Sunwoo mendelik tidak suka saat Eunbin berhasil merebut remote televisi dari tangannya. Bocah perempuan berambut pendek itu anteng banget mengganti channel kartun yang sedang Sunwoo tonton.
"Bin, gaboleh ambil ambil gitu! Kata abang harus izin." Seru Sunwoo berusaha merebut kembali remote tv. Tapi sayang, dia kalah tenaga sama Eunbin. Sama seperti sebelum-sebelumnya, Sunwoo terjungkal kebelakang gara-gara di dorong balik sama Eunbin.
Sunwoo mendengus kesal. Kenapa sih tenaganya Eunbin besar sekali?! Rasa-rasanya kekuatan Eunbin gak wajar untuk ukuran anak perempuan umur empat tahun.
"Nunu diem! Bin mau nonton orang pukul-pukul."
Yang dimaksud orang pukul-pukul itu adalah siaran ulang pertandingan tinju tadi malam. Biasanya kan emang ditayangin ulang tuh di tv kalo subuh-subuh.
"Gak mau! Kasian om nya di pukul." Balas Sunwoo
Jam baru menunjukkan pukul lima subuh. Masih terlalu pagi untuk mendengar keributan, terutama teriakan pertengkaran kedua bocil itu.
"Ini namanya pembelajalan, Nunu! Kita harus belajal pukul-pukul, bial kalo dipukul bisa balas." Entah darimana anak itu tahu soal nonton tinju bisa jadi pembelajaran, ngomong r aja masih belum bisa.
"Adek mau nonton Dora! Sini Bin kasih remote nya!"
Dan terjadilah aksi rebut-rebutan remote antara Sunwoo dan Eunbin. Keduanya sama-sama gak mau ngalah. Mana sama-sama teriak lagi. Kasian oma pagi-pagi harus pusing denger keributan.
Mama yang mendengar keributan itu bergegas keluar kamar. Perasaan setengah jam lalu sebelum mama tinggal ke kamar mandi, Sunwoo masih terlelap di samping papanya. Kok tiba-tiba udah tengkar aja sama sepupunya?
Saat mama menghampiri, kedua bocah kecil itu nyaris saling cakar. Sunwoo dengan ganas meraup pipi Eunbin, dan sebaliknya Eunbin tak mau kalah balik menarik telinga Sunwoo.
"Adek, astaga udah udah!" Lerai mama buru-buru mengangkat Sunwoo menjauh. Wajah anak itu sudah memerah siap menangis. Sakit tau telinganya di tarik Eunbin.
"Adek sama Bin kenapa berkelahi?!" Seru mama agak keras.
Sunwoo maupun Eunbin menunduk takut. Gak berani ngeliat mama yang lagi melotot ke arah mereka berdua.
"Gak ada yang mau jawab? Mama hitung nih."
"Satu..."
Masih diem.
"Dua..."
Sunwoo sama Eunbin malah saling mengejek tanpa suara. Saling menyalahkan satu sama lain.
"Ti..."
"Bin nonton orang pukul-pukul, ma."
"Nunu ambil remote di tangan Bin, tante."
Dua-duanya jawab barengan. Mama menghela napas. Perlahan mulai berjongkok di depan kedua bocah itu.
"Adek sama Bin bersaudara kan?" Tanya mama lembut memegang bahu keduanya.
Sunwoo sama Eunbin mengangguk.
"Kalau bersaudara artinya gak boleh bertengkar, kan?"
Sunwoo sama Eunbin mengangguk lagi.
"Sekarang minta maaf. Adek minta maaf sama Bin. Bin juga minta maaf sama adek."
Awalnya keduanya diem aja, saling pandang dengan tatapan sebal. Masih bocil udah pada gengsian. Gak paham lagi. Masih mama pantau. Sepuluh detik kemudian barulah Sunwoo duluan yang mengulurkan tangan.
"Adek minta maaf. Tapi Bin gaboleh ambil ambil, harus izin."
Eunbin menatap tangan mungil di depannya. Masih menimbang-nimbang haruskah ia minta maaf juga?
KAMU SEDANG MEMBACA
It's One : The Beginning
Fanfiction[It's One ver 2] Tiga bersaudara dengan segala kelakuan ajaibnya Bobby si sulung yang santai sejak lahir, Hwiyoung si tengah yang kalem bohong-bohongan, dan Sunwoo si bungsu kebanyakan tingkah Daily life Kim Brothers jaman bocil yang penuh hal luar...