31. Hills (3)

311 56 13
                                    

Merfolk is back!
Dalam rangka tidak memperingati apa-apa, maka diputuskan Merfolk update chapter baru..

Mana suaranya!!!
Aaaaaaa

Oke, tanpa berlama-lama,
Happy reading all 💙🖤

...

🦋 Warning 🦋
Cerita ini adalah sebuah karangan fiktif belaka yang kisahnya disesuaikan dengan kisah Yunani dari Merfolk yang berkembang.

...

👣


...

Lelah berjalan kesana-kemari, mencicip ini dan itu, Bible dan Biyuna mendudukkan tubuh mereka pada bangku berjejer di depan panggung,

Penampilan menyanyi dari bapak-bapak warga desa dengan sorakan heboh dari kenalan bapak tersebut membuat Biyuna dan Bible kompak menarik garis bibirnya menjadi melengkung keatas

"Bagaimana hari ini, seru?" Biyuna menganggukkan kepalanya, tangannya bergerak ikut menepuk, mengiringi penampilan warga desa

"Lelah tidak?" Biyuna menggelengkan kepalanya, menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh Bible dengan suaranya yang lembut

"Ingin ikut ke puncak bukit?" Tidak menanggapi, raut wajah Biyuna berubah menjadi mengernyit,

Melihat kebingungan yang ada di raut wajah Biyuna, Bible menarik lengan Biyuna, membuat Merfolk itu mendekat kearahnya

Bible menunjuk pada lengkungan yang ada dibalik panggung yang digunakan sebagai puncak acara oleh para warga

"Jika kamu tidak lelah, aku ingin mengajakmu ke puncak bukit sana,"

"Aku ikut, terdengar seru?" Biyuna menyetujui ajakan dari Bible dengan nada yang meragu

Bible tersenyum, menarik tangan Biyuna dan menyelipkan kembali jemarinya, menggenggam erat

Biyuna yang tangannya tertaut pada tangan Bible, hanya bisa pasrah mengikuti apa yang ada, jika ingin dibawa kesana, Biyuna ikut. Jika ingin dibawah kemari, Biyuna juga ikut. Memang pada dasar sifat Merfolk itu iya-iya saja

Udara semilir menerbangkan helaian ujung rambut keduanya yang memanjang, Menyapu dingin dan perlahan membuat kulit mereka berubah mendingin

Tak ada yang bersuara, keduanya menikmati hawa dingin yang merasuk pada tubuh mereka, membiarkan suhu dingin menjalar bersamaan dengan rasa hangat yang mengalir dari tautan mereka

Hingga keduanya tiba pada tujuan, puncak bukit pedesaan

Lampu-lampu temaram yang gemerlapan menjadi pandangan utama yang memanjakan keduanya, suara tabuhan dan teriakan heboh masyarakat terdengar pelan

"Jika tidak ada acara besar-besaran seperti malam ini, seluruh desa akan terlihat gelap," Bible bersuara, tanpa menatap pada Biyuna

Wajah tegas milik Bible membuat guratan lengkung, meluapkan rasa nikmat tentang bagaimana semua pemandangan yang ada dihadapannya memenuhi matanya

"Aku suka ketinggian, ketinggian mampu memuaskan hasrat kesenanganku, tapi aku tidak menyukai kegelapan di sepanjang proses mencapainya,"

"Mengapa begitu?" Biyuna bersuara, pandangan nya serupa pada arah yang sama dengan pria disampingnya

"Karena saat didalam kegelapan, aku sendirian, tidak ada yang menggenggam tanganku, tidak ada helaan napas letih lainnya yang mengalun seperti milikku, tidak ada seseorang di sampingku,"

"Kau kesepian," gumam Biyuna

"Benar, tapi tidak lagi. Di kegelapan tadi ada kau yang menggenggam tanganku, ada juga napas yang berhembus disampingku, Aku tidak lagi kesepian,"

MerfolkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang