akala menatap selembar kertas di tangannya dengan tatapan kosong, goresan tinta merah berbentuk angka 80 tercetak jelas di sudut kertas yang dia genggam. ini adalah hasil ujian hariannya tempo hari, pada saat itu dia merasa sangat mudah saat mengerjakan soal yang di berikan, tetapi mengapa sekarang hasilnya tidak sempurna?
"gue harus ke ruang guru, gue yakin ini ada yang salah koreksi" ucap akala.
alvero merangkul akala. "udah lah kal, nilai lo juga udah bagus itu" ucap alvero bermaksud menenangkan akala, dia tahu kalau saat ini pasti pikiran akala sedang kalut mengenai ganjaran apa yang akan dia dapat dari orang tuanya.
"nggak, ver. nilai gue jelek!"
"alay banget lo" celetuk seorang teman sekelasnya.
akala menatap gadis itu dengan sebelah alisnya yang terangkat, "maksud lo?"
"ya lo alay. nilai 80 lo bilang jelek, kalau nilai segitu lo bilang jelek terus nilai gue apaan? Remahan peyek?!" Oceh gadis itu, membuat alvero menatapnya dengan tatapan geli.
"Jadi cewek kebanyakan bacot, najis" gerutu alvero pelan.
akala menghembuskan napasnya, "lo nggak tahu apapun yang terjadi sama gue, nggak semuanya sesuai sama apa yang ada di ekspetasi lo"
"kalau gitu terus apa realitanya? lo bakal di cambukin karena dapat nilai segitu? basi kal!"
akala tersenyum miring, "kalau memang realitanya gitu, lo mau bilang apa lagi?"
Siswi itu memutar bola matanya malas saat mendengar jawaban akala, "nggak mungkin ada orang tua yang kaya gitu kal, lo aja yang terlalu lebay"
"orang tua lo mungkin, tapi nggak dengan orang tua gue"
setelah itu akala sedikit menyiratkan tawa yang dipaksakan. dia sangat tidak suka jika ada seseorang yang berkata demikian, bagi sebagian orang mungkin akala memanglah anak yang lebay. asal kalian tahu ini semua bukan keinginannya, dia juga ingin bebas seperti yang lainnya, tetapi takdir lagi-lagi berlaku tidak adil padanya, atau ini kah cobaan dari tuhan? dirinya pun tidak mengerti.
radian menatap gadis yang sedari tadi beradu argumen dengan akala. "banyak bacot! pendapat lo nggak di butuhin di sini" sarkas radian membuat gadis itu terdiam, aura kemarahan radian membuatnya kikuk dan tidak bisa melakukan apapun lagi untuk membela diri.
Akala dan alvero tersenyum melihat tingkah radian yang menghardik salah satu siswi yang sedari tadi beradu argumen dengan akala.
"Yeokshi uri radian!" Sorak alvero sambil bertepuk tangan heboh.
Merasa dirinya sudah menang, akala tersadar dan kembali pada tujuan awalnya. "gue harus ke ruang guru" laki-laki berlari keluar kelas dengan sangat cepat membuat radian dan alvero menatapnya sembari menghembuskan napas kasar, semua orang yang menatap akala penuh heran. Laki-laki berkulit tan itu seperti tidak ada habisnya dengan masalah nilai. Padahal kalau di lihat-lihat semua nilai akala jauh diatas kata sempurna untuk anak seusianya. Tetapi, bagi orang tuanya itu semua jauh dari kata sempurna. Bagi mereka arti sempurna adalah cetakan angka 100 dengan tinta berwarna merah yang menghiasi sudut kertas, atau peringkat 1 yang tertulis di rapor. bukan berapapun nilainya yang terpenting anaknya paham dengan semua materi yang di berikan.
🌻🌻
akala keluar dari ruang guru dengan perasaan sedih dan takut bercampur menjadi satu. dia sudah bernegosiasi dengan guru biologinya, dia bertanya apa yang salah dengan jawabannya di ulangan tempo hari, ternyata memang semua kesalahan muncul dari dirinya. dia yang pelupa, membuatnya salah menggunakan rumus dan berakhir nilainya tidak sempurna.

KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Akala
General FictionSederhana saja, ini bukan kisah pahlawan atau dongeng penuh bahagia. Ini tentang Akala Mannaf Kanagara-anak yang tak pernah diinginkan, hidup di rumah yang seharusnya jadi tempat pulang, tapi lebih sering terasa seperti neraka yang berwujud elegan. ...