Sayuran

100 15 3
                                    

Sunwoo mengerjapkan matanya beberapa kali, menatap langit-langit ruangan yang terlihat berbeda. Bocah berumur 4 tahun itu kemudian bangkit, mata bulatnya teliti memperhatikan sekitar. Disampingnya ada Hwiyoung yang masih terlelap dengan selimut menutupi tubuh. Sunwoo termenung sejenak, mengingat-ingat bagaimana ia bisa sampai ditempat ini.

Ahh iya, tadi malam mama membawanya dan Hwiyoung pergi. Sunwoo ingat dia menangis keras sepanjang jalan sampai akhir tertidur dan bangun-bangun sudah ada di tempat ini.

"Abang..." Panggil Sunwoo pelan. Mata bulatnya mulai mengeluarkan tetesan bening. Kenapa tidak ada Bobby disini?

Bocah kecil itu kemudian turun dari ranjang, bergegas membuka pintu. Tapi sampai di luar pun Sunwoo sama sekali tidak mengenali rumah ini. Rumah ini sangat berbeda dengan rumahnya. Terlihat lebih kecil dan biasa. Tidak ada lantai keramik yang sering Sunwoo jadikan papan tulis dadakan. Tidak ada ruang tamu yang luas dan mainannya.

"Abang dimana?" Panggil Sunwoo lagi, berharap Bobby segera muncul seperti biasanya.

Namun, bukannya Bobby yang muncul, malah seorang wanita paruh baya dengan senyum hangat datang dari balik tembok. "Cucu oma sudah bangun?"

Sunwoo refleks menjauh, bibirnya yang sudah melengkung ke bawah siap mengeluarkan isakan tangis.

"Huaaa abang, adek dijual ke nenek-nenek tua." Pekik Sunwoo seraya menangis keras. Entah dapat pikiran darimana dia sampai mengira dijual.

Oma tertawa, menarik tangan cucu bungsunya itu mendekat. Astaga lihatlah wajah gembul yang kini memerah lucu, bagaimana oma tidak gemas.

"Iya, adek di jual ke oma. Katanya adek nakal makanya dijual." Kata oma yang makin bikin Sunwoo kejer.

"MAU ABANG! ADEK MAU PULANG HUAAA! ABANG IHH JEMPUT ADEK!" Teriakan membahana itu memenuhi seisi rumah.

"Sudah sudah, adek enggak dijual kok. Adek di rumahnya oma, mama nya mama adek. Ingat, gak?" Oma akhirnya mengalah, meski sebenarnya masih ingin menjahili cucunya ini.

Sunwoo menyeka pipi, napasnya masih turun naik, dan bibir mencebik sedih."Eung? Oma? Adek gak ingat."

Oma kemudian menunjuk tembok sebelah kanan, disana ada banyak foto tergantung. Oma menunjuk foto seorang wanita paruh baya memangku bayi kecil yang menggemaskan.

"Itu adek sama oma."

"Jadi, oma itu oma nya adek?"

"Kenapa adek disini?"

Oma terdiam sejenak, teringat semalam putri bungsunya datang membawa kedua anaknya dengan keadaan kacau.

"Ma, aku titip Hwiyoung dan Sunwoo. Ada beberapa hal yang harus kuurus di kota. Aku janji akan menjemput mereka Minggu depan."

"Apa yang terjadi, Yeonhee?"

"Aku akan berpisah dengan Yoonbin, ma. Aku sudah mengurus berkas-berkasnya, karena itu aku harus kembali ke kota."

"Berpisah?! Apa maksudmu, Kwon Yeonhee?! Anak-anakmu bagaimana kalau kalian berpisah?"

"Bobby akan ikut papanya, Hwiyoung dan Sunwoo biar aku yang mengurus. Mama tidak perlu khawatir, semuanya akan baik-baik saja."

"Tidak ada yang baik-baik saja, Yeonhee. Dibalik keegoisan kalian, anak-anak kalianlah yang menjadi korban. Renungkan dengan baik keputusanmu. Kalau memang kamu tetap melanjutkan gugatan cerai, maka biarlah Hwiyoung dan Sunwoo tinggal bersama mama. Jangan pernah berpikir untuk menjemput mereka!"

"Oma kenapa diam?" Tanya Sunwoo.

Oma menggeleng, membelai rambut tebal milik Sunwoo yang berantakan. "Adek lapar? Oma sudah memasak sarapan."

Mendengar kata sarapan, mata bulat Sunwoo langsung berbinar-binar. Dia memang sedang kelaparan. Maka dengan sigap, bocah kecil itu mengikuti langkah oma menuju dapur. Kak Hwi biar aja, siapa suruh lambat bangun.

Namun, wajah sumringah Sunwoo segera luntur setelah melihat makanan yang tersaji. Kaki kecilnya mundur perlahan. Melihat makanan yang didominasi warna hijau itu membuat Sunwoo urung makan. Ia tidak suka sayuran.

"Loh kenapa malah mundur-mundur gitu? Ayo adek makan sini oma suapin."

Sunwoo kecil menggeleng, menutup mulutnya dengan kedua tangan. "Adek gak suka makanannya."

Kalau ada Bobby pasti mulut Sunwoo sudah disentil karena berkata tidak sopan.

"Kenapa?"

"Hijau. Adek gak suka sayur. Rasanya pahit kaya daun."

Oma terkekeh, lantas menarik Sunwoo agar duduk. "Kaya pernah aja makan daun, dek. Buka mulutnya!"

Lagi-lagi Sunwoo menggeleng kuat, menutup mulutnya dengan tangan. Oma menghela napas, di usia yang nyaris 70 tahun ia kembali harus menghadapi kerewelan anak kecil.

"Adek, jangan rewel! Ayo makan."

"Ihh dibilang adek gak mau."

Pranggg

Piring di tangan oma jatuh ke lantai karena ditepis Sunwoo. Kalau tidak ingat itu cucu sendiri mungkin sudah sejak tadi oma sembur dengan kemarahan. Akhirnya oma mengalah, memasang wajah lebih lembut. "Terus adek maunya apa?"

"Sereal."

"Gak ada makan itu disini. Adek makan apa yang ada!" Nada bicara oma mulai tegas.

"Adek mau makan sereal!" Seru Sunwoo. Sudut matanya kembali digenangi air mata. Untuk kesekian kalinya bocah kecil itu kembali menangis.

"Tidak ada sereal! Makan apa yang ada, atau oma telpon mama kamu biar kalian berdua tidak usah dijemput."

Isakan kecil milik Sunwoo semakin keras terdengar. Ia menatap oma kesal, kenapa sih oma marah-marah?! Kan adek cuma minta sereal, gerutunya dalam hati.

"Oma jahat! Adek gak suka oma! Adek mau pulang!" Teriak Sunwoo. Kaki mungilnya berkali-kali terhentak ke lantai papan.

Mendengar keributan di luar, Hwiyoung yang tadinya masih tidur akhirnya terbangun. Sama seperti Sunwoo, saat bangun ia langsung teringat kejadian semalam. Maka dengan cepat ia keluar mencari adik kecilnya.

"Oma?" Hwiyoung mengernyit bingung, baru sadar ternyata ia berada di rumah neneknya.

Tapi mendengar tangisan Sunwoo yang semakin keras, Hwiyoung lantas menghampiri adik kecilnya.

"Oma punya susu formula?" Tanya Hwiyoung pada oma yang dengan tenang memperhatikan interaksi kedua bersaudara itu.

"Sepertinya mama kalian membawanya tadi malam, sebentar." Oma bangkit mengambil sesuatu dari kamarnya dan menyerahkan sekotak susu formula pada Hwiyoung.

"Adek disini gak ada dot susunya, jadi minumnya pakai gelas aja yaa." Bujuk Hwiyoung.

Awalnya Sunwoo menggeleng, tapi karena dia udah lapar banget terpaksa deh mengangguk.

Dengan telaten Hwiyoung kemudian membuka kemasan susu formula tadi. Untuk urusan bikin susu mah dia udah jago. Bocah berumur 7 tahun itu santai memasukkan beberapa sendok bubuk susu ke dalam gelas, kemudian memasukkan air hangat dari dispenser. Oma tersenyum melihat itu. Anak-anak ini teramat berbeda.

Sunwoo menerima gelas susu dari Hwiyoung. Hanya beberapa saat, segelas susu itu sudah tandas.

Akhirnya suasana di dapur pagi itu mulai damai. Sunwoo mau makan setelah dimasakin telur ceplok sama oma.

"Oma gak jadi jahat. Adek suka oma hihi." Ucapnya seraya menyuap nasi penuh kecap manis.

Namun, kedamaian itu ternyata hanya berlangsung sebentar. Saat Sunwoo asyik menyuap telur ceploknya, tiba-tiba sebuah serangan datang dari arah berlawanan. Seekor kucing oren dengan beringas menaiki meja makan dan merebut kuning telur yang hampir masuk ke mulut Sunwoo.

"HUAAA KUCINGNYA JAHAT!!!"

🌠🌠🌠

It's One : The BeginningTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang