16: Jeon Seagul.

475 55 4
                                    

Perhatian sejenak. Akan ada beberapa hal yang ingin aku sampaikan di bawah.

Bocah laki-laki itu mengerang sakit. Disana, lebih rincinya, dibawah sana. Pergelangan kaki kirinya ditusuk sebilah kayu tajam. Mencetak banyak noda merah di sekeliling kaos kaki putih Jeon Jungkook, tetes demi tetes bercecer hingga menjadi sebuah genangan darah.

"A— ah..."

Pekerjaan siapa lagi jika bukan beberapa anak-anak nakal yang sering mengusik dirinya. Segerombolan laki-laki pengecut, begitu Jungkook menyebut mereka. Ia tak pernah takut kepada mereka. Mereka bertiga? Jungkook seorang diri? mereka pikir ia akan takut? silahkan tertawa pada rumput yang bergoyang.

Menahan perih setengah mati. Jungkook mengigit bibir dalam-dalam kala berusaha menarik kayu tajam itu keluar. Alhasil suara pekikan nyaring terdengar saat kayu berhasil di keluarkan. Jeon Jungkook memukul keras daratan tanah berdebu.

"Astaga, kau tak apa?" seorang gadis menghampiri dirinya. Tanpa takut akan bau anyir dan lebam wajahnya yang terlihat begitu buruk.

Laki-laki itu menunduk gelagapan, baru kali ini seseorang mendapati dirinya dalam keadaan babak belur di area sekolah.

"Jawab aku, kau tak apa?" tangan gadis itu menyentuh bahu kirinya. Membuat ia mendongak, menatapnya. Pelan-pelan mengangguk, lantas menggeleng pelan.

"Tidak begitu baik."

"Aih! bodohnya aku masih bertanya apa kau baik-baik saja. Jelas-jelas tidak! lihat luka di wajahmu ini. Dan ini," perempuan itu menunjuk ke arah pergelangan kaki Jungkook yang senantiasa mengeluarkan banyak darah. "apa yang terjadi dengan mu."

Tak banyak cakap perempuan itu mengoyak rok sekolahnya sendiri. Untuk beberapa saat Jungkook terperangah. Sangat tajam tatapan gadis itu membalut luka di kaki. Begitu teliti. Tanpa sadar pemuda Jeon menatap si gadis lamat-lamat, sampai-sampai rasa sakit yang ia dera beberapa menit silam secara praktis menghilang.

Gadis itu tersenyum simpul menatap hasil pekerjaannya, "perfect. Sekarang aku akan menuntunmu menuju unit kesehatan." katanya sembari berdiri. Mengerutkan alis heran kepada Jungkook yang masih berfikir hal entah-entah.

"Hei, bisa berdiri tidak?"

"Ak—aku?" terdengar tawa merdu perempuan itu.

"Kalau bukan kau, siapa lagi? ayo cepat berdiri. Aku takut lukamu terinfeksi jika tidak segera di obati." ia mengulurkan tangan. Yang Jungkook tatap ragu-ragu. Lantas Jungkook terima dengan gagu.

Berhasil berdiri bersusah payah, gadis itu melingkarkan tangan kiri Jungkook pada lehernya. Sementara tangan kanan gadis itu secara alami melingkar pada pinggang pemuda Jeon. Membuat si empu terkejut.

"Kita jalan pelan-pelan. Bisa 'kan?" menipiskan bibir, Jungkook mengangguk lirih. Jeon Jungkook tidak pernah merasa sedekat ini bersama seorang gadis sebelumnya. Lebih-lebih lagi merangkul seperti sekarang.

"Boleh aku tahu... namamu?" tanya Jungkook mencicit. Keberaniannya hilang menghadapi seorang bocah perempuan di banding melawan tiga anak lelaki pengecut.

"Aku Kim Yerim."

Aku Kim Yerim.

Kim Yerim.

Yerim.

Kedua mata terpejam itu perlahan terbuka. Terlihat begitu lelah. Timbunan kantong di bawah netra kian menumpuk, membuatnya sedikit lebih menghitam. Jeon mengusap wajahnya yang berpeluh.

"Dia lagi." gumamnya lirih.

Jungkook beranjak duduk. Ia menatap jam yang berada di atas pintu kamar tidurnya. Menyibak selimut, melangkah menuju kamar mandi.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 08, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Gulir WaktuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang