka tidak akan suka dengan tempat seperti mall ini.
"Kamu sendiri ngapain? Aku mah belanja dong," balasku.
Lalu mataku melirik pada sosok pria di sebelah Kale yang mirip dengan pria yang tadi berebut kemeja denganku. Mataku langsung melebar, menyadari satu hal.
"Ini adik kembar yang kamu ceritain kemarin?" tanyaku pada Kale.
Kale mengikuti arah pandang ku, kemudian mengangguk.
"Iya, Mbak. Yang di belakang Mbak itu namanya Kana, yang di sebelah sini namanya Kala."
Aku mengangguk paham. Betapa dunia sempit sekali.
Melihat aku yang saling mengenal dengan Kale, Kana yang tadi berebut kemeja denganku langsung melangkah maju.
"Jadi Mbak ini temennya Abang?"
Ku lihat Kale yang mengangguk. "Teman satu kantor."
Kana terlihat meringis, kemudian tiba-tiba saja dia menyerahkan kemeja itu kepadaku. Aku menatapnya bingung.

KAMU SEDANG MEMBACA
Namanya, Kalendra
RomanceAlena tidak pernah menduga jika seorang junior di kantornya yang dia anggap layaknya adik sendiri justru menjadi orang yang paling berjasa dalam menyembuhkan luka hatinya. Namanya Kalendra, pria polos dan kolot yang hanya bersikap seenaknya di depan...