O2: sick

1.4K 157 4
                                    

Siapa yang bilang sakit itu menyenangkan? Badan terasa panas tapi juga merasakan dingin dalam satu waktu adalah hal tak nyaman kawan. Dan hal tak nyaman tersebut tengah di rasakan seorang Jeon Jungkook kini.

Tergoler lemas di atas ranjang apartemen yang ia huni seorang diri. Begini lah menjadi manusia rantau di kota orang.

"Hei Jeon? Kau sedang tidur?" Merasa rungunya menangkap suara manis yang ia kenal. Mata Jungkook pun tersibak, ia mengenali siapa ini.

"Untuk apa kemari?"

"Apa salah aku menjenguk kekasihku sendiri?"

Jungkook hanya bisa tersenyum tipis. Bukannya menolak atau bagaimana ia malah senang sekali mendapati Kim Yerim sang kekasih tercinta mengunjungi apertemen Jungkook yang sepi pengunjung.

Jungkook tidak suka saat keadaan sakit seperti ini. Terlihat lemah, tak bisa melakukan apapun. Jungkook menyesali acara menerobos hujan yang ia lakukan kemarin malam. Salahkan saja Jungkook yang bersikeras untuk menemani Yerim yang kala itu hanya seorang diri di rumahnya.

"Aku membawa sayur sup. Titipan ibu, masih hangat. Ayo makan." Yerim menyentuh dahi Jungkook untuk mengecek suhu tubuh. Tapi hanya sekejab sebelum dia langsung menarik tangannya menjauh.

"Jungkook! Ini panas sekali. Apa semalam kau tak langsung meminum obat?" Yang Yerim lihat hanyalah kepala Jungkook mengarah ke kanan dan kiri. Yerim berdecak, ya ampun bocah satu ini!

"Sekarang makan, minum obat, lalu tidur. Aku akan berada disini sampai kau benar-benar pulih."

"Kau tidak melihat aku lemas begini?"

"Ya ya ya aku menangkap sinyal mu untuk ku suapi." Jungkook hanya tersenyun jenaka melihat Yerim membalik tubuh menuju dapur dan kembali membawa semangkok bubur serta segelas air lengkap dengan beberapa butir obat.

"Habiskan dan telan obat mu lalu istirahat." Suapan pertama berjalan lancar.

"Setelah aku tertidur kau akan pulang?" Yerim hanya menjawab gumaman malas.

"Aku serius Yerim. Setelah ini kau akan pulang?"

"Makan sampai tandas, baru ku jawab pertanyaan mu."

Jungkook menurut karena perintah Yerim adalah mutlak disaat ia sedang lara seperti saat ini. Suapan terakhir berakhir dalam perut Jungkook, baru saja mulutnya akan berkata ia kalah cepat dengan Yerim yang telah menyela.

"Kau tak memahami ucapanku tadi hm? Kan sudah ku katakan, aku akan berada disini sampai kau benar-benar pulih Jeon."

Yerim berkacak pinggang, sungguh tak habis pikir dengan jalan pikiran kekasihnya. Ia sudah melarang Jungkook untuk tidak mengunjungi dia ke rumahnya, hanya karena tak ada penghuni lain dalam rumahnya kemarin malam Jungkook langsung menghampirinya karena takut terjadi apa-apa pada Yerim.

Hei, kau pikir Yerim tidak bisa mandiri tuan jeon? dasar pacar keras kepala!

"Sekarang tidur. Aku akan merapikan apartemen mu. Apartemen ini terlihat seperti tak layak untuk dihuni."

Yerim membantu Jungkook untuk berbaring kembali, menaikkan selimut hanya sebatas dagu dan meninggalkan Jungkook yang berharap mendapat kecupan selamat tidur.

Sekembalinya Yerim dari dapur, ia melihat Jungkook yang telah terlelap. Ia membawa sebaskom air dingin dan kain kompresan untuk meredakan panas Jungkook.

Jikalau berkenan untuk jujur, Yerim sangat khawatir. Terakhir Jungkook mengabari dirinya jika ia terbaring sakit, Yerim dengan terburu-buru mendatangi apartemen Jungkook. Sedih sudah pasti jelas, tapi dia tidak ingin membuat Jungkook khawatir juga hanya karena melihat wajah sedihnya.

Yerim mencelupkan kain kompresan ke dalam air dingin yang ia bawa. Kemudian ia memeras kain kompresan yang telah menyerap beberapa ml air. Terakhir menempelkan pada dahi Jungkook yang sangat panas. Ia menatap sendu wajah Jungkook, guratan wajah pucat pasi tak berdaya. Yerim mana tega meninggalkan Jungkook dalam keadaan seperti ini.

Yerim mencium puncak kepala Jungkook dengan hati-hati, merasakan bagaimana panasnya suhu tubuh yang di keluarkan Jungkook.

"Cepat sembuh kembali." Bisikan Yerim yang bahkan nyaris Jungkook pun tak akan mendengar dalam keadaan terjaga.

Yerim beranjak membawa bekas nampan Jungkook ke dapur. Mencuci piring yang menumpuk, mencuci baju yang juga terlihat menggunung, menyapu lantai sekaligus mengepel. Ia seperti melakukan seluruh tugas membersihkan di rumahnya.

Tugas terakhir adalah menemani Jungkook tidur. Dia menghela nafas lelah, beranjak dari pintu mendekati Jungkook untuk mengganti kain kompresan yang telah berganti hangat. Kemudian langsung saja duduk beralas sebuah karpet tipis, melipat kedua tangan di atas ranjang dan menelungkupkan kepalanya.

"Hei." Yerim merasakan sebuah tangan mengusap lembut puncak kepalanya.

"Apa aku membangunkan mu?"

"Sama sekali tidak, kemari tidur di sebelahku. Mau?" Tentu saja Yerim tidak menolak. Kapan lagi menerima pelukan hangat Jungkook.

"Tapi aku sedang demam. Memang tidak menular?"

"Saat demam ibu ku pernah berkata bersentuhan kulit sesama kulit dengan penderita demam itu bisa berpindah. Tidak apa-apa aku juga akan merasakan panas, setidaknya sakit yang kau rasakan aku juga bisa merasakannya. Dalam kata lain kita berbagi rasa sakit."

Yerim tersenyum hangat dan Jungkook yang terperangah. Ia tak salah menjadikan Yerim menjadi kekasihnya. Mungkin juga akan menjadi calon dari anak-anak dia kelak.

Badan Jungkook pun bergeser memberi ruang untuk tubuh mungil Yerim. Saat telah dalam balutan satu selimut yang sama tak segan Jungkook langsung memeluk Yerim seperti tak ada hari esok. Oh ya, kain kompresan sudah Yerim singkirkan semenjak Jungkook terbangun.

"Apa aku panas?"

"Hm. . . panas sekali. Kan sudah ku bilang tidak perlu menemaniku dengan menerobos hujan seperti semalam. Kau lihat sendiri akibatnya."

"Padahal aku sudah meminum obat."

"Mungkin akan bekerja nanti."

Setelahnya hening. Jungkook maupun Yerim menikmati acara pelukan 'panas' mereka. Hei! Ini panas dalam artian sesungguhnya.

"Yerim kau tahu? Aku tidak akan pernah meninggalkan mu, sebelum kau yang melepasku pergi. Itupun aku harus menerima alasan yang jelas, kenapa aku harus pergi darimu. Karna aku telah jatuh hati padamu, terlalu curam hingga aku tak tahu bagaimana caranya kembali pada titik awal."

Yerim yang sedang memejamkan mata mengembangkan sebuah senyum manis. Ia tersanjung? tentu saya iya, wanita mana yang tidak tersanjung akan perkataan manis sang kekasih?

"Hm . . . aku juga menyayangimu dengan segenap hatiku."

"Padahal aku belum mengatakan aku menyayangimu."

"Aish, dasar perusak suasana."

Sick ( end )

Gulir WaktuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang