deForsaken [13] - Penjara

137 22 7
                                    

"Aw--" Thea meringis. Ia memegang pipinya yang terasa kebas. Baik kanan maupun kiri.

"Cih, dasar lemah."

Thea mengedarkan pandangannya. Untuk melihat siapa pemilik suara yang barusan menyahutinya.

Di balik jeruji besi, ada Idza dan beberapa penjaga. Namun, hanya Idza yang menatapnya tajam dan menusuk.

"Selain pencari perhatian, ternyata kau seorang pencuri," desisnya tajam.

Tak ada yang bisa gadis itu lakukan selain menunduk, menatap tanah penjara yang lembab dan dingin.

Srat.

"ARGH!"

Idza menarik rambut Thea dari sela-sela jeruji penjara. Membuat pemiliknya menjerit, tanpa bisa di tahan.

KLANG!

Idza memukulkan gagang pedangnya ke salah satu jeruji besi. Membuat gema menyedihkan di dalam penjara bawah tanah.

"Ma-maaf kak, aku hanya lapar--" Thea menggigit bibirnya, menahan rasa perih dari kulit kepalanya yang terasa seperti tercabik-cabik.

"KAU MENJIJIKKAN!"

BRAK! KLANG!

Idza melemparkan kepala Thea, membuat gadis kecil itu kembali terantuk ke tanah penjara yang lembab.

Sekarang, pria itu menyuruh beberapa penjaga membuka pintu penjara agar ia bisa masuk.

"Selain masuk sembarangan ke perpustakaan, kau juga mencuri makanan di dapur! Bahkan kau--"

"Kak, aku hanya lapar! Pe-pelayan tidak--"

PLAK! Idza melayangkan tangannya ke pipi Thea.

"Kau mencuri kalung amethyst dan hampir mengacaukan pertunangan Kak Arnold, JALANG!"

Darah segar kembali mengalir dari sudut pipi Thea. Membuat gadis itu meringis saat hendak membuka mulutnya.

"Kalung? Aku tidak mencuri kalung--"

"Diam!"

KLANG!

Idza kembali memukulkan gagang pedangnya ke salah satu jeruji besi. Beberapa penjaga meringis melihat Thea yang diperlakukan begitu oleh Idza.

Krieeet

Idza menoleh. Pintu menuju penjara bawah tanah terbuka. Saat ia menoleh, ada Arnold yang masuk dengan wajah datar.

"Idza, ayah memanggilmu."

Idza menoleh pada Arnold dengan tatapan bertanya.

"Ayah memanggil? Ada apa?"

Arnold mengendikkan bahu.

"Entah, temui saja."

Tanpa banyak bertanya lagi, Idza menuruti ucapan Arnold. Ia melangkah keluar dari penjara bawah tanah. Meninggalakan Thea dan Arnold bersama beberapa penjaga di penjara bawah tanah.

"Apa maksudmu dengan menyembunyikan kalung amethyst?"

Arnold membuka pintu jeruji dan menutupnya kembali.

Beberapa penjaga menghela nafas saat Idza pergi, digantikan dengan Arnold. Setidaknya tuan muda Arnold tidak akan sekejam tuan muda Idza.

"Kau juga mencuri buku tentang afinitas mana dan buku akuntansi? Siapa--kau menjadi mata-mata siapa?"

Arnold menambah pertanyaannya pada Thea. Sementara gadis kecil itu hanya diam saja. Tak mengerti kemana Arnold akan membawa arah pembicaraan.

Bruk!

deForsakenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang