Joohyuk hanya terdiam berdiri didepan sebuah tiang lampu. Ia menatap lampu jalan yang menyala terang. Sunyi terasa dunianya malam itu. Tanpa satupun suara. Meskipun petir terdengar bersahutan dan suara air hujan terdengar, ia tetap merasa sunyi.
Ia tidak merasakan dingin meskipun ia berdiri ditengah hujan deras. Ia tidak tergangggu dengan rintik hujan yang terasa perih memukul wajahnya.
Tubuhnya seolah tidak dapat merasakan apapun. Bahkan ia bertanya-tanya apakah jantungnya masih berfungsi atau tidak. Karna rasanya begitu sesak.
Ia merasa benar-benar kesepian. Tidak ada orang tua yang menjadi tempatnya berkeluh kesah. Tak memiliki teman karna tidak dapat mempercayai seseorang dengan mudah.
Ia melangkahkan kakinya, lelah memandangi lampu yang bercahayakan kuning menyala. Ia memutar dan melangkah tanpa tahu akan kemana.
Hingga langkah kakinya membawanya sampai pada sebuah bar. Ia menatap bar kumuh itu, lalu memasukinya. Memesan dua botol soju meskipun ia tidak membawa sepeserpun uang.
Memiliki ayah yang keras kepala, selalu menekannya, membuatnya benar-benar merasa tercekik. Bukan rasa aman yang ia rasakan namun justru ancaman yang selalu ia terima setiap harinya.
Ia meneguk soju dengan kadar alkohol tinggi itu. Benar-benar berharap bisa hangover, lalu mati.
Seorang ibu yang harusnya menjadi malaikat tak bersayap yang selalu melindunginya, entah dimana keberadaannya. Sibuk dengan pekerjaan dan mimpinya sendiri.
Merasa tidak memiliki putra. Dengan dalih bahwa suaminya lebih mapan, ia melepaskan putranya begitu saja. Tanpa mau menoleh kebelakang. Tanpa pernah menanyakan kabar. Tanpa pernah merasakan rindu dan membutuhkan.
Joohyuk memijat pelan pelipisnya. Efek alkohol sudah mulai bekerja. Ia memejamkan matanya. Alih-alih merasa kepalanya ringan, ia justru merasa kepalanya berat.
“Aku hanya mencintai Kris hyung”“Kau pasti akan mendapatkan orang yang lebih baik dariku”
Joohyuk kembali meneguk sojunya seperti orang kesetanan. Kepalanya terasa pening sekarang. Hingga ia bahkan tidak dapat mendengar suara orang yang tengah mengajaknya bicara saat ini. Telinganya berdenging.“!!!”
Kerah kemeja Joohyuk ditarik lalu sebuah bogem mentah memukul rahangnya. Ia tumbang dengan kepala membentur meja.
Ia merasa dua pasang tangan menggeledah saku celana dan kemejanya. Namun karna tak menemukan apapun, kedua lengan Joohyuk ditarik. Tubuhnya diseret keluar dan dilempar dengan wajah yang lebih dulu menyentuh tanah.
PLAK!!!
“TIDAK ADA ORANG TUA YANG MENJERUMUSKAN ANAKNYA!! KAU SEHARUSNYA PATUH DENGANKU!!”“SEHARUSNYA KAU SADAR BAHWA APAPUN YANG AKU LAKUKAN SEMUA DEMI KEBAIKANMU!!”
Apa benar setiap keputusan yang orang tua buat selalu yang terbaik untuk anaknya?
Apa anaknya tidak dapat memiliki impian atau keinginan lain? Apa tidak bisa melakukan keduanya? Kenapa ayahnya selalu menghadapkan Joohyuk dengan pilihan.
Pertama memilih ingin ikut ayah atau ibu,
Lalu memilih untuk mengikuti arahannya, atau dibuangnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Krisyeol; The Immutable Truth
FanfictionI was in Love. Now, I'm in Pain. You were my Happiness. Now, You are my Sadness.