15. Meminta bantuan

959 71 4
                                    

Vote!

●●●

Dua dokter yang menangani perawatan Devan mereka semua berkumpul dan membicarakan mengenai masalah biaya rumah sakit Devan yang sudah menunggak selama dua minggu.

Seharusnya setiap seminggu sekali Sahil membayar tagihan rumah sakit Devan. Pihak rumah sakit pun sudah beberapa kali menghubungi Sahil untuk membayar tagihan rumah sakit anak bungsunya, tetapi tak pernah diangkat olehnya. Sahil benar-benar membuktikan apa yang sudah dikatakan olehnya.

"Bagaimana dengan pasien yang bernama Devan, apa pengobatannya akan tetap dilanjutkan? Mengingat, administrasinya sudah menunggak sudah 2 minggu." ucap dr. Chakra.

"Tak ada kebijakan dari rumah sakit ini. Tak ada asuransi apapun yang dimilikinya." ucap dr. Beni.

"Keluarganya tak ada yang datang satupun." sambung dr. Beni.

"Ingin rasanya aku membayar tagihan rumah sakitnya. Anak itu sepertinya tidak baik-baik saja. Bisa jadi dia korban kekerasan ayahnya." ucap Chakra.

"Kau tahu dari mana, Chakra?"

"Sebelumnya, aku pernah menanganinya ketika dia datang ke UGD dengan luka sayat di nadi lengan kirinya. Waktu itu aku hendak pulang. Karena pasien itu darurat, aku menyempatkan diri untuk menolongnya. Ada luka memar di punggungnya. Seperti luka sabetan rotan dan kabel. Aku ingin mengetahui lebih jelas tentang anak itu. Aku pernah melakukan visum padanya. Dan, buktinya masih ada."

"Anak itu ternyata pernah hampir bunuh diri."  dr. Beni kemudian menyesap secangkir kopi.

°°°

"Suster Anisa!"

"Iya dr. Chakra? Ada apa?" Chandra berlari menuju ke tempat resepsionis tempat suster Anisa berada.

"Pasien di ICU, atas nama Devan kenapa tak ada di sana?""

"Pasien sudah dipindahkan di kamar rawat biasa Dokter, karena masalah administrasi."

"Astaghfirullah! Kondisinya pasti ..."

"Suster, tolong pindahkan kembali pasien ke ICU. Masalah administrasi, biar saya yang akan melunasinya."

"Baik Dokter."

Devan kembali ke ruang ICU berkat pertolongan dr. Chakra. Hampir saja konsisi Devan menurun drastis dan mungkin hampir meregang nyawa. Selain melunasi tunggakan Devan, dr. Chakra juga membayar tagihan rumah sakit Devan untuk sebulan ke depan.

"Sebenarnya apa yang terjadi padamu, Nak?" setetes air mata jatuh dari sudut manik dr. Chakra.

Ponsel dr. Chakra berbunyi. Kemudian ia membaca pesan yang masuk ke ponselnya. Tak lama kemudian ia keluar dari ruang ICU sebelum keluar, ia mengecup kening Devan.

"Kau dari mana saja Chakra? Sudah lama aku menunggumu."

"Maafkan aku Senior Hilman. Aku habis dari ruang ICU."

"ICU?"

"Ya. Pasienku kali ini adalah seorang remaja korban begal. Dia dibegal bersama sang kakak. Kakaknya tak ada luka yang serius. Sedangkan luka dialaminya, sangatlah parah. Dia tertusuk pisau dari begal tersebut ketika melindungi sang kakak. Dia menyelamatkan sang kakak, tetapi, naas, dia tertusuk pisau hingga mengenai ginjalnya dan karena itulah ginjalnya diangkat. Sekarang dan seterusnya dia hidup dengan satu ginjal. Cedera di kepalanya juga parah akibat dari pukulan benda tumpul."

Jangan Pukul Devan, Ayah!  (END) ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang