7. Rasa ketenangan

1K 64 1
                                    

Vote!

🌱

"Aduh!" Devan terbangun saat sebuah tangan tak sengaja mengenai wajahnya dengan keras. Kemudian ia duduk dengan mata yang masih terpejam.

"Hidung Devan sakit sekali. Tangan siapa yang tega memukul wajah Devan?" Devan berbalik arah dan meneteskan air mata melihat kakak sulungnya yang tengah terlelap di sampingnya.

"Kak Khalil," Devan memeluk Khalil dengan penuh kerinduan. "Devan sangat merindukan Kak Khalil. Sudah lama kita tak bersua Kak."

Khalil yang terbangun karena suara isakan Devan. Kemudian ia sedikit terkekeh mendengar suara tangisan adiknya. Khalil membalas pelukan adik bungsunya.

"Kakak sangat merindukanmu, Devan. Kakak sudah pulang dari rumah sakit. Doakan Kakak agar tak kembali lagi ke tempat yang menyebalkan bagi Kakak."

"Devan selalu berdoa untuk kesembuhan Kakak."

"Terima kasih."

Seusai bel pulang sekolah berdering, Devan bergegas keluar kelas dan berlari menuruni anak tangga gedung sekolahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seusai bel pulang sekolah berdering, Devan bergegas keluar kelas dan berlari menuruni anak tangga gedung sekolahnya. Itu ia lakukan agar cepat sampai rumah dan bertemu dengan kakak pertamanya, Khalil.

Sesampainya di gerbang sekolah ia menaiki ojek pangkalan agar lebih cepat sampai rumah.

"Hah ... hah ... hah ... cepat sekali jalannya. Devan buku PR-mu tertinggal di meja." ucap Haidar dengan nafas yang terengah-engah karena kelelahan mengejar Devan.

"Assalammu'alaikum!" ucap Devan ketika sampai rumah.

"Wa'alaikumsalam." balas Khalil yang sedang duduk di ruang tamu.

"Mandi dulu sana! Setelah itu baru boleh dekati Kakak." ucap Khalil ketika Devan hendak duduk di sampingnya.

"Kakak seperti orang yang misophobhia, takut pada sesuatu yang kotor. Eh bukan, takut kuman. Eh bukan juga. Apa namanya? Devan lupa."

"Tak usah memikirkan itu. Kakak tak phobia. Jika tak begitu, kamu takkan mandi!"

"Benar juga. Devan mandi dulu Kak. Bye!"

 Bye!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Jangan Pukul Devan, Ayah!  (END) ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang