01

484 37 2
                                    

Menginjak tahun ke-4 mereka di Hogwarts, suasana di dalam kompartemen kereta sangat ramai. Pansy, bersama sahabat-sahabat Slytherinnya, sudah duduk nyaman di kompartemen yang sama. Mereka tertawa-tawa dan berbincang sambil menunggu Draco, yang baru saja muncul dengan menggandeng tangan kembaran tercintanya dan duduk di hadapan Pansy.

"Ayo geser sedikit," kata Theodore, bergabung dengan mereka sambil membawa beberapa makanan yang baru dibelinya. Dia mendorong tubuh Blaise dengan lembut agar mendekat ke arah Pansy.

"Kau mau, Cassie cantik?" tanya Theodore sambil mengulurkan pie labu ke arah Cassie, yang menerimanya dengan senyuman. Theodore mengedipkan mata dengan ceria, berusaha menarik perhatian Cassie.

Draco melirik tajam ke arah Theodore yang tertawa geli, tampak kesal dengan reaksi temannya itu.

"Berhentilah mengganggu Draco, Theo. Dia sedang dalam mood yang tidak baik," kata Pansy sambil memanggil penjual makanan yang membawa troli berkeliling.

"Memangnya dia pernah dalam mood baik?" jawab Theodore, sambil mengambil coklat kodok dari troli. "Kau yang bayar, Pansy."

"Tambahkan pumpkin pasties-nya, Pansy. Cassie suka," kata Draco, sementara Pansy mengangguk sambil tersenyum. Kini meja di depan mereka dipenuhi dengan berbagai makanan. Theodore tampaknya akan membeli semua isi troli jika tidak diperhatikan oleh Pansy.

"Lihat, sebanyak ini siapa yang akan habiskan?" komentar Pansy sambil memilih kacang segala rasa berwarna hijau dan mengulurkannya pada Draco. "Kesukaanmu."

"Yah, apel hijau," kata Draco, menerima segenggam kacang dengan tangannya dan memandangnya dengan ekspresi puas.

"Aku yang akan habiskan... Tidak, aku punya saingan. Jika kalian sadar, Cassie sudah memakan lima pumpkin pasties kita," kata Theodore sambil membuka kotak coklat kodoknya.

"Ah, aku dapat Dumbledore lagi," kata Blaise sambil meletakkan kartunya di atas meja dengan nada kecewa.

"Buang saja. Kenapa harus mengoleksi kartu kakek tua itu?" kata Draco tidak senang. Cassie menjangkau kartu tersebut dengan tangan kirinya dan menyimpannya dengan penuh perhatian.

Pansy memandang Draco dengan tatapan lembut saat Draco mengunyah kacang rasa apel hijau dan menatap keluar jendela. Pansy tersenyum singkat, mengenang betapa Draco adalah satu-satunya alasan yang membuatnya bersemangat untuk pergi ke Hogwarts. Sementara murid tahun pertama lain mungkin menangis karena harus meninggalkan rumah, Pansy merasa bahagia karena bisa menghabiskan waktu lebih banyak bersama Draco, meskipun Draco menjadi lebih pendiam sejak kehilangan adiknya.

Draco menyadari tatapan Pansy yang terus menerus tertuju padanya. Dia menoleh dan mengangkat sebelah alis. "Kenapa menatapku terus? Aku tampan?" katanya dengan nada bercanda, sementara Pansy hanya memutar bola matanya dan menatap keluar jendela.

"Kau jelek, Draco, pirang pucat," kata Theodore, membuat Pansy melemparkan kotak bekas coklat kodok milik Blaise ke arahnya.

"Kalian sudah dengar tentang pertandingan Triwizard?" tanya Draco, dan mereka mengangguk. Cassie mengubah posisinya, bersandar pada Draco dan memejamkan matanya.

"Aku bersemangat untuk mendaftarkan diri," kata Blaise dengan semangat.

"Aku tak yakin" komentar Theodore.

"Boleh aku ikut?" tanya Cassie tiba-tiba, membuat semua orang menatapnya.

"Tidak," kata Draco tegas.

"Lagi pula, aku tidak yakin ada perempuan yang akan ikut turnamen itu," kata Blaise.

"Taruhan?" tanya Cassie dengan penuh percaya diri.

"100 galleon!" seru Theodore, matanya berkilat penuh tantangan.

YOURPHILE | COMPLETEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang