"Hei, bangun kucing jelek."
Byur.
Thea membuka matanya dengan paksa. Semalam, karena ia dan Roscy menghabiskan banyak waktu dengan membahas banyak hal, mereka terpaksa pulang larut ke kamar. Selain itu, pulang larut malam akan mengecilkan resiko ketahuan dengan para pelayan. Sementara Duke dan kedua kakaknya mana mungkin pergi ke lantai dua.
"Cepat bangun, atau kau ku lempar dari jendela!"
Thea memaksakan matanya yang masih lengket agar terbuka.
Tok tok tok.
Pelayan yang baru saja membentak Thea langsung gelagapan. Siapa yang baru saja mengetuk pintu? Mustahil pelayan lain mau pergi ke sini sementara mereka sedang sibuk dengan urusan masing-masing. Terutama acara pertunangan tinggal beberapa hari lagi.
Krieet.
"Maaf Nona Thea, karena tidak ada jawaban saya terpaksa—" Albert yang awalnya menundukkan kepala, langsung mempertajam mata tuanya ketika melihat salah satu pelayan gemetaran. Ditambah, dengan kondisi dan keadaan Thea yang basah kuyup.
"Kau—" Albert berjalan mendekati mereka berdua. "APA YANG KAU LAKUKAN?!"
Tangan pelayan itu semakin gemetaran. Sialan, kenapa pula Pak Tua ini harus datang saat ia baru saja menyiram kucing jalanan satu ini.
"Kau baru saja menyiram Nona Thea," desis Albert.
Pria tua itu memang terlalu sibuk untuk mengecek keadaan nonanya. Tuan Duke dan kedua kakaknya mungkin tidak terlalu peduli dengan Nona Thea. Namun Pria tua itu tidak akan pernah memerlakukannya begini. Sayangnya, beberapa tahun terakhir, Albert sudah terlalu tua utuk mengurusi banyak hal termasuk Thea.
"CEPAT KELUAR! AKU PASTIKAN, DUKE AKAN MEMECATMU!" Pelayan itu keluar dari kamar Thea dengan wajah pucat pasi. Bisa dipastikan sore nanti ia sudah kehilangan perkerjaan.
"Astaga Nona—saya benar-benar minta maaf karena sudah lengah dengan hal besar seperti ini." Suara pria tua itu terdengar bergetar.
Thea tersenyum, boleh dikatakan sejak dulu hanya Albert yang berpihak padanya.
"Ada apa, Thea? Kenapa permatanya terasa dingin?" Roscy yang berada di dalam liontinnya ikut terbangun karena siraman air oleh pelayan tadi.
"Tidak apa-apa, Albert."
Albert memandang Thea dengan sedih. Sejak 12 tahun lalu, Thea yang masih bayi dan dilempar oleh duke memunculkan banyak rumor. Para pelayan lain hanya memandang nona mudanya dengan sebelah mata.
Lihatlah keadaan nonanya sekarang. 12 tahun lalu, rambut perak dan mata permata itu mampu membuatnya takjub dalam sekejap. Bahkan bibir bayinya yang memerah seperti kelopak bunga mawar sangat memesona dengan kulitnya yang putih seperti pualam. Namun sekarang?
Rambut nonanya seperti benang yang kusam dan kusut. Sinar mata permatanya redup. Kulit dan bibirnya pucat. Ini mengerikan. Dan ... sejak kapan ia abai dengan badan nonanya yang kecil sekali dibandingkan anak seusianya? Juga baju jelek ini? Bukankah Albert sudah mengatur anggaran dana yang cukup untuk Nona Anthea?
Jangan-jangan ....
"Nona, pelayan tadi tidak membawakan anda sarapan?" Thea diam sebentar.
"Mungkin dia lupa, Albert."
Pria tua itu mengembuskan nafasnya dengan gusar. Bagaimana mungkin seorang pelayan bisa lupa membawakan tuannya sarapan? Kecuali kalau pelayan itu memang sengaja.
"Lalu pakaian anda, Nona Thea? Apakah tidak ada pakaian lain yang lebih layak?"
Thea terkesiap, ia tidak tahu harus menjawab apa. "Ah—itu." Sekali lagi, Albert mengembuskan nafasnya dengan gusar.
![](https://img.wattpad.com/cover/232800712-288-k69167.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
deForsaken
FantasyHistorical - Fantasi Mungkin, bagi beberapa orang menjadi seorang lady dari kediaman ternama merupakan berkah dari Dewa. Namun, hal itu tidak berlaku bagi Anthea Nyx De Cenora. Seorang anak haram dari Duke Cenora. Kisah Thea mungkin sedikit tragis...