deForsaken [17] - Pergi

181 21 2
                                    

Sebenarnya apa salah Thea? Salah, bila Tuhan yang membuatnya lahir ke dunia? Bahkan dirinya tidak pernah meminta pada Tuhan, untuk dilahirkan menjadi seperti apa. Lantas, mengapa orang-orang membencinya? Mengutuknya? Bahkan ingin melenyapkannya?

Sekedar roti basi, bahkan mereka tak akan memberikannya pada Thea.

Hanya karena dia anak haram yang dianggap membawa keburukan.

Sesak.

Itulah hal terakhir yang ia ingat, setelah mulut dan hidungnya mengucurkan darah segar.

Dan selama 5 tahun, ia tidak merasakan apa-apa selain gelap.

Satu hal, yang terbesit di dalam dirinya setelah menenggak racun.

Ia akan berhenti berharap dengan bodoh.

"Dasar anak bodoh! Anak haram!"

"Kau hanya membawa petaka ke kediaman Cenora!"

"Kau tidak pernah diharapkan sama sekali!"

"Ha? Makanan? Makanan itu akan lebih berharga diberikan pada tikus, dibandingkan pada dirimu!"

"Nona—"

"KAU LEBIH BAIK MATI! IBU BAHKAN MENGUTUKMU DARI ATAS LANGIT!"

"Tidak—"

"Kau MENJIJIKKAN!"

"ARGH! KUCING JALANAN!"

"Nona—"

"Kau pembawa sial—"

"TIDAK!"

Hening.

Sekujur tubuh gadis itu penuh dengan keringat dingin. Mimpi selama 5 tahun lalu membayang dan masuk ke dalam mimpinya. Bahkan sensasi sesak dan menyakitkan itu tak hilang sedikitpun dari dirinya.

"Nona? Apa anda baik-baik saja?"

Thea mengerutkan kening, siapa memang yang sudah menungguinya bangun tidur di sisi ranjang?"

Oh, Lyn. Ternyata gadis itu cukup bisa diandalkan.

"Thea, kau tidur lama sekali. Aku khawatir kau tidak akan bangun lagi—"

Refleks, Thea menyentuh liontin yang terpasang di lehernya.

"Jangan mengatakan hal yang tidak masuk akal, Roscy."

Setelah pembicaraan singkat antara dirinya dan peri kecil itu, taka da percakapan lagi. Hanya terdengar gumaman kecil dari Roscy yang menunjukkan bahwa ia sebal dengan sikap Thea.

Thea memijat keningnya pelan. Beberapa saat kemudian, ia kembali ingat dengan Lyn yang berdiri membawa semangkuk air hangat dengan tatapan bertanya yang sama.

"Ah—aku baik-baik saja," ujarnya dengan dingin.

"Apa anda ingin bercuci muka? Atau langsung mandi? Atau mungkin ada hal lain yang bisa saya lakukan?" tanyanya dengan hormat.

Thea berfikir sejenak.

"Hm, aku ingin langsung sarapan. Setelah itu, tolong bantu aku bersiap-siap mandi dan mengenakan pakaian."

"Nona—ingin sarapan di kamar?"

Thea tidak menyahut. Dan itu sudah cukup menjadi sebuah jawaban bagi Lyn.

deForsakenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang