•~•
"Pa?"
Dengan segera pemuda itu menekan tombol yg ada di atas brangkar, berharap seseorang cepat datang.
"Vin..vinoo"
"Sebentar ya pa, dokter sebentar lagi datang" pemuda itu mengusap pelan tangan yg tertancap infus itu.
"Vin..."
Pintu terbuka, menampakkan beberapa orang berpakaian putih yg memasuki ruangan itu, seseorang yg tak lain adalah dokter memeriksa dengan teliti.
"Pasien sudah dalam keadaan yg cukup membaik setelah 3 hari tak sadarkan diri, mungkin nantinya pasien akan sering mengeluh pusing atau sakit pada kepalanya, tapi tidak apa-apa, bila ada yg di butuhkan bisa langsung ke ruangan saya, kalau begitu saya permisi" dokter dan beberapa perawat itu meninggalkan ruangan.
Menyisakan kedua orang yg sama-sama diam, tak membuka obrolan, ataupun saling bertanya.
Hingga~"Vinoo"
"Ini vian pa" ucap pemuda itu dengan manik sendunya, ia mencoba tersenyum.
"Ah maaf, vian dimana vino?" Tanya orang yg tak lain adalah adi.
"Vino.."
"Dimana vino vian?" Tanya adi lagi, sebab vian tak kunjung menjawab pertanyaannya.
Adi benar-benar ingin melihat vino sekarang, setelah pergemuannya kemarin, adi ingin memperbaiki hubunugannya dengan anaknya itu.
"Papa, vian" raya memasuki ruangan dengan beberapa makanan di kantong belanja yg ia bawa, ia menaruhnya di meja dan mendekati brangkar adi.
"Papa ngak papa kan? Tadi udah di periksa?" Tanya raya, tangannya mengelus pelan surai sang suami, vian sendiri masih setia diam di tempatnya berdiri.
"Papa ngak papa, ma vino di mana?" Tanya adi pada raya, sontak hal itu membuat raya menarik tanggannya dan tergunduk lesu.
"Maa, ada apa? Kenapa setiap papa tanya tentang vino kalian diam?"
"Pa... sebenarnya.."
•
•"Vinoooooo lo kalau jail lagi gua pukul ya!" Protes selin yg bergerak menjauh dari tempatnya berdiri tadi.
Pasalnya ia sedang menikmati semilir angin malam dengan menatap bintang-bintang yg bergemerlap indah dengan cahayanya, tiba-tiba vino datang dengan membawa serangga di tangannya.
Selin benci itu, serangga kecil yg bila masuk telinga akan berbahaya, iyuhhhh membayangkannya saja selin sudah bergidig ngeri.
"Hahahahaaa" tawa vino menguar, ia membiarkan serangga kecil itu pergi dengan menaruhnya di batang pohon, dan berjalan menuju selin yg menatapnya kesal.
"Lo sekarang suka bintang?" Tanya vino yg sekarang juga ikun menatap benda langit itu.
"Hemmm, karna lo gua suka bintang" jawab selin.
"Karna gua? Kenapa?"
"Ya karna lo, gua jadi tau kalau ada yg lebih indah daripada bunga yg gua suka belakangan ini"
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Bukan Dia ( kita Berbeda )
Ficção AdolescenteAlvino Dekta Adinata & Alvian Desta Adinata Sampai kapan pun Vian dan Vino tak akan pernah sama. Mereka kembar, bukan berarti apapun yg mereka lakukan akan sama bukan? Mereka berdua adalah kembar yg memiliki kepribadian yg berbeda. Kepribadian yg di...