12. Perlawanan Devan

987 58 1
                                    

Vote!

※※※※

Devan baru saja tiba di rumahnya sore hari. Devan mandi dan setelah itu ia pergi ke ruang laundry untuk mencuci baju ayah dan kedua kakaknya.

Devan sudah terbiasa mengerjakan pekerjaan rumah sendirian sejak usianya menginjak 12 tahun. Sahil bukannya enggan untuk mempekerjakan membantu. Tapi karena kejadian itu, ia tak pernah lagi mempekerjakan ART penuh waktu. Sekarang ia hanya memperkejakan ART paruh waktu sebanyak 5 orang yang tugasnya hanya membersihkan rumah seperti menyapu dan mengepel lantai rumah. Selain itu juga mereka (ART) membersihkan pekarangan rumah.

Devan sudah selesai mencuci pakaian. Setelah itu ia mengeringkan pakaian hingga benar-benar kering tanpa harus di jemur.

"Pakaian sudah kering tinggal disetrika. Tapi Devan sedang tak mood setrika pakaian. Lebih baik pakai mesin setrika pakaian saja. Hemat waktu dan Devan bisa mengerjakan pekerjaan yang lainnya."

Sebelum melanjutkan pekerjaannya, Devan menjeda pekerjaannya karena waktu Maghrib sudah tiba. Ia bersiap untuk shalat Maghrib dan setelah itu barulah mengerjakan kembali pekerjaannya yang tertunda.

Pukul 20.00 WIB, Devan telah selesai mengerjakan pekerjaannya. Devan kemudian shalat Isya sebelum beristirahat tidur.

"Hoaamm ..."

"Devan mengantuk. Badan Devan benar-benar remuk setelah mengerjakan pekerjaan rumah sendiri. Sehat-sehat badan." Devan menyelimuti badannya kemudian terlelap tidur.

Pukul 23.00 WIB mobil Jeffrey baru tiba di rumah. Raut wajah lelah terlihat di wajahnya. Jeffrey membuang nafasnya dengan kasar sebelum keluar dari mobil.

Jeffrey berjalan sedikit gontai karena rasa kantuk sudah menyerangnya. Malam ini sepertinya ia akan tidur di kamar Devan karena kakinya melangkah menuju kamar Devan.

"Devan, sepertinya sangat lelah hari ini." ucapnya melihat Devan yang benar-benar sudah terlelap tidur dengan pulas.

Jeffrey hanya mengganti pakaiannya dengan baju Devan dan barulah ia tidur di samping Devan.

Alarm berbunyi membangunkan Devan pukul 4 pagi. Devan merenggangkan otot tangannya dan beranjak dari tempat tidurnya.

Setelah selesai mandi, berwudhu, dan berpakaian rapi, ia menggelar sajadah dan melaksanakan shalat Tahajud.

"Devan tak tega membangunkan Kak Jeff. Nanti sajalah membangunkannya ketika adzan Subuh berkumandang." ucapnya setelah selesai melaksanakan shalat Tahajud.

Suara minyak panas dan harum semerbak masakan Devan menyeruak ke sekeliling dapur. Jeffrey benar-benar sangat menikmati harum masakan yang adik bungsunya buat.

"Masakanmu harum sekali. Kakak benar-benar lapar sekarang. Wangi kecap dan rempah benar-benar terasa. Rasanya pasti sangatlah lezat." puji Jeffrey.

"Masakan Kakak juga tak kalah harum dan lezat." puji balik Devan.

"Tapi masakanmu harumnya benar-benar semerbak. Sampai bumbu rempah pun tercium jelas aromanya."

Setelah selesai masak, Devan menaruh ayam kecap buatannya ke dalam mangkuk berbahan keramik. Ia juga menaruh beberapa potong ayam goreng di atas piring dan kemudian menaruhnya di meja makan.

"Ayam kecap kuah kental seperti ini favorit Kakak. Ditambah acar sayur buatanmu menambah rasa segar."

Jeffrey dan Devan mulai menyantap menu sarapan sebelum berangkat sekolah dan kuliah.

"Kak, Kak Khalil ke mana?"

"Kak Khalil di rumah sakit. Insyallah lusa dia akan menjalani operasi cangkok sumsum tulang belakang."

Jangan Pukul Devan, Ayah!  (END) ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang