kisah akala: sepenggal doa.

129 72 65
                                        

kantin sekolah hari ini begitu padat membuat siapa saja enggan datang ke tempat yang penuh itu, begitu pun dengan akala. laki-laki itu juga sebenarnya malas sekali pergi ke kantin hanya untuk sekedar mengganjal perutnya yang kelaparan. namun saat alvero memaksanya, dia tidak bisa menolak. bahkan saat sahabatnya itu menarik paksa, dirinya hanya bisa pasrah mengikuti semua langkah dan pergerakkan alvero.

kaki jenjangnya kini sudah sampai di dalam kantin, tetapi alvero tak kunjung melepaskan tarikkan pada tangannya. sampai akhirnya dia mengetahui kemana alvero akan membawa dirinya. karena beberapa meter di depan sana, dia bisa melihat radian yang tengah duduk dengan santai sembari memainkan ponsel miliknya. meja mereka yang terletak di paling pojok kantin membuat laki-laki itu nyaman, memang itu yang menjadi tempat favorit mereka.

saat telah sampai di hadapan radian barulah alvero melepaskan cengkraman pada pergelangan tangan akala sambil mengatur napasnya yang terengah-engah laki-laki itu mulai menyuarakan beberapa kata. "mau coba-coba nunda makan dia" adu alvero pada radian, membuat lirikan tajam di dapatkan akala dari sahabatnya yang blasteran canada itu.

"bukan gitu! gue malas tahu, lo liat tuh antrian panjang banget. Mau makan saja berasa kaya lagi antri sembako" ucap akala sambil menunjuk antrian di depan sana yang terlihat memanjang hingga ke depan pintu kantin.

"jangan gitu kal. kesehatan itu mahal, kalau bukan lo yang jaga tubuh itu, siapa lagi?" ujar radian membuat akala bungkam. sahabatnya yang satu itu jika sudah berbicara pasti setiap kata yang di keluarkan berbobot, bukan ucapan yang tidak memiliki arti, seperti alvero.

"lo yang tahu keadaan tubuh lo, dan lo juga yang harus jaga tubuh itu." ucap radian, kini laki-laki itu menatap intens kedua mata kelam akala. "banyak orang di luar sana menginkan tubuh sempurna tanpa kurang sedikitpun, kita yang telah mendapatkannya malah mau menyia-nyiakan pemberian tuhan ini?"

radian menunduk dan melihat akala hanya dari ujung matanya saja, "lo tau kal? sakit-sakitan itu nggak enak" sambung radian sebagai penutup ucapannya.

alvero menatap akala dan radian bergantin, jika sudah begini dia mengerti arah pembicaraan radian, "udah woy. kapan kita makannya kalau lo berdua malah adu nasib?" celetuk alvero bermaksud mengalihkan perhatian keduanya dari topik obrolan sebelumnya.

Alvero sangat tidak suka saat kedua sahabatnya sudah mulai masuk kedalam pembahasan tersebut, jadi sebisa mungkin dia harus mengalihkan obrolan mereka.

radian melirik alvero dengan tatapan membunuhnya, sebenarnya radian itu baik kok. cuma terkadang jika sedang badmood laki-laki itu akan berubah galak seperti seekor singa yang kelaparan, seperti saat ini contohnya.

"lo yang pesan" ucap radian pada alvero, membuat alvero mengerutkan alisnya.

"kok gue?!" tanya alvero tak terima dengan perintah radian, dia juga malas kalau harus masuk ke dalam antrian panjang itu.

"kan lo yang mau makan" jawab radian acuh.

alvero beralih menatap akala yang sepertinya sudah malas mendengar perdebatan mereka, dirinya tahu jika akala tidak suka keributan, maka dari itu dia lebih baik mengalah dari radian. lagi pula jika berdebat dengan radian tidak akan ada akhirnya, pasti laki-laki blasteran canada itu akan dengan cepat menjawab segala yang dirinya ucapkan.

"oke. mau pesan apa?" tanya alvero pada akala dan juga radian tentunya.

"nggak usah, udah gue pesan" ujar radian tiba-tiba, membuat alvero merasa geram, ingin rasanya dia memberikan radian sebuah tinjuan yang cukup keras atau kalau tidak dia ingin menendang radian hingga kembali ke canada.

akala melihat alvero dan radian bergantian, tanda-tanda peperangan diantara keduanya sudah mulai terlihat, dirinya pun berpikir cepat berusaha untuk mencairkan suasana dengan tertawa terbahak-bahak merespon ucapan radian yang sempat membuat alvero naik pitam.

Kisah AkalaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang