"Tidak, aku ingin hidup." Wanita pemilik rambut cokelat lusuh itu berbicara pada dirinya sendiri. Ia masih sibuk mengutuki lehernya yang terasa sakit.
"Kakak, lagi-lagi kau membuat masalah." Dari balik pintu kayu, muncul seorang gadis kecil berambut merah tua. Membawakan segelas air hangat untuk wanita di hadapannya.
"Diam kau, sialan!"
Gadis kecil itu hanya memutar bola matanya sambil membawa segelas air hangat.
Melihat seseorang yang memanggilnya kakak mengambilkan segelas air hangat untuknya, itu tidak akan berarti apa-apa.
"Hentikan kebiasaan burukmu, kak. Belum sampai sebulan kau dipecat dari kediaman duke, sekarang kau punya hutang ju—"
Prang!
Mantan pelayan itu melemparkan gelas berisi air hangat ke arah adiknya.
Perlahan, tetesan darah keluar dari pipi si gadis kecil. Namun matanya tetap memandang kasihan pada kakaknya. Seolah tidak merasakan sakit sedikit pun.
"Pergi kau! Dasar anak haram!" tanpa banyak bicara lagi, sang adik meninggalkan kakaknya yang menggila sendirian.
[deForsaken]
Beberapa penjaga berkeliling di sekitar taman utama. Mengawasi keadaan malam yang sepi. Kalau-kalau ada hal yang tidak menyenangkan terjadi.
"Sial, aku harus cari jalan lain." Seseorang yang terlihat mencurigakan dengan penutup wajah mengawasi keadaan sekitar taman utama yang dipenuhi penjaga. Nihil kemungkinan baginya untuk menyelinap masuk.
"Mungkin keadaan taman pinus berbeda." Ia memutuskan untuk melewati taman pinus dibandingkan taman utama yang dipenuhi penjaga. Dugaannya benar. Taman pinus hanya di isi oleh dua orang penjaga. Bahkan kedua penjaga itu sedang terlelap.
"Hai Cane, Nael." Bisiknya pelan. Ia kenal dengan baik kedua penjaga yang sedang terlelap. Pelayan bajingan itu menyelinap masuk, tanpa ada seorang pun yang menyadarinya.
Taman pinus menghubungkannya dengan istana utama lantai pertama. Tepatnya, ada kamar Albert di sana.
Lihat saja, ia akan balas dendam dengan Albert. "Dasar pak tua menyebalkan," desisnya pelan.
Pelayan itu masuk dan menyelinap dari ujung lorong. Walaupun kamar Albert berdekatan dengan kamar duke, kamar pria tua itu terhubung dengan lorong lain yang menuju dapur. Kemungkinan untuk kabur lebih mudah.
Krieet.
Ia membuka pintu kamar Albert dengan pelan.
Albert terlihat pulas di atas tempat tidur. Keadaan lenggang, seolah menjadi saat yang sangat nyaman untuk terlelap dalam tidur.
Pelayan itu membuka lemari pakaian Albert. Mengobrak-abriknya dengan teliti, tak menyisakan satu hal janggal sedikit pun.
"Dapat." Di dalam hati, pelayan bajingan itu bersorak kegirangan. Ada sekantung uang emas di balik tumpukan Albert yang tertata rapi di dalam lemari. "Terima kasih atas uangnya pak tua."
Pelayan bajingan itu kembali merapikan Albert. Menutupnya dengan perlahan dan meninggalkan kamar Albert tanpa jejak.
Selanjutnya Ia memutari ujung lorong yang melewati dapur. Saat hendak kembali, ia teringat sesuatu.
Bagaimana kalau ia mencekik nona kecilnya terlebih dahulu sebelum pulang.
Hanya dicekik sedikit, dia tidak akan mati bukan?
KAMU SEDANG MEMBACA
deForsaken
FantasíaHistorical - Fantasi Mungkin, bagi beberapa orang menjadi seorang lady dari kediaman ternama merupakan berkah dari Dewa. Namun, hal itu tidak berlaku bagi Anthea Nyx De Cenora. Seorang anak haram dari Duke Cenora. Kisah Thea mungkin sedikit tragis...