18. Kak Devan gila!

1.1K 64 1
                                    

Vote!

🍂

"Syakir ... Kakak mau pulang." ucap Devan setelah terbangun dari tidurnya.

"Dokter belum mengizinkan Kakak untuk pulang."

Devan melepaskan nasal canula yang menempel di hidungnya dan duduk bersandar.

"Kakak sudah sehat Syakir. Kakak tak mau berlama di sini. Maafkan Kakak sudah menyusahkan kamu dan Om."

Seorang dokter wanita berparas cantik masuk ke UGD klinik dan menghampiri Devan. Dokter wanita itu bernama Cecilia, ia adalah istri dari dr. Jayden.

"Sudah tak sesak, Nak?" Devan mengangguk.

"Dokter, Devan ingin pulang. Devan tak mau berlama-lama di sini."

"Sebentar lagi kamu akan diizinkan pulang. Tenang saja." dr. Cecilia mengelus surai hitam Devan dengan lembut.

"Kamu tadi pagi mengalami sesak nafas. Kalau boleh tahu, awalnya kenapa Nak? Dokter hanya ingin tahu agar kamu dapat pengobatan yang tepat."

"Devan ..., mendengar suara rotan. Devan, sangat takut dengan suara itu. Ayah ... kerap memukul Devan dengan rotan." Setetes air mata meluncur dari sudut maniknya membasahi pipinya.

"Devan takut. Sangat takut. Suara itu benar-benar membuat Devan sangat ketakutan."

"Devan juga terkadang melukai tangan Devan. Kalau tak begitu makin sesak dan sakit." Dokter wanita itu paham apa yang dialami Devan. Setelah cukup mendapatkan informasi, dokter wanita itu pamit dan meninggalkan ruang UGD.

●●●

Sekitar pukul 13.00 WIB Devan diizinkan pulang oleh . Syakir dan Devan berjalan kaki dari klinik dan rumah karena jaraknya yang dekat, sekitar 100 M.

Sebelum sampai di rumah, mereka mampir ke warteg membeli makanan untuk makan siang. Setelah itu barulah mereka pulang.

Mereka saat ini berada di ruang makan. Syakir menyiapkan makan siang untuk Devan dan juga dirinya.

"Kak, makanlah dan setelah ini minum obat!"

"Terima kasih."

Di tengah Devan menyantap makan siang, Devan menghentikan kegiatannya dan menutup kedua kupingnya dengan erat.

"Kenapa Kak?"

"Syakir ... tolong Kakak. Usir suara itu!" ucap Devan dengan gemetar dan ketakutan.

"Suara? Suara apa? Tak ada suara apapun Kak. Sungguh!" Syakir mulai kebingungan dengan ucapan Devan.

"Tolong Kakak!"

Syakir bingung apa yang harus ia lakukan? Devan terus menyuruhnya untuk mengusir suara ilusi yang masuk ke indera pendengarannya itu.

"Kak! Istighfar! Itu hanya ilusi Kakak! Tak ada suara apapun! Itu ilusi Kakak!"

Tubuh Devan sedikit gemetar dan ketakutan. Dahinya juga sudah dipenuhi oleh peluh.

Syakir meninggalkan Devan di meja makan dan pergi ke dapur. Tak lama ia kembali dengan membawa segelas teh hangat untuk Devan.

"Kakak minumlah ini agar sedikit tenang!"

Tangan Devan mengambil gelas teh tersebut dengan gemetar. Kemudian neneguknya.

Setelah Devan meminum teh tersebut ia merasa sangat mengantuk.

Jangan Pukul Devan, Ayah!  (END) ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang