08. Incantantion

536 107 6
                                    

This is new chapter~
Hope you all like
Happy reading

🦋 Warning 🦋
Tulisan ini berisi fiktif belaka dengan beberapa penyesuaian yang ada terhadap mitologi Merfolk yang berkembang.

👣

Biyuna duduk dengan tenang di salah satu sofa di ruang kerja Apollo. Merfolk itu membaca dengan tenang bait demi bait setiap kata yang ada di dalam majalah yang ia baca

Apollo menaikkan sebelah alisnya, melihat bagaimana aura yang keluar dari tubuh Merfolk itu

Auranya biru agak bercampur dengan putih, yang artinya Merfolk yang ada di hadapannya tengah bahagia.

"Dimana Usana? Dia sudah kembali ke laut?"

"Belum, dia masih menghabiskan waktu diatas ranjang dengan salah satu temanku,"

Biyuna menganggukkan kepalanya, jemarinya membalik halaman majalah, menampilkan sebuah katalog perhiasan yang indah

"Manusia memang suka hal-hal yang bersinar," Apollo berkata, kala jemari Biyuna bergerak di salah satu foto kalung berbandul kepala anjing

"Kau mau? Aku bisa membelikannya untukmu," tambahnya,

Biyuna menggelengkan kepalanya, "Aku tidak bisa hidup di duniamu Apo, memberikanku hal-hal bersinar tidak akan berguna,"

"Kau bisa menemukan seseorang setelah mengambil Mutiaramu di tubuh Bible, kemudian berubah menjadi manusia sama sepertiku. Kekuatanmu hanya akan sedikit berbeda,"

"Tidak bisa Apo, Takdirku dengan Lautan lebih dalam daripada itu," Biyuna tersenyum, namun aura yang ada di tubuhnya berpendar, biru pesisir laut tadi berubah menjadi biru agak kelam, hanya sebentar, namun Apollo masih sempat melihatnya

Apollo berjalan, kakinya melangkah menuju tembok kaca tempat kerjanya, hamparan gedung-gedung mewah dan jalanan yang padat adalah pemandangan yang ditemuinya

"Lautan tidak hanya ada di perairan, disini pun ada lautan, Lautan udara, Lautan Polusi, dan Lautan Manusia,"

"Apa kau menyesal menjadi manusia?" Biyuna menutup majalah yang dipegangnya sejak tadi, Merfolk itu menyilangkan kakinya, tatapannya beralih lurus kearah pandangan yang sama dengan Apollo

"Kamu tidak menggunakan kekuatanmu untuk berbicara dengan bahasa Manusia, Jujurlah Biyuna, Kamu bisa berbahasa Manusia bukan?"

"Bukankah itu salah satu hal yang harus bisa dikuasai untuk menaklukkan Manusia? Creatur sepertiku harus bersikap menjijikkan untuk terus dapat hidup bukan?" Apollo menolehkan kepalanya, menatap pada sosok yang harus bersamanya dalam beberapa tempo waktu kedepan

Dulu, saat masih menjadi Merfolk, Apollo memang tau dan mengenal sosok Biyuna, namun dia tidak pernah bertukar sapa, apalagi bertukar pikiran dengannya,

Derajat, tahta, Pergaulan yang sangat berbeda membuat keberadaan keduanya seolah riak kecil bagi laut masing-masing,

"Wajahmu terlihat terkejut,"

"Aku hanya tidak menyangka akan ada kalimat seperti itu keluar dari bibir seorang pewaris tahta,"

Biyuna tertawa, tawanya menggelegar memenuhi ruangan, sangat tidak sepadan dengan porsi tubuhnya yang mungil dan menggemaskan

"Aku memang berbeda sejak dilahirkan," Biyuna menolehkan kepalanya, pandangan Merfolk itu kini terfokus pada salah satu lukisan tentang lautan yang terpajang di ruang kerja Apollo

"Lukisan nya indah,"

"Ah, ngomong-ngomong tentang lautan, aku ingin bertanya padamu," Apollo bergerak, berjalan mendekat kearah Merfolk yang kini memandang kearahnya

"Kekuatanku sudah hilang jadi aku tidak bisa mendeteksi mutiara yang ada pada tubuh Bible, bagaimana? Apa sudah bersih? Kau tau bukan? Merfolk dengan mutiara separuh tidak bisa berlama-lama diluar Lautan,"

"Masih belum, aku baru bisa membersihkan separuhnya. Mungkin jika nanti malam dia kembali lagi ke rumah dan menemui ku, mutiaranya akan bersih total,"

"Kalau begitu aku harus membuat alasan supaya Bible datang kerumah dan mau dipeluk atau tidur bersamamu?" Biyuna langsung melempar tawanya sekali lagi, kala melihat bagaimana ekspresi yang terpancar di wajah Apollo

"Tidak perlu, nanti malam pria itu akan datang kembali dengan sendirinya padaku, kau tidak perlu terlibat kedalam urusanku sejauh itu, cukup dengan memberikanku akses tempat tinggal sesuai dengan janjimu dengan Ayahku,"

"Bagaimana kau seyakin itu? Asal kamu tau, Bible itu Manusia gila kerja, dia tidak akan meninggalkan tempat kerjanya jika bukan-"

Perkataan Apollo terhenti, kala melihat jari telunjuk Biyuna menyentuh bibirnya, seolah memerintahkan padanya untuk diam

Apollo membelalakkan matanya, kala bibir Biyuna bergerak, mengucap beberapa kalimat yang sangat tidak asing bagi telinganya,

Mantera,

Mantera pengikat yang sering digunakan Merfolk untuk menarik manusia masuk kedalam lautan selama beberapa detik agar para Merfolk bisa mengambil energi manusia

Ini gila,
Apollo tidak pernah menduganya,
Badannya merinding,

Pengucapan mantera diluar Lautan bisa menyebabkan efek samping rasa sakit luar biasa bagi Merfolk, bahkan bisa menyebabkan Merfolk itu sendiri mengalami kematian jika tidak mampu menahan nya

"Sudah kukatakan bahwa dia akan datang, kau tidak perlu khawatir," Ucap Biyuna dengan senyum di bibirnya, matanya Merfolk itu menyipit karena lebarnya senyum yang ditampilkannya

Hingga aliran darah keluar dari bibir itu dan batuk menyusul kemudian, membuat Apollo segera berlari dan menangkap tubuh Biyuna yang hampir terjatuh ke lantai

"Dasar gila,"

"Win, panggil dokter pribadiku kemari,"

👣

TBC-

Sampai sini dulu ya, update an ceritanya. Harusnya update kemarin, tapi bener-bener lupa karena satu dan lain hal

Masih mau ngucapin, terimakasih banyak-banyak buat kalian yang masih sempet dan mau buat baca cerita ini

Luv you all
And have a good day 🥂

MerfolkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang