5. Donor darah

1.5K 84 2
                                    

Vote sebelum membaca!

🌱

"Bangun!" Dengan kasar Sahil menarik tangan anak bungsunya, Devan yang tengah tertidur lelap hingga ia terjatuh dari ranjang tidurnya.

Devan meringis kesakitan saat tubuhnya terhantam lantai dengan keras.

"Ikut aku ke rumah sakit malam ini juga!"

"Untuk apa Devan ke sana malam-malam Ayah? Besok pagi Devan harus bersekolah Ayah." ucapnya dengan menunduk ketakutan. Tanpa berani melihat wajah ayahnya.

Raut wajah Sahil menjadi sangat marah mendengar ucapan anak bungsunya. Ia kemudian mencengkram kuat rahang anak bungsunya hingga Devan kesakitan dan mengeluarkan air matanya.

"Khalil membutuhkan darahmu malam ini juga untuk keselamatannya! Dan hanya kamu yang memiliki golongan darah yang sama dengan Khalil, AB rhesus positif!" Dan kemudian Sahil melepaskan cengkramannya dengan kasar.

"Baik Ayah." jawab Devan dengan penuh ketakutan.

Setelah melakukan beberapa tes dan lainnya, alhamdulillah darah Devan laik untuk didonorkan kepada Khalil

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Setelah melakukan beberapa tes dan lainnya, alhamdulillah darah Devan laik untuk didonorkan kepada Khalil.
Malam ini juga pukul 22.30 WIB, Devan mendonorkan darahnya untuk Khalil yang tengah kritis.

Usianya memang belum menginjak 17 tahun. Karena darurat dan stok darah golongan Khalil kebetulan tengah kosong, mau tak mau Sahil memaksa anak bungsunya untuk mendonorkan darahnya untuk Khalil. Karena tak ada keluarganya yang memiliki golongan darah sama dengan Khalil kecuali Devan. Sebelumnya, Sahil juga menandatangani surat persetujuan orang tua terlebih dahulu karena usia Devan yang belum genap 17 tahun.

Setelah 10 menit, Devan telah selesai melakukan donor darah. Suster melepaskan jarum donor darah dan kemudian menutup luka bekas jarum donor darah dengan menggunakan plester luka.

"Ternyata begini rasanya mendonorkan darah. Walaupun lemas sesudahnya, Devan sangat senang bisa membantu Kak Khalil."

Pintu ruang donor darah terbuka. Dokter Hilman datang dengan membawa makanan untuk Devan.

"Om kenapa belum pulang?" Devan kemudian bersandar di head board.

"Om masih memantau perkembangan Khalil. Kondisinya sangat drop tadi."

"Om membawakanmu makanan untuk memulihkan tenagamu selepas donor darah." Dokter Hilman kemudian menyuapi makanan pada Devan hingga habis tak tersisa.

"Kamu sangat lapar ternyata. Makanan rumah sakit hambar tak enak rasanya padahal." Dokter Hilman kemudian menaruh piring kosong di atas nakas.

"Tak baik mencela makanan Om! Ini sangat enak dan lezat." Dokter Hilman menjadi malu karena ditegur oleh keponakannya sendiri.

"Athar Syakir Hadinata, anak tunggal Om apakabar?"

Jangan Pukul Devan, Ayah!  (END) ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang