”Ketika orang lain mengatakan kebahagiaan itu dicari, maka di situlah aku mengatakan kalau kebahagiaan itu diciptakan. Ibaratnya, pulpen tidak bisa menulis tanpa tangan yang menggenggamnya.”
Alana Adellia Keysha
”Al, cepat dikit napa! Gue udah kesemutan berdiri dari tadi!”
”Sebentar lagi juga selesai, jangan bawel bisa nggak?” Alana tidak peduli dengan pria itu yang terus saja mengomel sedari tadi.
”Gimana nggak bawel coba, gue disuruh tungguin di bawah sedangkan lo di atas sana!” Elano berbicara dengan nada yang lumayan tinggi, matanya terus saja menatap Alana yang sudah berada di atas pohon mangga.
”Jangan berisik, anjir! Ntar kita ketahuan!” Alana mengumpat pelan, tangannya terus saja meraih buah mangga yang tidak kesampaian.
”Gue bilang juga apa, jangan jadi pencuri. Masak iya mencuri mangga orang tengah-tengah malam, mana jam dua pagi lagi.”
”Lo itu bisa diam nggak! Mau gue sumpal mulut lo pakai mangga? Ntar yang makan banyak juga lo!”
”Gue nggak curi mangga orang, cuma ambil beberapa doang,” ucap Alana yang masih berada di atas sana.
”Mengambil tanpa sepengetahuan pemiliknya sama aja kayak mencuri,” tutur Elano menjelaskan, di tangan pria itu sudah dipenuhi dengan mangga muda.
”Anak orang kayak kok hobinya mencuri,” tambahnya lagi dengan nada mengejek.
”Bacot lo! Asal lo tau ya, mengambil mangga orang tanpa sepengetahuan pemiliknya rasanya enak banget. Kayak kita butuh perjuangan banget untuk mendapatkannya.”
”Nggak habis pikir gue sama jalan pikiran aneh lo, ada-ada aja kelakuan lo setiap hari.”
”Habisnya mangga di sini banyak banget, gue bilang juga apa. Kalau tetanggaan sama gue, akan gue ajarkan apa itu artinya kehilangan. Ya contohnya kayak gini,” kata Alana, akhirnya ia berhasil meraih mangga buahnya yang lumayan besar.
”Terserah lo deh, Al! Lanjutin aja masih stres gue belum gila, jadi nggak apa-apa.”
Mata Elano terus saja melirik ke segala penjuru, untuk memastikan tidak ada orang yang melihat mereka berdua. Sesekali matanya melihat ke atas pohon untuk melihat Alana yang sedang memetik buah.
Kini matanya tertuju pada seorang pria yang keluar rumah menggunakan baju tidur, dengan cepat Elano memperingatkan Alana untuk turun agar tidak tertangkap basah.
”Al, cepat turun! Jangan sampai kita ketahuan terus kita dibawa ke RT. Bisa berabe urusannya,” suruh Elano.
”Baju gue kesangkung, bantuin gue cepat. Gue nggak mau mangga gue diambil lagi sama pemiliknya.”
Dalam keadaan darurat pun Alana masih sempat-sempatnya memikirkan hal lain, seharusnya yang ia pikirkan sekarang adalah bagaimana caranya turun dan kabur tanpa sepengetahuan tuan rumah.
Sekarang gadis itu sudah berhasil turun dibantuin oleh Elano, tiba-tiba saja pria tadi melihat mereka berdua.
”WOI! NGAPAIN LO BERDUA DI BAWAH POHON MANGGA GUE! PENCURI!”
Pria itu berteriak begitu keras membuat sepasang sahabat itu hampir kehilangan keseimbangannya, untungnya mereka berdua tidak jatuh.
Alana dan Elano sudah berlari beberapa meter, tiba-tiba saja Alana melirik ke bawah. Ternyata sendalnya tertinggal sebelah di bawah pohon sana.
”Tunggu dulu anjir, sendal gue ketinggalan,” ucapnya dengan nafas yang memburu.
Dengan langkah seribu Alana kembali lagi ke sana untuk mengambil sendal, lalu menancap gas kembali agar cepat sampai di mana Elano berada. Tangannya menarik tangan Elano lalu berlari kencang sehingga mereka berdua hilang dari pandangan pemilik mangga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Moonless Night
Random"Lo cantik, tapi sayangnya lo itu anak seorang pelacur!" Aisha gadis yang lahir tanpa adanya sebuah ikatan halal, yang menjadikannya ketergantungan dalam semua hal. Banyak yang tidak menyukainya hanya karna Aisha dianggap sebagai anak haram. Diasi...