kisah akala: mulai terasa.

32 6 22
                                        

Teriknya matahari pada pagi ini tentu membuat siapa saja merasakan kehangatannya. padahal kalau dilihat-lihat ini baru jam sembilan, namun sudah terasa seperti siang hari. pagi ini kelas ipa 1 yang merupakan kelas Akala bersama dengan Radian dan Alvero sedang melaksanakan mata pelajaran yang pastinya sangat disukai oleh kaum adam, yakni olahraga.

Akala dan teman-temannya sedang melakukan pemanasan sebelum memasuki inti pelajaran kali ini, Akala sangat semangat mengikuti gerakan demi gerakan yang dicontohkan oleh Radian sebagai ketua kelas. Akala terus saja meneriaki hitungan bersama dengan Alvero membuat suasana semakin terasa menyenangkan, bahkan tak sering mereka menggoda Radian yang berada di depan sana membuat laki-laki itu menatap mereka tajam.

"Lihat Kal, dia sambil modus ke cewek-cewek" ujar Alvero menghasut Akala.

"Nggak salah sih banyak yang suka sama dia, anaknya aktif gitu" seru Akala bermaksud kembali meledek Alvero.

Alvero menatap Akala tak suka, "gue sudah aktif tapi tetep aja nggak ada yang suka sama gue" ucap Alvero dengan nada suara yang terdengar llirih.

"Siapa bilang nggak ada yang suka sama lo? coba saja lo angkat baju olahraga lo di jamin semua cewek pingsan" oceh Akala, memang benar adanya apa yang di ucapkan laki-laki itu. "oh iya kalau harus gue ingatkan, setiap kali kita jalan mau ke kantin siapa yang suka di teriakin sama anak cewek, hah?" tanya Akala sambil menaik turunkan alisnya.

"Emang gue?" tanya Alvero kembali.

"Bukan!! setan!!" sarkas Akala, laki-laki itu berusaha sabar menghadapi orang yang berada di sebelahnya kini.

"Kalau gue setan berarti lo juga dong, kan setan temennya juga setan" ujarnya dengan wajah tanpa dosa, sahutan Alvero itu membuat Akala kembali tersulut emosi.

Akala memutar bola matanya malas, "sekarep mu!"

Radian melirik ke arah keduanya yang tengah asik bercanda gurau sedangkan dia di depan sini harus menganggung rasa malu yang entah dari mana asalnya tiba-tiba saja menyelimuti. saat itu juga ada ide licik muncul di benaknya, dia ingin mengerjai dua sahabatnya yang sedang tertawa di barisan paling belakang itu.

"Lihat saja, mereka akan tahu akibatnya kalau berani sama gue" batin Radian, senyum licik langsung menghiasi wajahnya.

Radian mengangkat tangan, "Pak" panggil Radian pada laki-laki paruh baya yang berada di ujung lapangan.

Laki-laki itu berjalan menghampiri Radian saat mendengar panggilan dari anak itu, "kenapa?"

"Mau tanya saja pak, kalau misalnya ada yang tidak mengikuti gerakan pemanasan dengan benar dan mereka dari tadi ketawa-ketawa terus itu kena hukuman tidak pak?" tanya radian pada guru itu, suaranya sengaja di kencangkan agar memantik atensi akala dan alvero tentunya.

"saya akan hukum, siapa mereka?"

Akala dan Alvero saling tatap, tanda bahaya langsung muncul di diri keduanya apalagi saat Radian menatap ke arah mereka dengan tatapan tajamnya itu. saat seperti ini lah alvero sedikit tidak suka dengan radian, jabatannya itu lah yang selalu membuat laki-laki itu berlaku seenaknya tak ada kamus lo sahabat gue lo aman kalau dalam diri radian. karena saat jiwa pemimpinnya mendominasi, semua yang dirinya dan akala lakukan akan salah di mata radian, mereka bercanda saja pasti akan kena amuk laki-laki itu.

"Bahaya Kal" bisik Alvero.

"Diam! nanti kita malah di curigai"

"Tuh Pak" arah tunjuk Radian membuat alvero membelalak.

"Kan, mati ini kita Kal" 

"Dibilangin suruh diam, tindakan lo buat kita makin mencurigakan" oceh Akala.

Kisah AkalaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang