Sehun murung. Ia benar-benar tidak keluar. Dan dasarnya sang ayah gila bekerja, beberapa hari ini Kris hanya menatap Sehun dan bertanya ‘apakah sudah makan?’ yang dijawab dengan anggukkan dari Sehun kemudian ia merasa cukup dan melanjutkan pekerjaannya sendiri.
Malam itu, Sehun sendiri dilanda rasa bingung luar biasa. Sepertinya dia sedang depresi namun dia tidak sadar bahwa ia sedang depresi. Atau mungkin ia hanya sedang kecewa.
“Kau baik?”
Sehun menengadah. Ia menatap Kris yang muncul setelah mendiamkannya selama tiga hari. Ia mengangguk sebagai jawaban, dengan pemikiran sang ayah akan menyingkir dari hadapannya dan kembali bekerja.
Namun ia salah. Kris kini duduk disisi Sehun yang sedang duduk di lantai bersandar dengan ranjangnya.
“Memikirkan apa?”
Sehun memainkan kancing piyamanya. “Hunnie ingin bertanya, boleh?” tanyanya pada Kris yang mengangguk.
“Apa yang akan papa lakukan setelah bertemu Chanyeol?”
“Hm?”
“Apa yang akan papa lakukan?”
Kris berdeham. “Kenapa?” tanyanya. “Papa tidak pernah memikirkkan apa yang akan papa lakukan—
“Apa papa akan merebutnya?”
“Merebutnya?”
“Hng”
“Entahlah, papa tidak ingin bertindak gegabah dan seenaknya”
Sehun menghela nafas. “Bukankah papa mencintai Chanyeol?” tanyanya dengan mata memicing tajam.
“Ya, benar—
“Lalu? Apa yang akan papa lakukan?”
“Papa tidak tahu dia masih mencintai papa atau tidak”
“Jika dia masih mencintai papa?”
“Papa akan mencobanya”
Sehun menggigit bibirnya. “Bagaimana jika Chanyeol sedang meng—
“Mengandung?”
“Papa tahu?!!”
Kris terkekeh. Ia mengusap kepala Sehun dengan gemas. “Tentu saja papa tahu. Papamu yang tersiksa karnanya”
“Huh?”
Kris tersenyum dan menyentuh ujung hidung bangir Sehun dengan gemas. “Apa yang sebenarnya ada di dalam otak kecilmu ini, hm?”
“Banyak”
Kris menghela nafasnya panjang. “Haaaah, papa seharusnya tidak memberimu nama Sehun”
“Hm?”
“Papa kira Chanyeol berbohong saat ia bilang arti nama Sehun adalah seseorang yang cerdas dan pintar”
Sehun menatap ayahnya, “Bahkan namaku adalah nama darinya?”
“Ya”
Sehun menghela nafas panjang. Kris menatap wajah sang anak yang masih belum ceria. “Kau habis menonton film?” tanyanya tanpa clue.
“Apa memiliki saudara tiri menyenangkan?”
Kris mengerutkan alisnya. “Saudara tiri?” tanyanya penuh selidik namun tak mendapatkan clue dari wajah dan ekspressi sang anak yang datar.
“Akankah kau mencintai mereka sebanyak kau mencintaiku?”
Kris sedikit terkejut dengan pertanyaan itu, namun ia mengangguk. “Tentu. Aku bahkan bisa lebih menyayangi mereka dan mungkin orang tua mereka akan menyayangimu lebih banyak dari aku menyayangimu”
KAMU SEDANG MEMBACA
Krisyeol; The Immutable Truth
FanfictionI was in Love. Now, I'm in Pain. You were my Happiness. Now, You are my Sadness.