10. Tuduhan Ayah

1.1K 75 2
                                    

Vote sblm membaca!

Disclaimer! terdapat kekerasan dan juga adegan suicidial.

🌟🌟🌟

Suara tepuk tangan meriah dari pengunjung cafe memenuhi cafe tempat Devan bekerja. Sebelum turun dari panggung Devan menunduk mengucapkan terima kasih pada pengunjung cafe.

"Kerja yang bagus Kak Dev!" Haikal memberikan dua jempol untuk Devan.

"Kamu juga." Devan mengacak-acak surai hitam Haikal.

Devan kemudian pergi ke ruang karyawan untuk bersiap pulang.

"Devan." panggil Tian. Devan mengarahkan tubuhnya menghadap Tian.

"Ada apa Kak?"

"Kakak boleh menanyakan sesuatu?"

"Boleh Kak."

"Apa alasanmu bekerja di sini? Kamu orang punya. Kamu bahkan tinggal di rumah yang mewah."

"Kakak selama ini mengikuti Devan? Ingin tahu tentang Devan?"

"Kalau iya, memangnya kenapa? Kamu tak suka? Untuk apa kamu bekerja di sini jika sebenarnya kau orang mampu!" nada bicara Tian mulai berubah dan menekan.

"Jika Kak Tian tak menyukaiku bekerja di sini, aku akan keluar. Terima kasih sudah menerimaku bekerja di sini. Mulai esok, aku tak datang lagi. Aku mengundurkan diri."

Devan mengemasi semua barang-barang miliknya kemudian ia meninggalkan ruang karyawan.

"Kak Tian?" panggil Tirta dengan pelan. Tian buru-buru menghapus air matanya.

"Ada apa? Kenapa kamu memecat Devan dengan alasan yang tak masuk akal?"

"Itu bukan urusanmu, Tirta."

"Ada alasan Devan bekerja di sini. Mau dia orang mampu atau tidak, dia juga berhak bekerja di sini. Kita tak tahu beban berat apa yang Devan jalani sehingga Devan bekerja di sini sebagai penyanyi cafe."

Tung!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Tung!

Devan melemparkan sebuah batu ke dalam danau.

"Devan tak punya penghasilan lagi. Uang Devan menipis. Tapi ... semoga saja Ayah memberikan Devan uang saku."

Devan berdiri kemudian ia pulang ke rumah dengan menaiki kendaraan umum.

Devan membuka pintu sebelum masuk ke rumah kemudian menutup kembali pintu rumahnya. Devan menarik nafasnya dalam-dalam sebelum ia pergi ke kamarnya.

Jangan Pukul Devan, Ayah!  (END) ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang