deForsaken [5] - Pertunangan (2)

190 28 0
                                    


"Thea! Thea!"

"Hm, ada apa?"

"Thea! Aku baru saja menemukan sesuatu yang menakjubkan!"

"Hah? Oh, iya." Roscy yang terbang di hadapan Thea dengan antusias merengut sebal karena sekarang Thea lebih memilih tumpukan buku bodoh dibandingkan dirinya. Padahal baru saja ia ingin menyombongkan sesuatu kepadanya.

"Ck, kalau aku tahu kau akan mengabaikanku begini, lebih baik aku tidak usah mengajakmu ke perpustakaan! Huh!" Roscy meletakkan tangannya di pinggang. "Sekalian aku tidak usah saja mengajarimu membaca."

Thea mengembuskan nafas. "Ya ya ya, Nona Roscy. Memang apa yang kau temukan?" gadis itu mengalihkan pandangannya dari lembaran buku demi menatap peri kecilnya satu ini. Sudah hampir satu minggu dari kebangkitan Roscy dan lewat 3 hari dari malam perpustakaan.

"Aku menemukan loteng." Jadi, Roscy hanya ingin memberitahunya tentang ini?

"Oh, maksudmu, kau baru saja berjalan-jalan dengan bebas tanpa aku, bukan?" Thea memandang Roscy dengan tatapan tajam.

"A—hahahaha, mu-mungkin begitu," Roscy mengalihkan tatapannya dari Thea. "Hei, ayolah, jangan menatapku dengan pandangan mengerikan begitu."

Lagi-lagi, Thea hanya mengembuskan nafasnya dengan lelah.

"Roscy, sudah aku katakan bukan, jangan pergi kecuali bersama-sama. Aku takut para pelayan melihatmu."

Tentang Roscy, peri kecil itu mampu terlihat oleh mata manusia biasa, bukan hanya pemiliknya. Sebenarnya, Roscy bisa saja membuat dirinya tidak terlihat oleh manusia lain kecuali Thea. Namun, kekuatannya tidak cukup. Salah-salah, ia bisa betul-betul menghilang.

"Baiklah—aku akui aku memang salah. Tapi, loteng ini benar-benar cocok untuk persembunyian siang, Thea. Ternyata ada tangga di ujung sana. Loteng itu memang berdebu sekali. Namun, kalau kita bisa menggunakannya, mungkin kau akan sedikit tenang?" Roscy mengatakan kalimat terakhirnya dengan sedikit ragu.

Roscy bisa tahu perasaan Thea yang cemas, kalau sewaktu-waktu orang lain melihat Thea dan tumpukan buku yang berserakan di dalam kamar. Apalagi itu buku curian.

"Dibandingkan dengan kamar ini, lebih baik kita pergi ke loteng. Selain itu juga, ruangannya bagus sekali. Pemandangannya juga indah. Walaupun ada banyak debu di sana." Roscy masih terus berusaha membujuk Thea untuk melihat loteng rumah.

"Benarkah? Tapi aku tidak pernah ke sana. Bagaimana kalau kita lebih dimarahi kalau ketahuan?"

"Hohoho—"Roscy tersenyum mendengar perkataan Thea. "Tinggal jangan ketahuan saja, beres bukan?"

"Hah—kau ini." Tentu bukan Thea kalau ia bias semudah itu menolak permintaan orang lain. Terutama bagi Roscy yang sudah mau menjadi teman baiknya beberapa hari ini.

"Kau tahu aku tidak bias menolak. Jadi—kita pergi ke sana nanti malam."

[deForsaken]

Beberapa hari ini Albert merasa ada yang janggal di rumah ini. Biasanya, setiap ada kesempatan, gadis kecil itu akan menunggu di lorong sendirian. Hanya untuk sekedar melihat Duke yang keluar dari ruang kerja saat makan siang. Entah hanya dia yang merasa janggal begini, atau Tuannya juga merasakan hal yang sama.

Ah, mana mungkin.

Albert dengan seksama memerhatikan duke yang sibuk meneliti tumpukan kertas terpaksa membuyarkan lamunan ketika duke memecah keheningan.

deForsakenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang