Semuanya berkumpul sore itu. Di dalam rumah sederhana nan nyaman itu Taeyong, Jaehyun, serta Doyoung duduk menempati sofa di ruang tamu bersama dengan Soon Young. Tak ada yang kembali bersuara setelah Myung Ho memutuskan untuk mencoba melakukan 'perlawanan' pada hari itu juga. Tepat di jam 12 malam nanti.
Setelah kejadian yang menimpa mereka waktu itu, Soon Young menghubungi Taeyong dan menjelaskan semuanya. Dan sejatinya Taeyong juga terkejut mengetahui hal itu. Lalu akhirnya mereka membuat keputusan terakhir meski tahu kemungkinan celaka akan lebih besar. Tapi tidak ada salahnya untuk mencoba.
Yuta menatap derasnya hujan di luar sana melalui jendela dapur. Bau tanah basah yang berasal dari luar sedikit membuatnya merasa lebih tenang. Jemarinya melingkari gelas mug, mencari kehangatan dari teh panas yang ada di dalam sana.
"Cookies?"
Myung Ho yang baru saja muncul menyodorkan satu toples kecil cookies di depannya. Pemuda manis itu tersenyum dan menempati kursi makan kosong yang berada di samping kanan Yuta.
"Terima kasih."
"Hm. Sama-sama, tidak perlu sungkan."
Yuta hanya menanggapinya dengan senyuman. Lalu keduanya diam, menikmati pemandangan air hujan di luar sana sambil sesekali menyeruput teh yang sudah mulai menghangat. Myung Ho menghela nafasnya pelan.
"Dulu waktu aku kecil, mama sering sekali memarahiku karena bermain hujan."
Tatapannya menerawang jauh dengan senyuman tipis menghiasi wajah. Membuka kembali lembaran kenangan tentang wanita yang paling disayanginya. Bagaimana raut wajah cantik itu kesal karena ia tidak mendengarkan perkataan sang mama, dan berakhir jatuh sakit.
" Tapi meski begitu, mama tidak akan tega jika aku sudah sakit. Beliau pasti akan selalu memanjakanku. Dan aku jadi merasa bersalah, " Myung Ho terkekeh.
Yuta menoleh, bibirnya juga ikut membentuk sebuah senyuman kala mendengarkan Myung Ho. Seketika ia mengingat sang ibu. Ah, Yuta jadi merindukan kedua orang tuanya. Mungkin, ia akan mengunjungi makam mereka nanti setelah semua masalah ini selesai.
" Dan saat tahu kalau aku mewarisi apa yang dimilikki kakek, mama sangat khawatir. Tidak ingin terjadi sesuatu padaku. Hm... mama juga sempat membawaku ke cenayang lain untuk menghilangkannya, tapi aku rasa semuanya sia-sia. "
Yuta mengernyit bingung, " Apa karena semuanya yang sudah dibuang itu kembali lagi padamu dengan sendirinya? "
Myung Ho menggeleng.
" Bukan. Tapi karena aku jadi sakit parah setelahnya. Jadi, mama memanggil cenayang itu lagi dan berusaha untuk menerima keadaanku. Hm.. ku pikir juga, kalau sudah diberi anugerah istimewa seperti ini, lebih baik harus menyambut dengan lapang dada 'kan? Akhirnya juga aku bisa menolong orang yang memang sangat membutuhkan. "
Masih segar diingatan ketika ia kecil, sang ibu begitu resah luar biasa karena hal yang diwariskan kepada anaknya. Ketika ada cara untuk membuangnya, ia justru sakit-sakitan. Pada akhirnya, sang ibu tidak ada pilihan lain bukan? Tidak mungkin ia tega melihat anaknya terus terbaring sakit.
" Yuta hyung jangan takut ya? Percayakan semuanya pada Tuhan, kami, dan terutama dirimu sendiri. Kita bisa menyelesaikannya bersama tanpa ada yang terluka. "
Myung Ho menggenggam tangan Yuta dan merematnya lembut. Pemuda itu menyalurkan semangat serta memberinya kekuatan sambil tersenyum. Hal itu membuat Yuta tersentuh, mereka semua begitu menyayanginya hingga rela untuk melakukan sesuatu yang mungkin bisa membahayakan diri sendiri.
Tapi dengan begitu, Yuta jadi merasa lega dan membuang jauh pikiran negatif serta keraguannya akan rencana mereka nanti malam. Menguatkan diri sendiri jika rencana yang dilakukan nanti pasti berhasil. Jika yang lainnya saja bisa mempertaruhkan semuanya, maka ia sendiri juga harus berjuang tanpa rasa takut bukan?
KAMU SEDANG MEMBACA
[TaeYu] The Last
Fanfic- 2nd TaeYu Fanfiction - Kata orang, menjadi yang terakhir itu spesial Serta 'Yang Terakhir' berkaitan dengan 'Yang Terdahulu' --- * WARNING : "It's TAEYU FANFICTION! Dan bagi yang HOMOPHOBIC harap segera menjauh karena ini merupakan unsur BxB! Jang...