21. Duka Haikal

1.1K 70 3
                                    

Vote!

●●●

Devan terbangun tengah malam karena suara rintihan ayahnya. Dilihatnya sang ayah mengeluarkan peluh dan sedikit mengigau.

"Ay … aku sakit Ay." igau Sahil.

"Ayah hiks … maafkan Devan. Seharusnya Devan tak lahir, Ayah."
Devan mengambil tissue untuk menghapuskan air matanya. Kemudian ia mengabil kembali tissue untuk mengelap peluh ayahnya.

"Suhu tubuh Ayah panas sekali. Lekas sembuh Ayah." Devan mengambil plester penurun panas dan kemudian memasangkan plester tersebut di kening Sahil. Devan kemudian mencium pipi sang ayah. Ini pertama kalinya setelah 16 tahun, Devan mencium sang ayah.

"Devan ingin sekali merasakan pelukan Ayah. Sekali dalam seumur hidup Devan tak apa. Setidaknya Devan merasakan pelukan itu."

●●●●

Suara minyak panas dan aroma harum ikan goreng menyeruak ke seluruh sudut dapur. Khalil sangat menikmati aroma harum masakan yang adik bungsunya buat. Ia sudah lama tak mencium aroma masakan ini.

"Ikan goreng yang sangat harum. Kakak sangat menyukai ikan goreng buatanmu." ucap Khalil sembari menghampiri adiknya.

"Ikan apa itu?"

"Gurame Kak. Hari ini menu sarapannya ikan gurame goreng sambal matah."

"Sepertinya lezat sekali. Seandainya Kakak bisa memakan masakan kamu. Walaupun penyakit Kakak sudah tak kambuh lagi, Kakak tetap menjaga pola makan Kakak. Aneka sambal baik saos cabai atau tomat, Kakak belum bisa memakannya."

"Perut Kakak masih memilah-milah makanan."

"Di panci itu apa?" tanya Khalil menunjuk ke panci yang berada di atas kompor yang menyala.

"Bubur ayam untuk Ayah. Devan juga membuat hati ayam goreng untuk topping di atas bubur."

Setelah beberapa lama Devan memasak, akhirnya menu sarapan telah siap untuk dihidangkan. Devan juga membuat ayam goreng serundeng untuk bekal makan siangnya nanti di sekolah.

Khalil mengambil ponselnya dan menghubungi Jeffrey agar lekas ke ruang makan untuk sarapan bersama.

Setelah selesai sarapan, Devan menyiapkan sarapan untuk ayahnya.

"Mau ke Ayah?" tanya Khalil pada Devan. Devan mengangguk pelan.

"Biar Kakak saja yang mengantarkan sarapan untuk Ayah. Kamu bersiap sana, nanti telat." Khalil mengambil nampan berisi sarapan untuk ayahnya.

"Devan, nanti Kakak antar kamu ke sekolah." tawar Jeffrey.

Sebelum berangkat, mereka berdua pamit pada Khalil.

Khalil membuka pintu kamar ayahnya dengan pelan. Terlihat ayahnya masih terlelap tidur. Wajah Sahil nampak sangat pucat. Khalil menaruh nampan tersebut di atas nakas di samping ranjang.

"Ayah, bangun. Waktunya sarapan dan minum obat, Ayah."

Sahil bangun dan kemudian bersandar di head board.

"Sudah hampir seminggu Ayah sakit."

"Insyaallah esok Ayah sembuh."

Khalil menyuapi sesendok bubur ayam ke ayahnya. Sahil langsung melahapnya. Ketika ia mengunyah bubur ayam itu, setetes air matanya tiba-tiba terjatuh.

"Rasa bubur ayam ini sama persis seperti bubur ayam buatan Ayrin. Tak salah lagi, bubur ayam ini pasti Devan yang buat. Rasanya benar-benar sangat lezat. Rasa rinduku dengan masakan Ayrin sudah terkabulkan. Apa anak itu pulang ke rumah?"

Jangan Pukul Devan, Ayah!  (END) ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang