Suara elektrokardiogram memenuhi ruangan. Silau dari bias cahaya mentari mengusik seseorang yang sedang tidur dalam posisi duduk. Mulutnya mengerang dan menggerakkan tubuhnya perlahan. Merasakan pegal dan juga sakit karena posisi tidurnya yang harus membungkuk sepanjang malam. Ia menggerakkan badannya ke kiri dan kanan untuk setidaknya sedikit mengurangi rasa pegal. Lalu bola matanya bergulir melihat pada jam dinding.
Sudah menunjukkan pukul 09.00 am KST.
Menghela nafas pelan, netranya beralih pada pria yang masih dalam buaian mimpi di hadapannya. Perutnya yang terasa lapar berbunyi, ah ia ingat jika belum makan sejak kemarin malam. Ketika ingin beranjak dari sana, seseorang sudah membuka pintu ruangan putih itu.
" Ck! Aku tahu jika kau tidak mendengarkan penjelasan dokter kemarin. Tapi tetap saja ini membuatku kesal! " oceh orang itu.
Sementara yang menjadi sasaran meringis kecil.
" Aku hanya ingin menemaninya. "
Doyoung mendengus dan menaruh 2 kantung plastik makanan yang dibawanya ke atas nakas di samping ranjang pasien.
" Tapi kau juga harus utamakan kesehatanmu hyung. Lihat! Kau belum sepenuhnya pulih! Lupa jika lima hari yang lalu itu kau muntah darah heh, Yuta hyung? "
Yuta mengerucutkan bibirnya sebal. Apa Doyoung harus memarahinya sampai seperti itu? Ia 'kan hanya ingin menemani kekasihnya di sana.
" Tapi Taeyong juga membutuhkanku Doyoung. "
Mendengar perkataan itu, Doyoung lantas melipat kedua tangannya di depan dada. Menatap Yuta yang masih merengut kesal dengan satu alis terangkat. Tapi tak lama kemudian ia menghela nafas pelan.
" Jika Taeyong hyung tahu kau begini, dia tidak akan suka. Kau masih butuh istirahat hyung. Keadaan jantungmu itu masih perlu dikhawatirkan. Dan lagipula, ya Tuhan! Kalian itu hanya berjarak tiga langkah saja! Ranjangmu ada di sebelahnya hyung. Kau bisa puas mengamatinya dari sana! "
Ya Tuhan, rasanya Doyoung ingin sekali berkata kasar saat ini. Tapi tidak, ia bisa menahannya karena melihat kondisi pemuda yang duduk di depannya sekarang ini. Sementara Yuta kini menunduk sambil meremat jemarinya yang berada di atas kedua paha.
" Aku hanya ingin menemaninya dari dekat Doyoung. Taeyong begini juga karena aku. "
Indera pendengaran Doyoung mendengar jika suara Yuta mulai memelan dan berbicara dengan lirih. Ia tahu perasaan Yuta sekarang. Pemuda yang lebih tua darinya itu memilikki perasaan bersalah begitu mendalam. Bukan hanya pada Taeyong, tapi juga untuk Yangyang dan Myung Ho.
Flashback
Seluruh pasang mata yang ada di sana terkejut. Menatap ngeri pada Yuta yang baru saja memuntahkan darah. Doyoung ingin berlari mendekat, tapi Jaehyun memegang lengannya. Menahan agar ia tetap diam di sisi pria tampan itu. Berkata jika mungkin saja iblis itu belum sepenuhnya terlepas dari tubuh Yuta dan bisa membahayakan siapa pun.
Dan benar saja. Belum lama kalimat itu keluar dari mulutnya, Yuta sudah lebih dulu mengambil pecahan kaca yang tajam dengan cepat dan menusukkannya ke perut sang kekasih sebanyak dua kali. Itu adalah hal yang tidak bisa mereka prediksi. Darah merembas membasahi kaus putih yang dikenakannya, menetes ke lantai.
" Yu-Yuta... "
Yuta yang masih dalam kendali sang iblis menyeringai kejam lalu menarik pecahan kaca itu kasar. Membuat Taeyong langsung jatuh tersungkur sambil memegang luka tusukkannya. Pria tampan itu yakin jika lukanya pastilah dalam.
" BRENGSEK! IBLIS SIALAN! "
Doyoung berteriak memaki. Membuat Yuta menoleh kepada pemuda kelinci itu masih dengan seringainya yang terlihat menyeramkan. Jaehyun sigap, ia langsung berdiri di hadapan Doyoung. Menyembunyikan sang kekasih di balik punggungnya. Berusaha sebisa mungkin untuk melindungi, karena ia yakin jika kini sasaran berikutnya pastilah Doyoung.
KAMU SEDANG MEMBACA
[TaeYu] The Last
Fanfiction- 2nd TaeYu Fanfiction - Kata orang, menjadi yang terakhir itu spesial Serta 'Yang Terakhir' berkaitan dengan 'Yang Terdahulu' --- * WARNING : "It's TAEYU FANFICTION! Dan bagi yang HOMOPHOBIC harap segera menjauh karena ini merupakan unsur BxB! Jang...