O4: welcome back - O2/O2

1K 130 2
                                    

10th November 2020


"Halo Yeri?"

"Ada apa bu?"

"Sudah batas jangka waktu 5 tahun bukan? Kamu harus kembali ke Korea Rimie."

Ini yang Yeri takutkan, cepat atau lambat ia harus kembali ke tempat dimana ia di lahirkan. Kembali pada 5 tahun lalu saat dimana Yeri akan menyusul sang ayah di tempat saat ini ─ desa Atsagat, Rusia. Ibu dan ayahnya memiliki kesepakatan, bahwa Yeri harus kembali ke Korea 5 tahun kemudian.

"Tapi aku sudah nyaman tinggal bersama ayah bu. Tidak perlu pulang ya?"

Tidak ingin kembali bukan berarti ia tidak merindukan sang ibu. Hanya saja negeri ginseng itu memberi banyak kenangan menyenangkan sekaligus memilukan untuk Yeri. 5 tahun bersama sang ayah, ia berangsur-angsur dapat melupakan kesedihan yang dibawa.

"Jangan coba-coba untuk melanggar Yeri. Kamu sudah menyetujui ini saat itu. Jangan mencoba kabur, ibu mengirim tangan kanan ibu untuk terus mengawasimu disana."

Yeri menghela nafas lelah, ibunya terlalu berlebihan. Ia akan pulang, tapi hanya membutuhkan waktu yang tepat.

"Bisa ibu beri aku waktu sedikit saja?"

"Kamu ingin pulang kapan Rimie?"

"Hm... Bulan depan? Musim dingin? Ibu tahu bukan aku menyukai musim dingin."

"Baiklah ibu hubungi kamu kembali saat memasuki bulan Desember. Sampai jumpa lagi sayang, ibu harus bekerja."

"Hati-hati bu."

Hembusan nafas kasar Yeri lontarkan. Jika di tuntut untuk memilih, Yeri akan memilih tinggal bersama sang ayah. Disini lebih nyaman, sapaan udara segar setiap ia membuka jendela. Kehangatan mentari masuk menyeruak membelai kulit. Dan Yeri menyukai itu semua.

Keseharian Yeri di desa membantu sang ayah menjual hasil kebun. Memanen gandum di ladang, ia juga menjadi guru di sebuah sekolah kecil tak jauh dari rumah. Bermain bersama bocah kecil mampu meringankan sedikit beban Yeri. Ia juga belajar memasak di rumah bibi Anne, wanita tua yang baik hati. Rasa tidak rela untuk berpisah benar-benar ada.

Bandara Incheon, 7th December 2020

Lelah kata yang mewakili raga Yeri saat ini. Ia ingin cepat-cepat sampai di rumah sang ibu. Sambil berjalan ia melihat segerombolan manusia, teriakan melengking kebanyakan sosok wanita. Kamera dimana-mana. Ada apa?

Dasar paparazi. Selebihnya begini batin Yeri berkomentar. Walaupun tahu mereka mengincar seorang artis terkenal sekalipun, Yeri tidak peduli. Ia hanya ingin cepat pulang dan tidur. Beruntung sekali, terlihat di kejauhan sang ibu melambai tangan memberi tanda.

"Selamat datang di Korea putriku."

Dan ucapkan selamat datang kepada kenangan lama yang sebentar lagi akan terkuak kembali.

Seoul dan Atsagat sangat berbeda jauh. Jika hal pertama yang Yeri lihat di Atsagat adalah hamparan rumput yang menghijau, di Seoul ia melihat jalanan yang di padati oleh kendaraan beroda empat.

Saat ini pukul 22.35 waktu Korea Selatan. Ia tidak dapat tidur, seperti ada satu pikiran yang melekat untuk mengganggu waktu tidur Yeri. Jadi ia memutuskan untuk sekedar menghirup udara segar di taman kota Seoul tak jauh dari rumah sang ibu.

Taman ini nampak begitu sepi. Hanya ada dirinya dan beberapa pemuda-pemudi yang sedang berkencan ria. Seekor anjing tanpa di duga menghampiri Yeri, terlihat lucu sekali berbulu lebat.

Gulir WaktuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang