38. Decision

182 18 6
                                    

Aku lupa kalo belum upload, padahal draft nya udah sampe END. Jadi kukira udah selesai. Pas mau baca ulang ternyata baru ngeh kalo belum selesai 😭

Buat yang masih menunggu, ini ya 🤗
Happy reading 😛

...

🦋 Warning 🦋
Cerita ini adalah sebuah karangan fiktif belaka yang kisahnya disesuaikan dengan kisah Yunani dari Merfolk yang berkembang.

...

Seorang Merfolk menatap dengan sendu kearah Biyuna yang masih tertidur lelap di dalam kerang,

"Apa sungguh tidak apa memindahkan seseorang dari Danau ke lautan lepas begini?"

"Maksudku, habitat seseorang tidak bisa dibohongi -"

"Dia dari lautan, tenang saja," Jawab Merfolk yang sejak tadi masih memandangi Biyuna dengan matanya yang menyendu

"Kau mengenalnya?" Merfolk itu menganggukkan kepala, tangannya terulur menyentuh rambut Biyuna yang menutupi dahi

Tersenyum kemudian,

"Dia sudah tumbuh dengan besar serta sehat,"

"Tapi terlihat menyedihkan," Merfolk itu menghela napasnya, segera menutup kerang yang menjadi alas tidur Biyuna dan membalikkan badannya,

Berenang menjauh dengan diikuti oleh Merfolk yang sejak dahulu mengikutinya

"Katakan pada Joddie untuk mengeceknya Secara berkala dan ketika nanti dia sadar, tanyakan apa keinginannya," Merfolk itu menjeda perkataannya

"Katakan bahwa Ecclestone akan mengabulkan semua keinginannya, bahkan jika itu harus mengambil nyawanya,"

Merfolk yang sejak tadi bergerak di belakang mengangguk "Baiklah Tamara, aku akan menyampaikan semua perkataan mu tadi,"

Tamara Ecclestone, Merfolk yang menyelamatkan Biyuna. Dia juga memindahkan paksa Biyuna dengan berubah menjadi Ayahnya

Atau, katakan saja

Tamara Ecclestone adalah Merfolk yang memiliki hutang Budi kepada Ibu dari Biyuna.

...

👣

...

Bible masuk kedalam ruang kerja Apollo, melihat Apollo yang menangis meraung-raung dalam rengkuhan manis Mile membuat kedua alisnya menyatu.

"Kenapa dengan tunanganmu? Kemana biyuna? Aku ingin membawanya pulang," Bible berjalan, melangkahkan kakinya menuju sofa yang berhadapan dengan sejoli tersebut

"Dia sudah pulang, diantar oleh supir Apollo," kembali, Bible mengernyitkan dahinya

"Eh? Tapi dibawah aku baru saja melihat supirmu?"

"Mungkin sudah sampai dirumah, dia tidak mengatakan apapun?" Sambil sesenggukan, Apollo mengusap air matanya dan menatap kearah bible

"Tidak, mungkin saja begitu. Yasudah, aku kembali dahulu, silahkan lanjutkan,"

Bible berjalan meninggalkan ruangan itu, sebelum tangannya menyentuh gagang pintu, suara Apollo menginterupsi

"Bible, seandainya ada keadaan yang membuatmu memilih antara nyawamu atau nyawa Biyuna, apa yang akan kamu pilih?"

Hening, deru napas pelan yang hanya terdengar dari tiga insan dengan ketegangan intens yang berbeda

"Entahlah, aku akan berpikir ketika waktunya tiba,"

Pintu terbuka, meninggalkan bayangan punggung pria itu semakin menghilang

"Apa yang harus aku lakukan Milee"

-oOo-

Biyuna membuka matanya, rasa pusing langsung merayap keseluruh kepalanya dengan tajam membuatnya mengaduh dengan ringan

Sinar langsung menerpa, dengan wajah asing yang menyerbu indra penglihatannya "dia bangun,"

Belum sempat Biyuna bicara, seseorang itu langsung kembali menutup kembali kerang yang baru saja terbuka

Kerang?

Biyuna terkesiap, saat hendak membuka kerang yang mengurungnya, muncul seseorang dengan senyum lembut yang menawan

"Bagaimana keadaanmu? Masih sakit?"

"Siapa?"

Dengan terkejut, seseorang itu kemudian mengulurkan tangannya "Tamara, panggil saja begitu,"

Biyuna tidak mengambil uluran tangan itu, "dimana aku?"

"Lautan, aku membawamu,"

Menghela napasnya, seseorang bernama Tamara itu berenang mendekat, mengelus lembut rambut Biyuna, membuat Biyuna agak tersentak "Tadi kamu hampir saja mati. Kenapa kamu melakukan tindakan ceroboh?"

"Bisakah kamu menghubungi adikku?  Aku ingin pulang ke lautanku,"

"Baiklah," dengan satu kata tersebut. Biyuna mendapatkan komunikasi dengan adiknya, menghubungi ayahandanya dan memutuskan untuk kembali kedalam lautan asalnya. Lautan dalam yang dingin

Tidak apa, Biyuna tidak membutuhkan mutiaranya.

Tidak apa, Biyuna tidak akan peduli dengan dirinya yang akan berubah menjadi buih.

Tidak apa, Biyuna...

Biyuna...

Tidak apa, sungguh tidak apa

Biyuna, sungguh tidak peduli dengan Bible.

Dia tidak akan mengucapkan kalimat perpisahan.

Dia juga tidak akan berpamitan kepada sosok yang berhati hangat namun dengan teganya ia sakiti dengan begitu kejam.

Sebulir air mata jatuh dari pipi putihnya, dadanya begitu sesak hanya memikirkan kembali bagaimana nasibnya dengan Bible. "Bodohnya,"

"Aku telah jatuh cinta pada seorang manusia," kembali, sebutir air mata kembali terjatuh. Tamara merengkuh, menepuk punggungnya dengan lembut, membuat tangisan itu akhirnya tumpah

"Tuhan, kumohon, sungguh, bolehkah jangan ambil dirinya dariku,"

...

👣

...

Hi hi hi hi
Bentar lagi ending~~~
Have a nice day all 🥂

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 17 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

MerfolkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang